Fasya memilih meninggalkan kantin karena tidak enak sama Althaf.
Fasya berjalan menuju kelasnya, saat di perjalanan ada segerombolan anak yang mengejeknya.
"Heh, cupu, Lo kegenitan deh sama, Syafi. Syafi itu nggak cocok sama, Lo," kata Tia .
"Aku nggak kegenitan sama Syafi. Syafi yang ajak sendiri aku jadi temannya," balas Fasya.
"Heh, Lo mikir dong, kalau, Lo. Di kelas punya teman, Syafi juga nggak akan deketin, Lo. Syafi itu cuma mau, Lo ada temennya aja," kata Tia lagi.
"Ya kalau itu terserah Syafi aja sih," balas Fasya.
"Dan satu lagi, semua anak di kelas itu nggak suka sama Lo dan gara-gara Lo, mereka juga mulai ngejauh dari Syafi, tonton aja waktu Lo nggak masuk, dan pas itu ada kerja kelompok yang minimal 3 anak, tapi asal Lo tahu, Syafi nggak dapat teman kelompok dan dia ngerjain sendiri, itu karena apa karena mereka nggak mau kalau sampai Lo masuk, Lo gabung sama kelompok itu, mikir, otak dipakai," kata Tia panjang lebar yang memohok hati Fasya.
Fasya tidak membalas ucapan Tia karena setelah Tia berkata panjang tadi dia dan teman-temannya langsung pergi meninggalkannya.
Fasya melanjutkan perjalannya ke kelas dengan kepala tertunduk dan otaknya selalu terngiang kata-kata Tia tadi.
"Apa benar?" tanya Fasya kepada dirinya sendiri.
Sesampainya di kelas, Fasya langsung duduk di kursinya dan melamun memikirkan perkataan Tia tadi, sampai-sampai Syafi sudah duduk disebelahnya.
"Sya, mikirin apa?" tanya Syafi.
"Eh, enggak kok," jawab Fasya.
"Fi," panggil Fasya.
"Apa," balas Syafi.
"Apa benar, pas aku nggak masuk sekolah kamu nggak dapet kelompok karena anak-anak nggak mau?" tanya Fasya.
"Oh itu, iya, tapi nggak masalah," jawab Syafi.
Setelah mendengarkan jawaban Syafi tadi Fasya langsung terdiam.
Guru mata pelajaran seni pun memasuki kelas.
"Selamat siang anak-anak," sapa Ani guru seni.
"Selamat siang,Bu," balas semua.
"Hari ini akan ibu kasih gambar contoh satu-satu dan tirukan gambar itu semirip mungkin,siap," kata Ani.
"Siap, Bu," balas semua.
Ani pun membagikan satu-satu contoh gambar yang di bawanya.
Saat akan menggambar, ternyata Syafi nggak bawa pensil.
"Sya, ada pensil dua?" tanya Syafi.
"Duh, nggak ada, Fi," jawab Fasya.
"Ya udah, nggak papa," balas Syafi.
"Ton, pinjam Pensil boleh?" tanya Syafi kepada Toni.
"Pinjam, Fasya aja," balas Toni.
"Fasya nggak punya," kata Syafi.
"Emang nggak berguna. Lo masih aja mau sama dia," balas Toni dan meminjamkan pensilnya.
Syafi tak menjawabnya.
"Fi, aku kok kayak pengganggu kamu ya," kata Fasya.
"Pengganggu apa sih, Sya?" tanya Syafi.
"Ya,gara-gara aku kamu sama Althaf kayak tadi, terus anak- anak kelas juga jadi ngejauhin kamu," jawab Fasya.
"Aku nggak ngerasa kok," balas Syafi.
"Ya tap-," belum selesai Fasya ngomong tapi sudah dipotong oleh Syafi.
"Sya, ILY," potong Syafi.
"Hah, ILY?, Lo manggil siapa?" tanya Fasya pura-pura tidak tahu.
"Kok, nggak tahu sih," kata Syafi.
"Maksudnya?" tanya Fasya yang masih dengan kepura-puraan.
"Nggak," balas Syafi.
Aku tahu,Fi. Maksud kamu, tapi maaf - batin Fasya.
Aduh,Fasya ini pura-pura apa emang polos orangnya - batin Syafi.
-----
Rumah Fasya
Setelah pulang sekolah, Fasya langsung menuju rumahnya, tapi saat sampai di rumah dia dikagetkan dengan.
"Mas Fattah," teriak Fasya langsung memeluk Kakak laki-lakinya.
"Aduh adeknya mas, udah sma aja," kata Fattah.
"Mas, kok nggak bilang dulu sama Fasya,kalau pulang," balas Fasya.
"Nggak asik dong, oh iya, Mas datang nggak sendiri, lho," kata Fattah.
"Mas, pulang sama siapa?" tanya Fasya.
"Sama dia," jawab Fattah sambil nunjuk dapur.
Fasya berjalan menuju dapur dan
"Kak Arvin," teriak Fasya dan langsung memeluk Arvin.
Arvin?,siapa dia?
Pengen tahu?,tunggu di chapter selanjutnyaSalam hangat
06/07/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Syafa
Teen FictionIni adalah sebuah kisah tentang cinta yang harus berubah menjadi kebencian yang terdalam karena sebuah alasan yang tak di ketahui. Dimana sebuah tokoh utama harus menjadi egois untuk orang tercintanya. Kepo? Langsung baca aja ya👍 241218🐾