Hati hati typo
*******
Shani mengantar Gracia sampai ke ruang meeting, dan mereka terlambat sepuluh menit. Disana sudah ada Gery, Anin, dan dua orang Staff Natio Group.
Gracia tersenyum sopan dan menyalami satu per satu orang yang ada disana. Terakhir pada Gery, yang langsung mengambil kesempatan, Lelaki itu dengan cepat melakukan aksi cipika-cipiki di depan semua orang.
“ I Miss you Gracia!” Gery mengatakan itu didepan semua orang tanpa malu.
“Wow, really?” balas Gracia tertawa. “Ah, kamu kan semuanya dikangenin.”
Gery ikut tertawa, “Setelah project terakhir kita tahun lalu, aku pikir kita nggak pernah kerja bareng lagi.” Gery meminta sesuatu pada manajernya dan menyerahkan sebuah kotak pada Gracia. “Spesial untuk kamu...”
“Apa ini?”
“Almond Chocolate. Kemarin aku baru pulang dari Swiss terus pas dikabarin mau ada satu kerjaan sama kamu, aku beli ini.”
“wah, makasih.”
“Sama-sama Gracia.”
Anin sudah tidak kaget melihat kedekatan antara Gery dan Gracia, mereka pernah syuting selama sebulan penuh dan dari situlah awal hubungan pertemanan mereka terjalin. Tapi bagaimana dengan Shani?
Lelaki itu hanya mengamati Gracia dan Gery dengan wajah datar dan tidak peduli. Setelah semua berkumpul, Shani memberi instruksi pada Bawahannya untuk memulai meeting dengan segera.
“Terima kasih sudah datang dan bersedia menghadiri meeting hari ini. Merupakan kebanggaan bagi kami, bisa bekerja sama dengan Mbak Gracia dan Mas Gery. Sebelum memulai, rekan saya akan menjelaskan seperti apa nanti konsep dari short story untuk produk kami.” Jelas sang General Marketing itu.
Didepan ruangan, salah satu Staff Natio Group menjelaskan tiap slide berisikan gambar visual yang muncul satu per satu. Adegan pertama diawali dengan perkenalan, lalu pernikahan dan bulan madu.
“Ada kissing scene, nggak?” tanya Gery sambil tersenyum nakal.
“Kalo pakai kissing scene, bayaran nya sepuluh kali lipat.” Anin yang menjawab garang. Dia tau, Gracia paling anti melakukan adegan ciuman kalau tidak terpaksa dan memang harus.
“Hahahaha. Kan, biar lebih dapet kesan romantisnya,” timpal Gery.
Shani sama sekali tidak terpengaruh dengan gelagat Gery yang tengah menggoda Gracia didepannya.
“Cium kening? Gimana Gre?” tanya Gery.
Gracia tidak menggubris pertanyaan Gery. Dia malah melempar pertanyaan pada kedua Staff tersebut. “Sepenting apa adegan itu harus ada? Maksudku, ada banyak cara kan, untuk menunjukkan kesan romantis? Apalagi ini untuk iklan yang bakal tayang diseluruh saluran tv kan?”
“hmm,” salah satu Staff tersebut bingung menjawabnya pandangannya malah tertuju pada sang General Marketing. “Nanti mungkin bisa dibicarakan pada pihak agensi, Mbak. Meeting kita hari ini hanya membahas konsep besarnya saja.”
Gracia tersenyum mengerti.
“Kalo kamu keberatan, kamu bisa mundur dari project ini Gracia.” Tanpa disangka-sangka Shani berbicara. “Kami bisa mencari aktris lain.”
“Maksud kamu?” Gracia kesal karena merasa diremehkan. Maksud Shani adalah jika Gracia tidak ingin melakukan adegan yang diminta, dia boleh mundur dan itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Shani yang akan bertanggung jawab sepenuhnya.
“Kamu meragukan aktingku?” Shani yang tidak menjawab dicecar oleh Gracia.
“Bukan itu.” Shani menghela napas, bingung harus menjelaskan seperti apa. “Jangan melakukan sesuatu yang kamu nggak nyaman.”
Anin, dan kedua Staff disana menahan senyum. Shani tengah cemburu. Tapi berusaha menutupi dengan sikap profesional yang sayangnya gagal.
“Aku nggak masalah kok. Selama masih dalam tahap wajar,” balas Gracia sinis.
Skakmat! Shani tidak membalas lagi dan dia memilih diam.
*******
Gracia masih memasang wajah kesalnya pada Shani dan demi menjunjung kesopanan, dia membiarkan pria yang berstatus sebagai suaminya itu menggandengnya setelah mereka selesai meeting. Entah apa maksud Shani kali ini? Kalau lelaki ini ingin menunjukkan kepemilikan atas dirinya, Gracia rasa semua orang tau jika mereka suami istri.
“tunggu di situ.” Tunjuk shani pada sofa di dalam ruang kerjanya. “Aku selesaikan kerjaan ku dulu. Sehabis itu kamu aku antar pulang.”
“Aku bisa pulang sendiri,” bantah Gracia.
“Sama siapa?”
“Bukan urusan kamu.”
Shani menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa di baca oleh Gracia. Tapi akhirnya dia tersenyum. “Kenapa sih, kita selalu berantem?”
Gracia menyipitkan mata. “Karena kita nggak sepaham. Atau emang kita yang selalu nggak mau ngalah.”
“Aku nggak marah, saat kamu cium atau panggil aku dengan sebutan yang aneh-aneh kayak gitu. Mungkin peraturan hubungan yang ingin kamu miliki seperti itu. Tapi kamu juga harus tau, aku juga punya aturan, Gracia.”
Gracia mencoba mendengarkan. Awalnya dia kesal karena cemburu pada Nadse, karena Shani mengajaknya ke tempat yang sering dikunjunginya bersama Nadse. Dan kekesalan itu semakin memuncak ketika Shani menyuruhnya untuk mundur dari project itu dengan alasan ketidaknyamanan. Lalu sekarang, Shani berbicara tentang aturan yang Gracia sama sekali tidak mengerti.
“Aturan apa? Aku nggak ngerti,” keluh Gracia.
Shani berdiri menyender didepan meja kerjanya, tangannya terlipat didepan dadanya. “Semua orang tau nya kita ini suami-istri, kan?”
“Tadi Aku hanya mencoba melindungi kamu dari Gery.”
“Dari apa?” Gracia menantang. Jelas-jelas Gery bukan jenis laki-laki jahat yang bisa menyakitinya.
Shani berubah serius. Tubuhnya tegak. “Apa aku harus diam, ketika ada laki-laki lain dengan penuh hasrat mengatakan mau mencium istri ku?”
“Itu Cuma akting, lagian adegan itu juga belum pasti, kan? Semua masih bisa dirundingkan.”
“Tapi sebagai suami kamu, aku nggak suka!”
“Apanya yang nggak suka?” Gracia balik bertanya dan ikut frustasi. “Kamu meragukan aktingku? Atau kamu takut Gery suka sama aku?”
“Aku nggak suka kamu terlihat gampangan!” Shani tau kata-katanya akan menyakiti Gracia, tapi dia tidak memiliki kalimat yang tepat untuk menggambarkan kekesalannya yang sejak tadi dia tahan.
“Kamu bilang aku gampangan?” wajah Gracia memerah. Tak ada gunanya melanjutkan pembicaraan ini. “Aku pusing, aku mau pulang aja.” Dia hanya ingin pulang ke apartemennya sendiri, tidur disana seharian penuh dan menguatkan hatinya kembali.
“Gracia...” panggil Shani penuh dengan rasa bersalah.
Shani mendekati Gracia dan kejadian ini seperti flashback! Dia ingat, Shani mempermalukan dirinya sebelum keberangkatannya ke Jogja. Dia menghindari tatapan Shani dan bergerak perlahan ke arah pintu.
Sedikit lagi. Tapi Shani menarik tangannya, membuat tubuh Gracia berbalik dan mereka berhadapan satu sama lain. Shani menyusuri wajah Gracia yang membuat dirinya frustasi. Perempuan ini yang telah membuatnya jadi bahan tertawaan karyawannya.
“Jangan cium.” Gracia menggelengkan kepalanya ketika telapak tangan Shani menangkup pipinya.
“Kenapa jangan?”
Gracia meletakkan tangannya di dada Shani, mencoba menahan pria itu semakin dekat ke tubuhnya. Ditatapnya Shani dengan lekat.
“Nanti Nadse marah!” setelah mengatakan itu, Gracia puas melihat wajah Shani yang penuh emosi.
Tanpa diduga, ibu jari Shani mengusap bibir Gracia. “Tapi sayang nya rasa bibir kamu lebih membuat aku penasaran.”
Detik itu juga, Shani melumat bibir Gracia dengan perlahan, menikmati setiap sensasi yang muncul dari bibir Gracia yang lembut dan membuatnya mabuk. Wajah Shani tersenyum, ketika Gracia memejamkan matanya dan tidak menolak setiap kecupan darinya.*******
Gimana????
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
RomanceKamu sekarang mengerti kan? rasanya Shani Indira Natio & Shania Gracia