•Wound In The Rain•
[13] Intuisi Angkasa.
•
"Hujan, ku titip rasa ini padamu, biarkan ia hanyut oleh waktu. Jika telah tiba saatnya, ku harap sang pemikat tak mengecewakan hati, seperti mu."
—Rainaryza Rinai Putri Samudra—
.
Jangan masuk ke dunia ku, jika kau tak ingin tersesat.Kurasa, kau pun tak akan menyukai itu.
Kau tahu? Ini suram.
Lebih dari yang kau ingin, ini jauh lebih gelap.
—Rainaryza Rinai Putri Samudra
—Wound in the Rain—
Ada alasan tersembunyi dari semesta untuk mempertemukan 'kita.
Pun alasan untuk aku mengenal mu.
Bukan melulu tentang takdir, melainkan konsekuensi hidup yang harus dijalani.
Tetap tenang, suatu saat kau akan baik-baik saja.
—Angkasa Gema Biantara
—Wound in the Rain—
Rain bergerak gelisah sembari merapalkan ribuan doa dalam hati. Tatapan matanya tajam menatap jalan kota, sesekali melirik kaca spion dengan risau. Pukul lima sore, biasanya jalan ibu kota dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, namun rintik hujan sepertinya menghalangi aktivitas.
"Please, cepet!" gumam Rain seraya menginjak lebih pedal gas.
Rain sudah hampir menangis menyadari keadaan genting ini. Terlihat jelas lima siswa dari sekolah Antariksa—terlihat dari seragam sekolahnya, masih mengikuti arah laju mobil Rain.
Arkan—nama pemuda itu langsung saja terlintas di benak Rain. Ia menggigit bibir bawahnya mengingat kembali aksi pelecehan yang pemuda itu lakukan padanya tempo lalu. Rain tak ingin hal itu terulang lagi.
Linangan di mata Rain sedikit dengan sekali kedipan mata sudah dipastikan akan mengalir. Ia memeluk dirinya sendiri. Kelima pemuda kejam itu berhasil mencegatnya dan menghalangi jalannya di tempat sepi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wound in the Rain
Teen FictionRainaryza Rinai Putri Samudra. Seperti namanya, ia selalu dituntut untuk menjadi peneduh bagi orang-orang di sekelilingnya, hujan. Wujudnya nyata, namun berkali-kali dihancurkan. Selalu sumringah layaknya seorang penipu mahir, padahal hatinya sedan...