[Kabar]

2.2K 274 2
                                    

"Jeno sayang kak Yuan."

"Kakak juga sayang Jeno."

Anak berusia 12 tahun itu tersenyum lebar menampilkan dua mata sabitnya. Sedangkan yang lebih tua mengacak rambut Jeno dengan gemas sambil tertawa kecil.



"Mimpi lagi? Harus berapa kali lagi aku bermimpi hal yang sama?"

Jeno langsung bangkit dari tempat tidurnya, bergegas untuk bersiap. Mengambil tas dan juga smartphone nya, Jeno segera keluar dari kamarnya dan terburu pergi tanpa memberitahu siapapun dirumah.

Sepanjang perjalanan Jeno banyak terdiam dengan pandangan lurus mencoba fokus terhadap jalanan didepannya. Hari ini ia pergi menggunakan mobilnya yang memang tidak pernah ia pakai karena sehari hari jika dia akan pergi kemana pun Jeno lebih memilih menggunakan bus, begitu pula dengan kedua kembarannya.

Musik mengalun menutupi keheningan yang ada. Sesekali Jeno bergumam pelan mengikuti lirik yang ia ketahui. Tak lama terdengar dering ponsel, dilihat display name Kak Junkai. Jeno tak menggubris sama sekali, entah ia merasa sangat kesal dengan apapun yang berhubungan dengan kakak tertuanya itu.

Smartphone yang tersimpan apik di dashboard mobil tersebut terus berdering hingga berulang kali. Lama tak terdengar dering panggilan Jeno hanya melirik ponselnya, lalu kembali fokus pada jalanan didepannya.

Ting!

Kali ini bukan nada dering seseorang yang menelpon padanya melainkan notifikasi pesan. Dengan malas Jeno langsung menon-aktifkan ponselnya tanpa melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya.

Mobil memasuki basement gedung apartemen mewah. Kakinya langsung melangkah dengan ringan menuju lift dan menekan tombol berangka 7. Setelah sampai dilantai yang dituju, Jeno kembali melangkahkan kakinya menuju unit yang ia hapal diluar kepala.

"Who's there?" Suara dari interkom terdengar sesaat setelah Jeno menekan bel.

"Jeno."

Hening sesaat, setelah beberapa detik kemudian baru terdengar suara passcode dan pintu apartemen tersebut terbuka dengan tergesa.

"JENO!! I MISS YOU SO MUCH!!" Pelukan erat Jeno dapatkan. Jeno tak kalah erat memeluk orang dihadapannya ini, menghirup dalam aroma vanilla strawberry yang menguar dari tubuh orang tersebut.

"Kamu tidak banyak berubah ya, Xi."
.
.
.
.
"Dimana Jeno?" Junkai baru saja sampai dirumah, dengan setelan yang masih menempel ditubuhnya tak peduli seberantakan apa dirinya, yang terpenting adalah dimana adik tengahnya, Jeno.

"Tadi dia ada di kamar, kenapa memang kak?"

Junkai langsung berlari menuju kamar Jeno, meninggalkan tanda tanya besar di kepala Jaemin.

"Kamu kenapa bengong? Tumben sekali tidak fokus pada acara tv favoritmu?" Jaemin melompat kaget, lalu menatap nyalang pada Renjun, orang yang membuatnya kaget tadi.

"Kak Junkai kenapa pulang kantor langsung mencari Jeno ya? Biasanya juga langsung mencari adiknya yang manja dan sering kabur karena marah." Renjun mendelik kesal pada Jaemin, karena ia tahu orang yang dimaksud Jaemin adalah dirinya. Jaemin yang menyadari tatapan membunuh dari kakaknya itu mengangkat alisnya bingung.

"Apa?"

Renjun menggeleng cepat, mengerucutkan bibirnya sambil memalingkan wajahnya dan menghentakkan kakinya pelan, Jaemin hanya terkekeh melihat tingkah kakaknya itu.

"Jeno tidak ada dikamarnya, kalian tahu dia ada dimana?" Junkai terengah-engah dihadapan kedua adiknya. Nafasnya memburu karena khawatir akan keberadaan salah satu adiknya yang entah ada dimana.

Renjun dan Jaemin kompak menggelengkan kepala mereka. Menatap penuh tanya pada Junkai, yang tentunya dimengerti oleh si kakak.

"Ada kabar dari rumah sakit, dan Jeno harus segera tahu tentang hal ini."












~TBC~

WAJIB DIBACA!!

Pertama, makasih banyak yang udah dukung fanfic ini, semoga gak bosen bosen yaaa😙
Kedua, minal aidin wal faidzin ya🙏
Ketiga, mau tanya nihhhh menurut kalian fanfic ini nyambung gak menurut kalian? Terus kelamaan gak alurnya? Dan gimana pendapat kalian tentang fanfic ini?
Sekian deh, makasih yaaaa❤️

1 : 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang