[Kembali]

2.5K 317 3
                                    

Semenjak insiden kemarin, Renjun sama sekali tidak pernah berbicara sepatah katapun pada Jeno apalagi Jaemin. Remaja tanggung itu bahkan hanya berdiam diri dikamarnya sejak sarapan. Jaemin yang memang sudah tidak mau berurusan dengan Renjun memilih ikut diam dikamarnya. Sedangkan Jeno, anak itu sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya.

Matahari sudah beranjak naik meninggalkan singgasananya, berada diatas kepala. Tapi hari tidak terlalu panas karena awan masih setia menggantung di langit membuat panas matahari sedikit terhalangi.

"Jen, tadi kamu terlihat tidak fokus. Kenapa?" Tanya Mark selaku ketua klub dance.

"Biasa, masalah di rumah." Jawabnya santai dengan dengusan diakhir.

"Saudara kembarmu bertengkar lagi?"

"Iya, bahkan sekarang lebih parah. Mereka perang dingin, malah aku juga ikut terlibat. Padahal kan sekarang kita sudah kelas sebelas, sebentar lagi naik ke kelas 12, harusnya semakin bertambah umur semakin dewasa tapi kenapa itu tidak berlaku untuk kedua saudaraku?" Keluh Jeno

"Senior-"

"Panggil kakak saja Jen, kita tidak seasing itu." Jeno mengusap tengkuknya canggung sedangkan Mark hanya terkekeh pelan melihatnya.

"Kak, hari ini aku izin pulang lebih awal ya."

"Ada masalah lain?" Jeno menggeleng, ia beranjak mengambil tasnya lalu mengecek ponsel pintarnya

"Aku ada urusan dengan seseorang."

"Owww your girlfriend?" Mark bertanya dengan nada bicara yang menjengkelkan bagi Jeno

"No, after all I don't have a girlfriend." Jeno bergegas keluar ruangan sebelum Mark kembali bertanya hal - hal yang lebih aneh.

Sepanjang perjalanan Jeno hanya bersenandung pelan mengikuti alunan musik yang ia dengarkan lewat earphone hitam kesayangannya. Matanya tak henti menatap kagum pada pohon sakura yang sedang bermekaran itu. Hatinya selalu merasa senang saat melihat bunga yang bermekaran di musim semi.

"Aku rindu mamah." Jeno bergumam sangat pelan lalu menghembuskan napasnya pelan.

"LEE JENOOOO!!"

Jeno langsung berbalik setelah mendengar teriakan yang memanggil namanya. Detik kemudian Jeno tersenyum mengetahui fakta bahwa pelaku teriakan tadi adalah orang yang sangat ia kenal dan mungkin juga dirindukannya.
.
.
.
.
"Karry Wang Junkai!!"

"Eh iya, kenapa?" Junkai yang terkejut akan bentakan asisten sekaligus sahabat karibnya itu mulai mengumpulkan kesadarannya yang sempat melanglang buana entah kemana.

"Tck! Berkas masih banyak yang belum diperiksa dan ditandatangani tapi kau malah asyik melamun? What's wrong with you?"

Jackson Yee, sudah menjadi sahabat Junkai sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama dan sekarang menjadi asisten dari sahabatnya itu merasa heran dengan sikap Junkai yang mengabaikan tugas dan berkas kantor. Biasanya Junkai akan segera menyelesaikan semuanya tapi kali ini lelaki bermarga Wang itu malah lebih asyik melamun dibandingkan dengan mengurus berkas yang biasanya menjadi kesayangannya.

"There is a problem?" Junkai masih tetap diam, ragu untuk membuka mulutnya dan menceritakan semua hal yang mengganggu pikirannya itu.

"I didn't know this could be called a problem or not, but he came back." Jackson jelas tahu siapa yang dimaksud dengan dia oleh Junkai. Dia yang membuat hari - hari Junkai berubah setelah kepergiannya.

"Oh, I just remembered. This indeed has been five years since that day, he clearly returned." Jackson menjawab dengan santai seolah itu memang bukanlah masalah yang harus dipikirkan.

Junkai menghela nafas panjang, ini memang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya tapi setelah dia menghubunginya semalam, hal ini menjadi bayang - bayang acak yang selalu terpikirkan olehnya.

"You don't miss him?" Junkai melirik ke arah Jackson yang dengan acuhnya terus meneruskan kegiatannya memeriksa berkas setelah sebelumnya melontarkan pertanyaan yang sensitif pada Junkai.

Hening beberapa saat, helaan nafas panjang kembali terdengar dari orang yang sama, Junkai melirik pigura kecil di atas meja kerjanya lalu tersenyum tipis.

"If I can, I will miss him very much."









~TBC~

Hiyahiyahiyaaaaaaa

1 : 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang