PART 1

6.6K 232 1
                                    

Selamat Membaca🤗

🍃🍃🍃

Humaira Khanza Abraham. Seorang pengacara muda di salah satu ibu kota yang sedari kecil menjadi tempat tinggalnya. Gadis yang sangat pintar dan ahli dalam bela diri ini agak tomboy sebelum menginjak masa perkuliahan.

Namun setelah kuliah, gadis tomboy itu berubah menjadi anggun karena menggunakan pakaian tertutup atau bisa dibilang syar’i. Dengan perubahannya yang sekarang, gadis ini senang bisa merubah sikap yang selalu di tentang oleh Ayahnya. Bukannya pembangkang, hanya saja gadis itu lebih suka menjadi dirinya sendiri.

Saat SMA, Humaira selalu mendapatkan juara 1 lomba bela diri yang di adakan di berbagai tingkat di Ibu kota. Karena kecemasan sang Ayah yang begitu mencintainya, Humaira tidak lagi mengikuti lomba saat kuliah dan merahasiakan dirinya sebagai seorang yang ahli bela diri terbaik.

Bukan karena apa-apa, hanya saja Ayahnya takut putrinya akan menjadi terlena akan dunia bela diri yang sudah menjadi bagian dalam dirinya dan lupa dengan kuliahnya.

Walaupun berhenti mengikuti lomba bela diri, tapi Humaira selalu berlatih di rumahnya dengan bantuan kakaknya yang seroang tentara.

Yah, Humaira terlahir dari keluarga seorang tentara. Ayahnya adalah seorang Jendral dan kakaknya seorang Sersan. Sebenarnya Humaira dulu ingin menjadi seorang tentara juga, tapi itu ditentang oleh sang Ayah dan Ia pun memilih untuk kuliah di Fakultas Hukum dan memilih menjadi seorang Pengacara.

Gadis itu baru beberapa bulan menjadi pengacara dan Ia sangat menikmati profesinya itu. Sedangkan ibunya sudah meninggal saat Humaira berusia 10 tahun. Ada rasa tak percaya saat ibunya meninggalkannya dan tak akan pernah kembali lagi. Namun gadis itu percaya bahwa Ibunya sudah tenang di surga sana.

Bicara masalah usia, Humaira baru saja menginjak usia 23 tahun. Usia yang masih muda dan tentunya menjadi istri idaman. Ehem.

Memang benar, gadis yang tingginya 160 cm itu menjadi primadona saat di SMA dan perkuliahan. Namun tak ada satu lelaki beruntung yang mendapatkan hatinya. Hingga pada akhirnya, ada sesorang dari masa lalu Humaira yang melamar gadis itu.

“Ira...!!!” pekik suara seorang memanggil Ira.

Gadis itupun berbalik dan mencari sumber suara yang memanggil-manggil namanya sedari tadi.

“Suaranya jangan kenceng-kenceng gitu dong Sya, malu dilihatian banyak orang” tegur Ira pada gadis yang kini sudah berada di dekatnya.

Gadis itu adalah Hasya, sahabat Humaira di bangku Kuliah. Hasya sekarang bekerja disalah satu perusahaan terkenal di ibu kota itu. Gadis itu sudah dianggap sebagai saudaranya.

“Kamu beneran udah di lamar sama anak dari sahabat Ayah kamu?” tanya Hasya to the point.

Mendengar ucapan sahabatnya yang begitu ribut dan suaranya yang meninggi membuat Ira menoleh kanan, kiri, depan, dan belakang untuk memastikan tidak ada yang mendengar ucapannya itu.

“Sstt.. Kamu ini pelan-pelan bicaranya Sya, aku kan jadi malu” ujar Ira  yang membekap mulut sahabatnya itu.

"Maaf Ra, aku kaget dengar kabar itu,” kata Hasya yang mulutnya sudah tidak di bekap lagi.

Humaira pun menjelaskan tentang lamaran yang dilakukan keluarga dari sahabat ayahnya tempo hari. Dengan wajah berseri-seri Ira menceritakan hal itu pada Hasya. Mereka sudah janjian di sebuah taman dekat dengan kantor Hasya. Tentu saja Hasya yang memaksa untuk bertemu dengan Ira.

“Jadi dulu kalian satu SMA dan kamu sudah suka padanya sejak kelas 1 SMA?” tanya Hasya yang begitu antusias di tengah-tengah cerita yang dibicarakan oleh Ira.

“Kamu jangan kenceng-kenceng ngomongnya, aku jadi malu” Ira mencubit lengan Hasya saking gemasnya dengan sahabatnya itu.

“Iya maafkan aku nyonya Rico Permana, aku tidak akan berbicara dengan nada tinggi” dengan mengangkat jari tengah dan telunjuknya Hasya cengengesan.

Mendengar kata “Nyonya Rico Permana”, wajah Humaira berubah menjadi merah.

Ia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menikah dengan lelaki yang di sukai dari SMA. Yah, seperti cinta dalam diam itu tidak bertepuk sebelah tangan. Faktanya Rico juga menyukai Ira saat pertama kali bertemu di masa sekolah dulu. Rico adalah kakak kelas Ira yang sangat populer di SMAnya dulu. Saking populernya Ira sempat merasa minder dengan rasa sukanya. Mengapa tidak? Saat itu Ira masih terkessan tomboy dengan hijab yang hanya mencapai dada saja.

Hingga akhirnya ia berusaha melupakan lelaki yang menjadi cinta pertamanya itu dengan berbagai macam cara. Namun takdir berkata lain, ternyata lelaki yang ia sukai juga menaruh hati padanya.

“jadi, kapan kalian akan menikah?” tanya Hasya dengan pertanyaan menggoda sahabatnya.

“Dua minggu lagi” jawab Ira singkat.

“Dua minggu lagi?” Hasay menganga dengan mata yang sudah hampir keluar.

“Iya, soalnya Rico akan pergi ke luar negeri satu bulan lagi untuk urusan bisnis”.

Rico adalah satu-satunya ahli waris keluarga Permana. Oleh karena itu Ia memegang seluruh tanggung jawab atas perusahan ayahnya. Walaupun perusahan itu belum diserahkan sepenuhnya padanya, Rico sudah memegang berbagai perusahaan milik sang ayah dan hasilnya tidak mengecewakan. Ia adalah pebisnis yang sangat hebat.

“Berarti jadi dong maharnya surat Ar-Rahman?” Hasyaa menaik turunkan alisnya dengan sedikit senyum jail.

“Apaan sih Sya,” ujar Ira malu-malu dengan tidak melepaskan senyumnya. Manis, bahkan sangat manis dari gula batu.

Siapa yang tidak tahu surah Ar-Rahman? Surah yang didambakan seorang wanita muslimah untuk dijadikan mahar saat pernikahan nya.

Membayangkan surah itu akan dibacakan saat acara pernikahan nya nanti membuat Ira menjadi berseri-seri. Kenapa tidak? Surah Ar-Rahman adalah salah satu surah favoritenya.

“Udah ah, ayo pulang. Udah sore ini. Nanti Ayah nyariin aku” Ira berdiri dan merapikan kemejanya.

“Iya sih di cariin, secara kan kamu udah mau jadi istri orang” goda Hasya lagi.

“udah ah” Ira beranjak dari tempatnya. “Oiya, jangan lupa lusa ya, Assalamualaikum ukhti ku” lanjut Ira sambil berjalan ke arah parkiran motor, sedangkan Hasya berjalan ke arah parkiran mobil.

Ira tidak ingin berlama-lama lagi, dengan mengendarai motor Scoopynya Ia menelusuri jalan ibu kota yang kian padat di jalan raya. Jarak dari taman ke rumahnya cukup jauh. Kira-kira 30 menit. Walaupun dari keluarga yang bisa dibilang sangat mampu, ia jarang menggunakan fasilitas dari Ayahnya. Seperti mobil misalnya, Ira sudah mempunyai mobil yang di hadiahkan oleh sang ayah karena ia berhasil menjadi pengacara seperti yang dia inginkan. Dan motor yang ia kenakan sekarang adalah motornya sejak SMA dan ia sangat menyayangi motor bebeknya itu. Tentu saja dengan merawatnya dengan baik.

Sesampai di rumah, gadis itu hanya melihat sang Ayah yang tengah asyik bermain catur dengan temannya.

"Assalamualaikum Yah, Om" Ira menghampiri Ayah dan memberikan kecupan hangat pada sang ayah dan tentu saja tak lupa menangkupkan tangan kepada teman Ayahnya itu.

"Waalaikumussalam anak Ayah, senang sekali sepertinya" tebak sang Ayah saat melihat senyuman anak gadisnya tak pernah luntur sedari tadi.

"Umm Ayaaahh.." ujar gadis itu bermanja-manja pada Ayahnya dan seperti tak menghiraukan lelaki yang tersenyum melihat interaksi kedua anak dan Ayah itu.

"Ehem" ujar teman Dito - Teman Ayahnya Ira.

“Hehe, Yah, Om, kalo gitu Ira ke kamar dulu ya. Gerah” katanya sambil beranjak dari tempat duduknya. Sang Ayah hanya mengangguk dengan tersenyum.

Saat di kamar, Ira memandangi wajahnya di depan cermin. “Sebentar lagi aku akan menikah ya? Ahh rasanya seperti mimpi” gumamnya pada dirinya sendiri.

Dengan pipi yang bersemu dan menampakkan warna merah, gadis itu tersenyum kecil pada cermin dan tertunduk malu saat menyadari pipinya sudah seperti tomat.

“Ahh, lama-lama aku bisa gila” ujarnya saat sudah puas melihat dirinya ke arah cermin.

Lombok, 01 Maret 2019❤

HUMAIRA (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang