Tok! Tok! Tok!
"Kakkkkkk, buka pintunya!"
Renjun masih tetap diam diatas ranjang kesayangannya. Menghiraukan teriakan yang terus menerus terdengar dari si bungsu Na dan kembali fokus pada ponselnya.
"Aku minta maaf oke?" Jaemin sedikit merasa bersalah dan lebih banyak kesalnya. Sudah sepuluh menit ia berdiri dihadapan pintu kamar Renjun tapi selama itu pula Renjun tak kunjung membukakan pintu untuknya.
Tak berselang lama Jeno datang dengan raut wajah yang entah mengekspresikan apa. Karena kamar Jeno berada diujung, otomatis dia melewati Jaemin yang berada didepan kamar Renjun yang mana posisinya berada ditengah antara kamar Jeno dan Jaemin.
"Kamu sedang apa didepan kamar kak Renjun?" Jaemin menoleh dengan wajah kesalnya.
"Aku mau meminta maaf, tapi si manja ini tidak mau membukakan pintu untukku."
"Pintunya dikunci?" Jaemin mengangguk sebagai jawaban.
"Jika kamu lupa, kunci pintu kamar kita ini satu jenis. Kenapa tidak gunakan kunci pintu kamarmu untuk membuka pintunya?"
"Ah iya juga ya, kenapa aku bisa lupa? Dan juga tumben kamu tidak jadi pelupa?" Jeno merotasikan matanya, ia tidak sepikun itu pikirnya.
Jaemin langsung berlari menuju kamarnya dan mengambil kunci pintu berhiaskan huruf NJ yang selalu tergantung rapi dislot kunci kamarnya.
Saat kembali Jaemin tidak melihat adanya Jeno disana, mungkin dia langsung ke kamar mengingat tadi Jaemin mendengar suara pintu terkunci.
Cklek!
"Huang Renjun, aku datang~"
Kosong, kamar Renjun kosong. Tidak ada sang pemilik kamar didalam. Jaemin celingukan mencari keberadaan Renjun sebelum atensinya teralih pada kamar mandi yang tertutup dan suara gemericik air.
"Pantas saja tidak ada yang membuka pintu."
Jaemin langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk sang kakak yang entah menurut sudut pandangnya selalu rapi, tidak seperti miliknya.
Tak lama Renjun keluar dari kamar mandi dengan kemeja pendek berwarna pastel dan jeans putih. Renjun rak menghiraukan kehadiran Jaemin dikamarnya, ia langsung menuju kaca besar yang ada disudut kamar untuk menata rambutnya agar lebih rapi.
"Kau mau kemana?"
"Bukan urusanmu." Jaemin mendengus sebal.
"Aku akan laporkan pada kak Junkai jika kamu pergi tanpa memberitahu siapa siapa."
"Aku tidak akan kemana - mana, Na Jaemin." Jawab Renjun kesal, sengaja ia menekankan suaranya saat menyebut nama adiknya itu.
"Lalu kenapa kau sudah rapi begini? Tidak mungkin hanya dirumah saja kan?" Jaemin menatap penuh selidik pada Renjun, 'Serapi ini hanya akan dirumah? Tidak mungkin.'
"Tck! Aku akan ke supermarket didepan, puas kau?!" Renjun langsung menyambar tas kecilnya dan keluar kamar dengan bantingan pintu yang membuat Jaemin terlonjak kaget.
"YAK! JIKA HANYA KE SUPERMARKET DEPAN TIDAK PERLU MEMBAWA TAS HUANG!!"
"SHUT THE FUCK UP NA JAEMIN!"
Jaemin kembali terlonjak kaget mendengar teriakan kakak tengahnya. Pasalnya Jeno jarang bahkan mungkin tidak pernah berteriak juga berkata kasar seperti tadi.
'Ada yang tidak beres.'
Jaemin langsung berlari menuju kamar Jeno, mengetuk pintunya brutal. Tak peduli jika Jeno akan semakin marah atau apalah itu, yang terpenting kakaknya harus dalam keadaan baik - baik saja.
"JEN! BUKA PINTUNYA JEN!!" Jaemin masih terus mengetuk pintu kamar Jeno, bahkan sesekali menendangnya saking paniknya. Jeno bukan tipe seperti ini, berteriak sambil berkata kasar bukanlah seorang Lee Jeno. Khawatir, disini tidak ada Renjun apalagi kak Junkai, siapa yang akan membujuk Jeno? Jaemin mana bisa bersikap manis seperti Renjun apalagi tegas seperti kak Junkai.
.
.
.
.
Renjun terus berjalan sesekali mendengus kesal mengingat kejadian dirumah, ia sebenarnya sudah memaafkan Jaemin tapi entah kenapa pesan itu membuat moodnya kembali buruk.Saat sampai di supermarket Renjun memilih untuk membeli banyak coklat agar moodnya kembali naik.
"Hey, bukankah itu si Huang Renjun?" Tunjuk salah satu dari tiga remaja perempuan yang sedang berbelanja disana.
"Huang Renjun? Si anak haram beruntung yang dipelihara oleh pengusaha muda kaya raya itu?" Gadis berkuncir kuda mengalihkan pandangannya pada Renjun.
"Cih, orang tuanya saja membuangnya, kenapa Wang Junkai pengusaha kaya itu malah mau menampung orang tak berguna seperti dia?" Timpal gadis bermata sipit dengan tatapan meremehkan yang tertuju pada Renjun.
Renjun menundukkan kepalanya, tangannya mengepal kuat. Setelah membayar Renjun langsung berlari menjauh dari sana dan berhenti diujung taman yang sepi, menangis kencang entah meluapkan kesedihannya atau meluapkan amarah yang sempat memuncak.
~TBC~
Hai~
Setelah pertimbangan yang gak makan waktu seminggu, ehe, terpilihlah dengan jawaban lanjut aja lah kaya biasanya😁

KAMU SEDANG MEMBACA
1 : 3
FanficKisah keluarga tanpa orang tua : kakak tertua beserta tiga adik kembar berbeda marga. ••• Main cast : Wang Junkai ft. NoRenMin