Yeay! Happy 1k readers!
•Wound In The Rain•
[7] Angkasa Bimbang.
•
"Izinkan aku berjuang, bisa? Aku ada di sini. Silahkan berbalik, kau tak pernah sendiri."
—Wound in the Rain—
.
"Ya elah, apaan nih? Buku-buku, ngurangin derajat ketampanan gue aja!" dumel Kara sedari tadi seraya mengamati setumpukan buku yang ia bawa. "Lo sih, sok-sok an rajin, ginikan!" lanjutnya diakhiri dengan dengkusan.
Kaisar memutar bola matanya malas. "Ikhlas aja! Sekali-kali hidup lo berguna," sahut Kaisar dengan gaya datarnya—seperti biasa. Kaisar sangat jengah mendengar celotehan-celotehan un-faedah yang sedari tadi keluar dari mulut Kara—sahabat cerewetnya itu.
Kaisar menatap remeh Kara, lalu berdecih. "Kayak lo ganteng aja."
Omongan Kaisar memang selalu tajam, singkat, dan tentunya—tepat sasaran.
"Andai lu pada enggak sok rajin mah enggak bakal gini 'kan! Tuh guru juga, udah bagus kita masuk, eh—malah disuruh bawa-bawa gini lagi. Setan!" gerutu Kara lagi, dengan mengumpat.
Ia meneliti sekitarnya, ah ... tatapan semua orang yang ada di sekitar koridor ini tertuju pada mereka, bahkan ada yang tak segan-segan mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar mereka, sangat memalukan.
Bagaimana tidak? Ini adalah pertama kalinya mereka—Angkasa, Kaisar, dan Kara—membawa buku ke perpustakaan selama bersekolah di sini, apalagi mereka adalah siswa yang telah dicap sebagai badboy kelas kakap.
Mau ditaruh di mana muka gue ini? Pikir Kara. Tidak, jangan sampai ini semua terdengar sampai telinga para mantannya.
"Ini terakhir kali, ya, gue bawa-bawa ginian," tandas pemuda itu terdengar tajam sambil menyentak-nyetak buku yang ia bawa.
Sebenarnya, sebelum istirahat mereka telah berniat untuk pergi ke kantin mengisi perut yang telah meronta-ronta ingin asupan gizi, tapi guru yang mengajar justru meminta bantuan untuk membawakan buku paket tersebut ke perpustakaan, bagaimana tidak kesal coba?
"Ya elah! Susah banget hidup lo! Kalau enggak ikhlas mah enggak usah dibawa kali, sana pergi!" usir Angkasa yang juga sudah merasa jengah.
Baru saja ingin mengambil buku dari tangan Kara, Kara langsung menepisnya dan menampilkan cengiran kuda khas dirinya.
Kara menampilkan senyum paksa. "Ya, iya gue ikhlas nih," pasrah Kara sedikit meringis, perlu kalian tahu, Kara takut dengan Angkasa jika sudah dalam mode seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wound in the Rain
Teen FictionRainaryza Rinai Putri Samudra. Seperti namanya, ia selalu dituntut untuk menjadi peneduh bagi orang-orang di sekelilingnya, hujan. Wujudnya nyata, namun berkali-kali dihancurkan. Selalu sumringah layaknya seorang penipu mahir, padahal hatinya sedan...