PART 46

1.8K 115 16
                                    

Selamat menjalankan ibadah puasa semuanya🤗Semoga puasanya lancar💙❤
Wah, sudah dua kali puasa, ya?😭
Terima kasih sudah setia menunggu😘💙❤

Selamat membaca🤗

...

Disebuah ruangan yang temaram, seorang laki-laki mengisap rokoknya yang sudah hampir habis. Menghembuskan asapnya dengan begitu santai, tanpa ada beban dalam setiap semburan asap yang dikeluarkan.

Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan. Rencananya berjalan lancar. Seorang perempuan datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, lelaki itu tersenyum miring. Tahu kalau perempuan itu adalah salah satu kuncinya untuk menguasai apa yang harusnya ia miliki.

“Bagaimana? Apa rencanamu berhasil?” Tanya perempuan itu, ia duduk bersisian dengan lelaki itu.

“Tidak ada kata gagal dalam kamusku. Kau akan melihatnya nanti.” Jawabnya dengan sombong.

Ia berdiri, menuju jendela yang tertutup gorden. Disibaknya gorden itu, tampaklah langit gelap disana. Bintang tidak ada kerlipnya, bulanpun tidak nampak sinarnya. Hanya awan yang menggulung disana. Menapkakkan akan turunnya hujan.

“Aku punya rahasia besar. Akan aku buka saat waktunya tiba. Ini akan menjadi kejutan besar nantinya”

“Kau tidak ingin memberitahu aku?”

“Areeza.. Areeza, kau bodoh sekali! Ini tidak akan menjadi kejutan jika aku memberitahumu sekarang. Nikmati permainan ini.”

Areeza berdecik. Tidak suka dibilang bodoh. Jika ini bukan rencananya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, ia tidak sudi bekerjasama dengan orang ini. Ia tidak bisa mengandalkan sepupunya. Tidak ada kilatan kebencian dalam diri Rossa pada Ira, maka ia memilih jalan lain.

Bekerjasama dengan yang mempunyai visi saama dengannya. Dan Kenanlah orangnya. Dia bisa diandalkan.


Ira mondar-mandir di kamar mandi, menunggu hasil benda pipih kecil yang ada hadapannya. Setelah merasa ada yang aneh dengan dirinya, ia memilih jalan ini. Membeli test pack untuk melihat apakah kecurigaannya pada dirinya benar.

Seudzon pada diri sendiri dosa tidak, ya?

Untuk kali ini mungkin seudzon itu diperlukan, karena sudah banyak yang menjanggal di hatinya. Tamu bulanan yang harusnya tiga minggu sebelumnya, kini terlewat. Ira mengangkat benda itu, memejamkan matanya, kemudian membukanya pelan-pelan, saat dilihat dua garis merah disana, ia membekap mulutnya menahan haru yang tercipta.

Rasa syukur tidak berhenti dia ucapkan. Ia harus memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya.

Ia keluar dari kamar mandi dengan senyum penuh. Meneliti kamar yang sudah sepi, suaminya sudah berangkat ke kantor. Tidak apa, nanti saat Mas Rey pulang akan aku beritahu, batinnya.

Dengan masih menyunggingkan senyumannya, ia berjalan ke meja riasnya untuk bersiap-siap ke firma.

“Ma?” Ira menyapa mama mertuanya yang sedang duduk di meja makan, Kinara menyambut dengan senyuman.

“Suami kamu tadi berangkat cepet, nemenin Via yang katanya ada ujian praktik pagi ini. Anak itu, sampai lupa kalau dia ujian.”

Kinara melanjutkan memakan roti yang tinggal sedikit, menyuruh menantunya ikut sarapan. Tapi, Ira hanya pamit karena buru-buru juga. “Ira? Dua minggu lagi Raihan ulang tahun, sudah menyiapkan kado?”

Baru saja berpamitan, Ira tertegun. Raihan ulang tahun? Kenapa ia tidak tahu? Ira tersenyum mengisyaratkan kalau sudah menyiapkannya. Menyiapkan apa, Ira? dirinya saja baru tahu. Sedikit senyumnya terangkat, ia tahu kado apa yang harus dia berikan pada suaminya.

HUMAIRA (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang