Kim Soora

1.1K 103 43
                                    

Salah satu hal yang mengerikan adalah hidup sendiri, dan bagaimana jika ini yang kau alami. Kau dapat mendengar detak jantungmu, rasakan setiap hela udara yang kau hirup. Lebih jelasnya lagi, kau dapat mendengar seluruh isi hati dan pikiranmu.

Soora hidup sendirian dengan sisa-sisa kenangan yang ia pegang erat.  Kehangatan keluarga yang dulu pernah memeluknya kini tinggal cerita. Kedua orang tuanya telah mati ditelan tanah. Ibunya menghembuskan napas terakhir saat ia masih di sekolah, seminggu kemudian ayahnya ikut menyusul. Mengalami kecelakaan motor saat Soora sedang bekerja paruh waktu.

Ayah benar-benar rindu ibu.

Gumamnya di depan makam ayah dan ibunya yang masih basah pada waktu itu, atau memang mitos yang beredar tentang orang meninggal akan saling menjemput itu benar adanya. Kalau begitu Soora ingin sekali kedua orang tuanya menjemputnya. Ia benar-benar rindu.

Tapi harapan itu sia-sia, mitos tetaplah mitos. Hingga kini Soora masih hidup dalam kesendirian. Ia tetap bertahan, meski sesekali keterpurukan datang mengganggu jiwanya yang tenang.

****

Soora menjalani hidup sebagai mana manusia pada umumnya, ia makan, minum, kuliah dan bekerja. Dari peninggalan harta kekayaan kedua orang tuanya dan kerja kerasnya ia dapat bertahan hidup. Ia benar-benar berusaha menyibukkan dirinya supaya bunyi detak jantung, hela napas dan isi hati serta pikirannya tidak terdengar menuntut hidupnya. Overthinking.

Soora tak memiliki banyak teman, ia cenderung menutup diri. Kesendirian yang ia hadapi dalam hidupnya, membuat Soora belajar untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain. Skeptis. Kesendirian telah berubah menjadi sebuah kebiasaan, dan akan sangat terasa aneh jika ia tidak sendirian.

Soora ingin hidup seperti penyihir Lucas pada novel yang ia baca yaitu membekukan hatinya.

***
 
"Apa kau baik-baik saja?"
 
"...."
 
"Mau bersenang-senang denganku?"
 
“....”
 
"Siapkan pintu di hatimu, kita harus bersiap."
 
Beberapa malam Soora dihantui mimpi yang sama. Ia berusaha acuh, namun suara-suara dalam mimpinya berhasil mengganggu jalan pikirnya. Mimpi itu selalu berhasil membuatnya bangun terlambat. Matanya terasa berat dan tidurnya jadi terlampau nyenyak.
Mimpi-mimpi itu berhasil merenggut seluruh keterpurukan Soora. Entahlah, mimpi itu terlalu absurd baginya. Soora berusaha untuk tidak memperdulikannya. Karena jika ia peduli, itu hanya akan membuat dirinya menjadi lemah dan hal itu tidak boleh terjadi. Karena di mimpi itu Soora merasa semuanya terasa indah.

****

Memasuki akhir tahun, musim dingin datang, salju-salju beterbangan memenuhi jalan, udara Seoul benar-benar membekukan. Soora mencoba mengeratkan coat yang ia kenakan saat pergi bekerja. Seperti biasa, akhir tahun restoran akan menjadi semakin ramai. Banyak kunjungan para wisawatan yang ingin menikmati musim dingin di Seoul. Negara yang terkenal dengan romantismenya.

Hari ini Soora terlambat datang, mimpi itu seakan meninabobokan dan memecah konsentrasinya.  Soora mempercepat larinya setelah turun dari kereta lokal, meski badannya berisi dan lari menjadi hal yang paling menyebalkan untuknya. Soora terpaksa harus lakukan hal ini, jika ia tidak ingin terlambat ke tempat kerja lagi selama tiga hari bertutur-turut.
 
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghalangi jalannya, hampir saja Soora menubruk ahjumma itu kalau saja ia tidak memberhentikan dirinya secara tepat.
 
"Ada apa bibi? Kenapa menghalangiku, untuk saja aku cekatan, kalau tidak kau bisa terdorong olehku.” Ucap Soora sedikit kesal.  

“Maaf, tapi aku sedang terburu-buru." Pinta Soora dengan tergesa.

"Ya! tunggu sebentar anak muda. Kau harus membantuku. Aku mendapatkan kupon makan-makan gratis dari toko itu." Wanita itu menunjuk toko yang ada di hadapannya.

BTS - MAGIC SHOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang