[Pacaran?]

2.2K 233 1
                                    

"Jen, kamu kemana saja sih? Satu tahun tidak ada kabar, kamu tidak pernah mengangkat telponku bahkan membalas pesanku pun tidak."

"Hahaha maafkan aku ya, aku sedang sibuk dan akhir - akhir ini aku sedang ada masalah." Jeno mengelus lembut rambut seseorang disampingnya. Matanya tak lepas memandangi setiap lekuk pahatan Tuhan pada wajah temannya ini.

"Dengan saudara - saudaramu lagi?" Tanyanya dengan kepala yang mulai bersandar nyaman dipundak Jeno.

"Hmm, mungkin." Terdengar ragu, ditambah dengan tangan Jeno yang perlahan berhenti bergerak.

"Jen.."

"Bukan masalah besar, aku yang terlalu kekanakan."

"Ohhh, by the way kamu sudah bertemu dengan kak Yuan? Aku melihatnya di onebythree cafe kemarin." Jeno hanya mengangguk sebagai jawaban. Tangannya kembali aktif mengelus rambut orang yang kini sedang memainkan jari - jari tangannya yang lain dengan acak.

"Hey, I have something to say to you." Jeno memegang pundak orang tersebut, yang memaksa mereka untuk duduk saling berhadapan.

"What?"

"Will you be my girlfriend, Park Xiyeon?"

"Apa sekarang aku jadi pelarianmu?" Xiyeon, gadis itu menatap dalam iris kembar kecoklatan milik Jeno. Menunggu eye smile milik Jeno terbentuk dan jawaban Jeno tentang candaan tidak masuk akalnya ini.

Jeno terdiam, setelahnya ia mengangguk pelan. Tersenyum manis dengan tangan yang mulai turun menggenggam jari - jari kecil milik gadis yang telah menemani masa kecilnya itu.

"Really, Lee Jeno, do you want to play with my feelings?" Jeno terkekeh, lalu menggeleng pelan.

"Aku memang menjadikanmu pelarian, tapi bukan berarti aku ingin mempermainkan perasaanmu. Ibuku juga wanita, dan dia pernah bilang untuk jangan mempermainkan hati seorang wanita karena itu akan sama saja dengan aku mempermainkan hati ibuku."

"Aku juga pengecut yang tidak bisa beralih dari masa lalu, laki - laki lemah yang kalah dari cinta pertama, juga saudara yang bodoh yang melampiaskan kekesalan pada mereka yang tidak tahu apa-apa. Tapi, aku yakin aku bisa menjadikan pelarianku sebagai tempat tinggalku nanti saat aku bisa meruntuhkan dinding masa lalu yang menghambat masa depanku ini." Xiyeon masih terdiam, ia terkejut dengan sikap Jeno yang berubah drastis seperti ini. But, ya tidak dipungkiri jika Xiyeon juga senang dengan perubahan ini karena sejak dulu Xiyeon ingin melihat Jeno yang jauh dari masa lalu cinta pertama yang bodoh itu.

"Jen, kamu bisa percaya padaku, aku akan membantumu meruntuhkan dinding masa lalu menyebalkan itu dan menjadikan dirimu pemilik dari rumah ini." Jeno tersenyum lagi, feeling-nya benar jika Xiyeon bisa membuat perasannya menjadi lebih baik.
.
.
.
.
"Kak, bagaimana ini?"

"Kakak juga tidak tahu Njun, lagipula kemana Jeno? Ini sudah malam dan tidak biasanya dia ada diluar rumah pada jam segini."

Jaemin menatap kakaknya ragu, ada yang ingin dia sampaikan sebenarnya, ada cerita yang mengganjal hatinya selama beberapa hari ini. Tapi kembali lagi, Jaemin ragu untuk menceritakannya, terlebih lagi dalam situasi seperti ini.

"Ada yang ingin kamu katakan Na?" Jaemin tersentak dari lamunannya, karena terlalu banyak melamun ia bahkan tidak sadar bahwa sedari tadi Renjun terus memperhatikannya tentu dengan gumaman tak jelas yang sedikit terdengar oleh Renjun.

Pandangan Jaemin bergulir pada Junkai, kakak pertamanya juga menatap penuh tanya padanya. Menghela nafas, mungkin lebih baik jika Jaemin menceritakan semua yang ia ketahui, dari mulai sikap Jeno yang berubah dan sobekan foto yang ia temukan ditempat sampah dapur.



















~TBC~

Ada yang butuh klarifikasi?🤣

1 : 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang