PART 45

1.9K 114 11
                                    

21 April 2020 : "Habis gelap terbitlah terang"
Selamat hari Kartini, untuk perempuan-perempuan hebat di negeri ini❤
22 April 2020 : Selamat hari bumi❤

...

Sebelum baca, follow dulu ya, kak.🤗

Selamat membaca🤗


...

Malam memang belum larut, tapi seeorang lelaki tengah kelimpungan mencari pedagang rujak malam-malam seperti ini. Bagimana tidak? Istrinya terus merengek meminta rujak mangga padanya. Tidak menerima kata besok. Bahkan tadi istrinya menicum pipinya berkali-kali seperti anak kecil yang membujuk orang tuanya membelikan sesuatu. Lelaki itu pasrah, iapun keluar sendiri mencari rujak yang diinginkan oleh istrinya.

Dengan menggunakan motor matic, ia menyusuri sepanjang jalan ibu kota dan juga jalan kecil lainnya. Setiap pedagang yang ditanya selalu mengatakan tidak menjual rujak.

Sempat bertanya pada salah satu warung, pedagang di warung itu menunjukkan tempatnya, namun, rujaknya sudah habis tepat saat ia datang. Raihan, hanya bisa menghela napas lelah.

Melihat Raihan yang sudah kelelahan membuat bapak penjual rujak itu menawarkan untuk ke rumahnya. Kata bapak itu, di rumahnya masih ada mangga. Kalau bumbunya tinggal buat saja.

"Istrinya ngidam ya, Mas?" Tanya bapak itu saat sedang mengupas mangga muda yang terlihat kecut. Raihan sampai berkali-kali menahan air liurnya.

"Mas?"

"Eh, iya pak?" Raihan tidak mendengarkan pertanyaan bapak itu, fokusnya hanya pada mangga yang tengah dikupas bapak paruh baya itu.

"Istrinya ngidam?"

Mendengar pertanyaan itu, Raihan terdiam. Ngidam? Hamil maksudnya? Tapi ia tidak pernah melihat Ira muntah-muntah seperti kebanyakan orang hamil lainnya. Berarti tidak mungkinkan?

"Istri saya gak mual-mual kok, Pak." Jawabnya sekenanya.

Bapak itu mengangguk-angguk. Melanjutkan aktivitas memotong-motong mangga, kemudian membuat bumbu rujaknya. Raihan ikut membantu mengulek bumbunya. Ia tersenyum saat bumbu itu sudah jadi.

"Ini, Mas, rujaknya." Kata bapak itu memberikan rujak yang dibungkus mika. Raihan mengeluarkan uang dua lembar seratus ribuan dan diserahkan pada bapak itu. Bapak itu menolak karena kebanyakan. Tapi, Raihan memaksa bapak itu untuk menerimanya.

"Terima kasih, Mas. Semoga istrinya beneran hamil, ya." Ujar bapak itu ketika Raihan akan beranjak pergi.

Mendengar itu, Raihan tersenyum dan bergegas menuju rumah.
Raihan pulang dengan senyum yang tidak pernah pudar dari bibirnya. Seperti mendapatkan jackpot miliyaran, padahal hanya berhasil memenuhi keinginan istrinya. Ia sudah menyusun rencana agar malam ini Ira selalu dalam pelukannya. Meminta imbalan dari berhasilnya dia mencari rujak. Tidak ada salahnya, kan?

Sampai di rumah, Raihan disambut oleh senyum kecut istrinya. Nahlo, kenapa?

"Mas lama banget sih. Aku udah gak mau makan rujak."

"Kok gitu, sih, sayang? Aku tadi abis keliling nyari ini aja." Raihan, lebih memprihatinkan sekarang. "Terus ini gimana?"

"Makan aja sendiri, aku gak mau tahu. Mas harus habisin rujak itu sekarang!" Ia menyedekapkan tangannya. Raihan seperti tidak terima.

"Aku gak suka rujak, sayang." Katanya meminta keringanan, makan apa saja. Asal jangan rujak!

Ira menangis kencang. Raihan kebingungan, pasalnya, istrinya tidak pernah seperti ini. Ira terus menangis karena Raihan tidak mau makan rujak itu. Akhirnya, Raihan menyerah. Ia memakan rujak itu dengan terpaksa.

HUMAIRA (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang