7. Takan Mungkin Ku Melupakan Kamu, Yang Terlalu Indah untuk Kumiliki

238 27 13
                                    

Sebelumnya

"Hahaha... lagian gue yang lagi sedih, koq loe yng baper... heran Gue?!" ujar Nabill dengan menggelengkan kepalanya dan membawa kepala Melody agar bersandar pada bahunya. "BTW, Loe pernah pacaran belom sih, Mel?" tanya Nabill yang sukses membuat Melody mengrenyit heran dengan pertanyaan itu.

"Belom..." Ujar Melody yang sukses membuat Nabill menghentikan pergerakan tangannya saat tengah memetik asal senar Gitar.





-Part 3-

"Kalo jatuh cinta?" Tanya Nabill kembali.

"Pernah hadir, dan masih!" ujar Melody asal.

"Ck... Mel, itu judul lagu!" Ujar Nabill yang kurang puas akan jawaban Melody. Sedangakan Melody hanya terkekeh dengan wajah kesal Nabill.

"Yalagian, Loe nanaya naya ada – ada aja!" Ujar Melody dengan masih terkekeh.

"Gue nanya serius Mel, ini!" Ujar Nabill seolah menuntut jawaban pada Melody.

"Sekali, selama hidup gue, gue baru ngerasain cinta yang seakan deket tapi nyatanya susah banget buat gue raih." Ujar Melody dengan menatap Nabill seolah saat itu pula memberi tahu pada Nabill tentang perasaannya.

"Widihhh... Kalo gue jadi pacar loe, gue bakal jadi First Love, dong? Hahaha..." Ujar Nabill dengan diakhiri dengan tertawa karena ucapannya sendiri.

"Ya... semacam gitu lah..." Ujar Melody dengan tersenyum menatap Nabill.

Jujur sebenarnya Meloady cukup senang saat Nabill mengatakan hal itu. Namun kembali pada kenyataan, jika hal yang Nabill katakan sebalumnya, itu tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun., karena Melody sadar mungkin saat ini, hati Nabill telah sepenuhnya milik Gaby.

"Apa yang mau loe lakuin setelah ini, Bill?" Tanya Melody yang kini sukses melunturkan tawa Nabill.

"Gue gak yakin..." Ujar Nabill dengan menundukan kepalanya.

"Gue tau, loe sadar sama semua ini, Bill! Gue tau loe juga rasin apa yang guerasain...."

"Ya... Tap..."

"Gue gak akan kemana – mana Bill!" Ujar Melody cepat dengan menyentuh Bahu Nabill.

"Gue gak tau apa yang gue rasain Ini nyata atau hanya sekedar ilusi gue semata. Setiap apa yang gue lakuin, gue ngerasa ada yang salah." Ujar Nabill dengan menatap maniak mata Melody, Sedangkan yang ditatap malah gelagapan karena merasa dirinya akan tenggelam kedalam pesona seorang pemuda yang selama ini ia sayangi tanpa sebab dan alasan yang jelas.

"Gue gak mau kehilangan, loe! Barang sedetik pun, gue gk mau jauh dari loe, tapi..." Ucapan Nabill terhenti dengan mengalihkan pandangannya kearah lain, mencari kata – kata yang tepat untuk ia ungkapkan pada gadis di hadapannya itu.

"Tapi..." tanya Melody berharap Nabill melanjutkan ucapannya.

"Gue gak tau itu apa, Mel? Gue gek ngerti cara ungkapin semuanya itu harus kayak gimana? Gue gak tau apa yang harus gue perbuat! Gue bingung!"

Nabill dan melody hanya termrnung dengan sama sama menatap hamparan gedung pencakar langit yang terhampar luas dihadapannya. Hingga sampai Melody menyadari setiap ucapan Nabill sebelumnya.

Dengan perasaan yang tak karuan, Melody menatap Nabill dan juga menuntun tangannya untuk membawa wajah Nabill untuk menatapnya, Nabill yang dengan perasaaan juga sama tak karuannya menatap Nabill dengan tatapan bingungnya sendiri, hingga sampai Melody menutup matanya dengan terus membawa wajah nabill semakin mendekat kearahnya. Hingga puncaknya kedua bibir mereka menyatu tanpa lumutan sedikitpun, hanya sekedar menyampaikan rasa yang begitu tulus satu sama lain. Dengan harapan setelah ini Nabill mengakui perasaannya dan menyerah akan pertahanan dinding hatinya yang terasa begitu menjulang tinggi dimata Melody.

Lama kedua bibir mereka terpaut, Nabill mulai menggeraka bibirnya dan menuntun tangannya sendiri menekan tengkuk Melody semakin dalam, dan mlai melumutnya dengan penuh kelembutan seolah mengisyaratkan perasaannya pada Melody selama ini, seakan Nabill lupa akan satu hal yang menjadi dinding penghalang antara dirinya dan Melody.

Setelah keduaya mulai kehabisan nafas, keduanya sama – sama menjauhkan wajahnya, kemudian menyatukan dahi mereka dengan sama sama menutup matanya mengatur nafasnya yang sedikit mulai sedikit kembali normal.

Sang horizon yang menjdi saksi betapa tersirat ketulusan terpancar dimata keduanya.

"Belum saatnya ini terjadi, tapi gue gak bisa dan gak tau lagi gimana gue sembunyiin ini semua dari loe, Mel!" ujar Nabill dengan menyentuh kedua pip Melody.

"Apa sekarang Gue bisa denger langsung tiga kata itu, Bill?" Tanya Melody dengan menatap Maniak mata Nabill.

"Gue gak tau, entah ini kali keberapa gue nyakitin hati loe... dan gue juga gak tau terbuat dari apa hati loe yang selalu sabar hadepin gue dengan dinding ini yang sama sekali nggak gue bangun." Ujar Nabill dengan lebih erat menangkup wajah Melody yang kini matanya mulai berair kembali saat nabill menyiratkan penyesalan dimatanya. "Gue, belum bisa, jadi satu pilihan dari sekian cowok yang deketin loe buat bisa milikin elo, Mel. Gue terlalu takut untuk melangkah lebih lagi dari ini, gue belom bisa jadi milik loe seutuhnya. Maaf."

Seketika itu pula, Melody kembali menelan pil kekecewan yang begitu teramat pahit. "Loe nggak akan ngerti Mel, ini bukan hanya tentang gimana cara gue bahagian loe, dan lindungin loe dari siapapun."

"Kalo loe gak pernah jelasin, gimana gue bisa ngerti semua itu, Nabill... hiks,,, kalo loe terus bungkam dibalik dinding besar loe itu, gimana gue bisa fahami ketakutan loe, Bill? Hikshhh..." Ucapan Melody tersendat berbenturan dengan tangisan pilunya yang sudah tibak bisa ia tahan lebih lama lagi.

"Karena ini bukan sesuatu yang bisa gue jelasin secara langsung, Mel..."

Karena tak tahan menatap Mata melody yang terus mengeluarkan butiran air keperihan itu, Nabill membawa Melody kedalam pelukannya dan memeluknya begitu erat berharap Melody mengerti, jika saat ini hatinya juga hancur, karena merasa, ketika ia telh mendapatkan jembatan yang lebar untuk menyebranginya, Nabill sendiri, malah terjebak di dalam benteng yang begitu kokoh yang dirinya sendiri buat. "Aku gak ngerti, jika sesakit ini, kenapa tuhan jatuhin hati aku di kamu, Bill?" ujar Lirih Melody yang kini membalas pelukan Nabill tak kalah eratnya.

"Hukum gue, Mel... jika itu bisa bikin hati lo membaik. Tapi jangan tinggalin gue, karena gimana pun, gue gak bisa jauh dari lo. Loe tau, meskipun lo bukan cinta pertma gue, tapi loe cewek yang bisa bikin gue cepet move on dari Sinka, yang gak lain, sosok cewek yang teramat gue sayangin, tapi loe. Loe dengan mudahnya nyingkirin nama sinka dihati gue." Ujar Nabill dengan menjauhkan pelan tubuh Melody untuk kembali menatap matanya.

"Sampai kapan Bill? Sampe kapan kamu mai sembunyi dibalik keras dinding hati kamu?" tanya Melody dengan lirih. Dengan perlahan Nabill menangkup kembali wajah melody dan menghapus sisa airmata di pipi melody dengan kedua ibu jarinya.

"Buka hati kamu buat yang lain, aku gak pantes dapetin tulusnya cinta kamu." Ujar Nabill lirih.

Matahari yang tenggelam sepenuhnya menjadi saksi kecupan keduakalinya Nabill di Dahi, kedua pipi melody dan terakhir di Bibirnya. "Aku sayang kamu, mel... tapi aku nggak bisa milikin kamu seutuhnya, maafin aku yang terlalu pengecut ini."

Bagai ribuan panah yang menusuk hati Melody dan memaksanya untuklebih dalam ia tekankan menusukrelug hatinya. "Satu yang jelas, gue gak akan pernah lupan loe, diri loe yang terlalu indah buat gue milikin." Ujar Nabill.

"Gue sadar bil, memang terasa perih saat gue mencintai, tapi gue gak bisa memiliki."







































TBC...

Cie pendek cie cie....

othor gaje balik lagi nih, part 3 nya pendek banget yak? maaf mentemen. tapi mudah mudahan bisa double update ya besok.

jangan lupa vote dan commentnya

and

see you...

Sahabatku Cintaku: Tersimpan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang