[Terpendam]

2.4K 293 3
                                    

"Jen, bagaimana kabar saudara - saudaramu?"

"Mereka semua baik, hanya saja yaaa begitulah." Jeno menghela nafas dan kembali mengaduk - aduk ice americano nya. Moodnya kembali turun saat membahas kedua saudaranya, padahal tadi mood Jeno sudah membaik berkat kehadiran orang didepannya ini.

"Renjun dan Jaemin masih sering bertengkar?" Tebak seseorang tadi dengan senyum tipis menghiasi wajah manisnya.

"Huum, bahkan makin hari makin sering saja." Jeno mengalihkan pandangannya saat orang dihadapannya itu tertawa kecil menanggapi jawaban Jeno.

"Kenapa tertawa? Is there something funny?" Gelengan yang Jeno dapatkan, tapi tetap dengan tawa yang perlahan mereda.

Hening setelahnya, Jeno bahkan seseorang tadi hanya diam dan sesekali menikmati minuman masing-masing. Keduanya sama - sama diam tapi dengan pikiran yang berbeda. Baru saja Jeno ingin mencairkan suasana tapi orang itu sudah menyelanya dengan pertanyaan yang sedikit ragu ia lontarkan.

"Your brother, is he alright?" Dengan atensinya yang mengarah keluar cafe dan juga pandangan sendu, orang itu perlahan tersenyum tipis.

Jeno terdiam beberapa saat, sebelum ia menghela nafas panjang. Merogoh sakunya lalu men-dial satu nama teratas dikontaknya.

"Hallo? Ada apa Jen?"

Atensi yang semula tersita dengan padatnya jalanan kota kini kembali menuju pada orang didepannya, tepatnya ponsel yang dipegang Jeno. Matanya menyiratkan rasa terkejut tapi lebih dominan pada rasa rindu yang mungkin sudah lama terpendam.

"Jen? You are okay? There is a problem?"

Jeno masih terdiam, tak lama ia menggeser ponselnya sampai ke hadapan seseorang yang masih kukuh dalam diamnya.

"Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, aku tutup."

Keduanya masih terdiam, membiarkan display panggilan mati dengan sendirinya. Jeno menatap lurus pada dua manik coklat didepannya, sedangkan sang pemilik hanya diam menahan semua emosi yang mendadak membuncah sejak panggilan dimulai tadi.

"Kenapa tidak bicara?"

"Untuk apa?" Jawabnya lemah, tenaganya mendadak meluap entah kemana.

Jeno kembali diam, bukan ini yang dia harapkan dari pertemuan ini. Bukan diamnya yang Jeno ingin nikmati sore ini. Jeno kembali memutar memorinya beberapa tahun ke belakang, memutarnya secara berurut tak terlewati satu pun. Perlahan menyunggingkan senyum tipis, mengingat dengan baik semua hal yang terjadi saat itu.

Jeno bangkit dari duduknya, membuat orang didepannya mengangkat kepalanya menatap heran pada Jeno.

"Aku akan langsung pulang, kakak akan tetap disini atau pulang bersama denganku?" Yang dipanggil kakak hanya menggeleng pelan, tersenyum lembut setelahnya.

"Aku akan disini sebentar lagi, kamu pulang duluan saja. Hati - hati dijalan."

Jeno mengangguk pelan, lalu berlalu menjauh dari meja yang mereka tempati dan perlahan menghilang dari pandangan penuh rasa bersalah yang sedari tadi menatapnya bimbang.

"You haven't changed much Jen, still Jeno is trying hard to lie even though you can't at all."







~TBC~

1 : 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang