28

5.7K 411 71
                                    

Apakabar teman-teman?????

Maafkan saya yang jarang apdet 🙏

Hati hati typo

*******

Shamy Jason Natio.

Shamy lahir dengan proses operasi pada saat kandungan Gracia baru memasuki bulan kedelapan. Faktor stres juga kondisi fisik Gracia yang lemah adalah alasan kenapa Shamy terlahir sebelum waktunya.

Saat melahirkan Shamy, Gracia dan Shani masih berstatus sebagai suami istri karena pengacara Gracia mengatakan, perceraian baru bisa terlaksana setelah Gracia melahirkan. Tapi karena Gracia sudah ingin berpisah dan tidak mau tinggal bersama Shani, dia memilih pulang ke rumah orangtuanya. Shani pun mengizinkan keputusan Gracia. Bukannya dia tidak mau memperjuangkan Gracia, tapi Shani tidak ingin memaksakan kehendaknya dan akhirnya membuat Gracia semakin menderita.

Meski begitu, Shani tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang suami. Shani masih membiayai segala kebutuhan Gracia, dari mengantarkan Gracia ke dokter kandungan untuk melihat perkembangan anak mereka dari monitor USG. Dan sampai suatu hari, Gracia mengeluh tidak bisa tidur karena perutnya sakit.

“Shan...” sudah jam 1 dini hari, tapi Gracia tidak peduli dan tetap menelepon Shani.

“Iya?”

“Kamu udah tidur ya?” tanya Gracia dengan perasaan bersalah.

“Ini udah bangun kok. Kenapa? Kamu mau makan sesuatu?”

Shani kini selalu sigap jika ponselnya berbunyi. Gracia suka lapar pada saat tengah malam dan Shani bilang, Gracia hanya tinggal mengatakan apa yang diinginkannya dan Shani akan membelikannya.

“Bukan itu, aku nggak bisa tidur. Tadi telepon Anin, tapi nggak diangkat. Jadi telepon ke kamu,”
kata Gracia dengan nada gengsi dan tidak mengaku kalau perutnya terasa nyeri.

Shani tersenyum senang dan merasa senang. Walaupun dia hanya jadi cadangan tapi setidaknya Gracia masih mengingat dirinya.

“Mau ngobrol?” tawarnya.

Gracia sebenarnya juga tidak tau apa yang diinginkan olehnya. Tapi dia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Mendengar suara Shani dan mengobrol dengan laki-laki yang sebentar lagi akan dia gugat cerai, rasanya menyenangkan dan akan membuatnya mengantuk.

“Mau. Seharian ini kamu ngapain aja Shan?” tanya Gracia dan bergerak di atas ranjang untuk memeluk guling nya dan mencari posisi yang nyaman.

“Seharian ini, aku tadi bangun jam setengah tujuh, sarapan roti dan susu. Berangkat ke kantor, terus rapat dan pergi ke Bogor buat peninjauan ke kantor cabang dan baru sampai ke apartemen jam sepuluh malam,”
Shani menceritakan apa saja yang dia lakukan seharian ini pada Gracia.

“Terus makan malam sama makan siangnya?”

“Sambil rapat.”

“Setiap hari begitu terus?”

“Iya.”

“Kamu harus olahraga Shan, biar badan kamu fit terus.”

Hal-hal yang dulu bagi Shani terlihat kecil kini terasa begitu besar dan membuatnya merasa kehilangan. Dulu di apartemennya, Gracia sering sekali menyiapkan jus buah-buahan dan sayuran untuknya. Sekarang? Kulkasnya kosong tanpa isi.

“Maka dari itu kamu pulang,” kata Shani.

Pulang yang berarti mereka harus tetap tinggal bersama dan menjalani kehidupan rumahtangga mereka. Pembahasan ini akan berujung pada debat kusir yang alot. Berulang kali Gracia menjelaskan bahwa pernikahan mereka sudah hancur. Tapi Shani justru berpikir sebaliknya, bahwa semuanya masih bisa diperbaiki.

“Aku mau tidur ya, Shan. Makasih kamu udah mau nemenin aku ngobrol.”

Dan selalu berakhir seperti itu. Gracia bisa merasakan kekecewaan Shani, tapi dia memilih tidak peduli. Dia tidak mungkin mundur kan?

“Yasudah, telepon aku ya kalau kamu nanti butuh apa-apa.”

Gracia tidak terlalu jelas mendengar kata-kata Shani, karena tiba-tiba tubuh bagian bawahnya terasa dingin dan lembab.

“Shaniiiii” Suara Gracia panik.

"Diranjang ku ada air dan darah, baju aku basah semua juga.”

“Perut kamu? Apa rasanya?” tanya Shani dan mencoba untuk tenang.

“Tadi sempat nyeri terus hilang.”

“Kamu tunggu aku. Aku ke sana sekarang ya, panggil Papa! Kamu tetap tenang, jangan panik.”

“Iya.” Jawab Gracia.

Air ketuban Gracia pecah saat itu juga sebelum waktunya. Gracia harus menjalani operasi malam itu juga. Shani pun menyetujuinya demi keselamatan Gracia dan anak mereka. Tak sedetikpun Shani meninggalkan Gracia.

Ketika di ruang operasi pun , Shani memaksa masuk demi menemani Gracia. Digenggamnya tangan Gracia sambil sesekali mengajaknya mengobrol santai agar Gracia merasa rileks.

“Aku cinta kamu Gracia.” Bisik Shani entah untuk keberapa kali dan Gracia hanya membalasnya dengan senyum.

Tangan Gracia menggenggam Shani semakin erat ketika suara tangisan bayi terdengar nyaring. Setitik air mata Gracia mengalir di wajah pucat nya dan Shani tersenyum sambil mencium kening Gracia dan mengucapkan kata terima kasih.

“Shamy Jason Natio,” bisik Shani saat menggendong bayinya.

Gracia yang terbaring lemah tak kuasa menahan haru. Shani tidak pernah mengatakan apa-apa tentang nama anak mereka, bahkan Gracia sendiri pun belum menyiapkan nama spesial untuk anaknya.

“Kamu setuju?”

Gracia mengangguk sambil tersenyum. Walau bagaimanapun, Gracia tidak ingin menghilangkan jejak Shani sebagai ayah dari anak yang dikandungnya.

“Panggilannya Shamy, ya?”

Shani mengangguk dan tersenyum haru menatap wajah polos anaknya. Kehadiran Shamy sangat dinantikan nya. Shani meyakini dengan adanya Shamy diantara mereka, Gracia bisa berpikir ulang tentang perceraian mereka.

Shani masih berharap dan terus berusaha meluluhkan hati Gracia dengan berbagai tindakan yang nyata, bahwa dia masih mencintai Gracia. Serta memberi keyakinan pada Gracia, bahwa mereka akan menjadi keluarga yang utuh, saat mereka bersama.

Tapi, harapan Shani pupus. Ketika Gracia mengatakan saat mereka tinggal berdua di ruang rawat.

“Aku udah lahiran Shan, jadi kamu udah boleh mulai mengurus perceraian kita.” lambat-lambat Gracia mengatakannya dengan tenang.

“Kamu nggak lupa kan, sama janji kamu?”

Luluh lantak sudah tiap harapan dan juga kesempatan yang dimiliki Shani.

“Sekarang ada Shamy, Gracia? Kamu yakin bakal membesarkan dia dengan keadaan kita yang terpisah?”

Gracia mengangguk, tanpa keraguan sama sekali.

“Keinginan ku belum berubah. Tapi, kamu nggak usah khawatir, kamu tetap dapat hak asuh Shamy juga. Kita harus kerja sama untuk membesarkan dia.”

Siksaan macam apa ini. Shani merutuki dirinya sendiri. Ini adalah jenis janji yang sangat dia benci untuk ditepati.

“Iya.”

Hanya satu kata itu dan mereka benar-benar berakhir. Dan Shamy...bayi mungil itu akan tumbuh tanpa Shani disampingnya.

*******

Bagaimana nih?????



Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang