PART 20

3.5K 161 17
                                    

Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃


Kedua lelaki yang tingginya hampir setara itu berjalan beriringan menuju kantin di penjara itu dengan sedikit berbincang-bincang masalah pekerjaan. Yuda dan Raihan adalah sahabat sejak menginjak bangku SMP, walaupun bersahabat sejak masih dibilang usia yang masih sangat muda, namun keduanya tetap saling mendukung hingga sekarang. Saling mengerti tentang keingin dan cita-cita mereka, tahu tentang kisah hidup mereka masing-masing.

“Bagaimana rasanya sekolah dan kuliah di Kairo sobat? Aku masih tidak menyangka jika kau disana selama beberapa tahun, persis kisah di novel-novel” kata Yuda terkekeh.

“Yah seperti yang aku bayangkan saat masih SMP, menyenangkan. Dan jangan samakan aku dengan kisah di novel-novel sobat, ini kisah ku sendiri.” jawab Raihan.

Yuda mengangguk kemudian tersenyum, jawaban lelaki di depannya ini tidak pernah berubah. Jawaban yang sama dia katakan padanya.

Sesekali mereka menyeruput kopi susu yang sudah terhidang di atas meja.

“Dan bagaimana ceritanya kau bisa menikah dengan pengacara itu? Tanpa mengundangku sama sekali? Ahh, tidak berprikesahabatan sekali kau ya,"

“Hem, aku saja tidak menyangka akan menikahinya,” Raihan tersenyum dan sedikit mengingat memori beberapa minggu yang lalu saat Ia menikai Ira dengan paksa.

“Dan kau kapan menikah? Aku sudah bosan melihat kesendirianmu,” lanjutnya.

Yuda tersedak dengan ucapan Raihan tadi, “Aku akan menikah jika sudah saatnya, kau tenang saja Rey” ucapan itu membuat Raihan tersenyum. Ia tahu Yuda orangnya seperti apa, sangat pemalu dengan wanita, Rey pikir itu akan berubah tapi ternyata tidak.

Di apartemen, Ira hanya duduk di sofa dekat kaca yang menghadap ke gedung-gedung di luar sana. Dengan rasa malas dan bosan Ia membaca beberapa berita dan video tentang dirinya di berbagai stasiun televisi, begitupun tentang keberadaannya sekarang.

Tentang dimana Ira berada sekarang dipertanyakan oleh pihak media dan teman-temannya termasuk Bastian, Poppy dan Ayu. Perempuan itu belum mengabari mereka tentang keberadaannya di apartemen Raihan karena tidak tahu akan memberikan alasan apa.

“Apakah sekarang saatnya mereka tahu kalau aku sudah menikah dan memberitahu mereka kalau orang itu adalah suamiku?” pertanyaan itu selalu muncul dalam benaknya saat ini.

Saat masih menerka-nerka apa yang akan di katakan nantinya pada teman-temannya,  fokusnya teralih pada cincin yang melingkar di jari manisnya.

“Sejak kapan aku punya cincin ini?” gumanya.

Diamati cincin itu, seperti cincin pernikahan begitu kata hatinya. Di buka cincin itu kemudian perhatikan lagi dan betapa terkejutnya Ia ketika melihat tulisan di dalam lingkaran itu yang bertuliskan “RAIHAN”.

“Raihan? Bukankah itu namanya?” gumamnya.

Saking tidak pernah menyebutkan nama lelaki itu, Ira sampai lupa akan nama orang yang sudah menikahinya beberapa minggu lalu. Apakah seperti itu efek dari rasa bencinya? Mungkin.

Pikiran itu bercabang lagi, memikirkan tentang dendam dan juga pernikahan ini. Rasanya Ia tidak sanggup menghadapinya, tetapi Ia kembali sadar bahwa Allah itu Maha Bijaksana. Ini adalah bagian dari skenario dalam hidupnya. Debaran pada hatinya selalu berkhianat pada isi kepalanya, ketika isi dalam kepalanya meminta sebuah pembalasan akan dendam namun berbeda dengan hatinya yang selalu saja terasa damai saat dekat lelaki itu.

Cinta dan benci itu berbeda tipis, hanya saja terkadang seseorang banyak menyangkal untuk itu. Mencoba membantah hati, tapi sebenarnya hatilah yang dapat merasakan dan mengetahuinya dengan benar.

HUMAIRA (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang