PART 17

3.1K 168 14
                                    


Selamat membaca🤗

🍃🍃🍃

Di ruang yang kerja yang cukup luas ini, seseorang tengah merutuki kebodohannya. Anton, lelaki itu kini sudah sadar dan Siska menemaninya di kantor hingga sore.

Lelaki itu gusar, Siska berusaha menenangkannya dengan memikirkan jalan keluar yang belum bisa Ia tangkap di otaknya kali ini. Pikirannya buntu, Ia takut Anton akan marah besar padanya. Dalam benaknya ada rasa takut namun segera Ia tepis jauh-jauh oleh Anton, Ia tidak akan pernah kalah dalam hal apapun.

“Apa yang kau katakan tadi Siska? Aku mengatakan semuanya pada Humaira?” Anton yang sudah tersadar dan di ceritakan pasal kejadian tadi masih tidak percaya dengan itu.

Sebelum bertemu dengan Ira ia sempat meminta beberapa botol alkohol pada Siska, namun bodohnya Siska tidak tahu kalau Anton sudah meminum beberapa botol. Saking bahagianya bertemu dengan Ira sampai-sampai Ia lupa bahwa sudah menghabiskan dua setengah botol alkohol dan membuatnya mabuk.

“Iya pak, tadi saya pikir bapak belum meminumnya” kata Siska takut-takut.

“Akhh. Tidak apa-apa, Humaira akan menjadi milikku nanti. Urusan persidangan besok sudah aku serahkan pada David. Dia bisa aku andalkan, aku sudah membayar mahal padanya” ujar Anton yang menampakkan seringainya.

David memang tidak pernah kalah dalam sidang apapun, karena itulah Anton memintanya untuk menjadi jaksanya. Masalah uang gampang baginya. Uang berada dalam genggamannya.

“Tapi apa yang akan kita lakukan jika Nyonya Humaira mengungkapkan segalanya pak?” Siska masih belum tenang. Tangannya tak berhenti saling menautkan dan di remas-remas.

“Kau tenang saja, dia tidak memiliki bukti apa-apa kan? Kau tidak melihatnya membawa semacam rekaman kan?”

“Dari awal kesini Nyonya Humaira tidak terlihat memegang apapun pak, hanya fokus pada pembicaraan saja. Saya juga sudah menanyakan pada resepsionis kalau nyonya Humaira hanya membawa tas kecil tapi tidak pernah mengambil barang apapun” jelas Siska.

“Kalaupun dia membawanya, kasus ini sudah pasti akan di menangkan olehku. Dia tidak akan menang” kata Anton percaya diri, "Ini hanya masalah kecil yang sebentar lagi akan berakhir dengan kemenangan ku!" Lanjutnya.

...

Pagi-pagi setelah solat subuh Ira sudah menyiapkan sarapan untuknya dan juga untuk Raihan. Menu sarapan pagi ini hanya nasi goreng dengan campuran sosis dan tak lupa Ira menggoreng telur mata sapi. Setelah itu Ia kembali membuka berkas-berkas yang akan di gunakan untuk persidangan pagi ini. Jangan tanyakan dimana Raihan, lelaki itu tidur kembali setelah di paksa solat subuh berjamaah oleh Ira.

Awalnya lelaki itu tidak mau solat berjamaah dan melanjutkan tidurnya, tapi Ira tidak mau kalah, Ia melakukan segala macam cara agar lelaki itu bangun dan mau menjadi imamnya. Suara lelaki itu saat membaca ayat suci Al-Quran begitu merdu. Ira suka mendengarnya.

Apa? Suka? Entahlah!

Matahari sudah keluar dari peraduannya, sinarnya membangunkan lelaki yang sedari tadi enggan membuka mata. Ira sudah siap berangkat ke pengadilan dengan pakaian rapinya.

“Kau mau kemana pagi-pagi seperti ini?” tanya Raihan yang sudah selesai mandi.

“Aku? Hari ini aku akan perang melawan kebatilan” kata Ira mantap.

Raihan menyentil dahi Ira dan sang empunya meringis.

"Sakit tau" ujarnya sambil mencubit tangan Raihan.

HUMAIRA (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang