Chapter 5

609 129 1
                                    

Lamiarova Xeravia, seorang wanita workaholic yang tidak memikirkan apapun selain pekerjaan dan juga Ibunya. Demi bertemu dengan Ibu tercintanya, ia harus bekerja keras agar di akui oleh wanita yang melahirkannya. Diakui? Lamia tertawa kecil jika mengingatnya.

Surat-surat yang dikirimkan oleh Ibunya terhenti lima belas tahun lalu, tidak ada lagi surat yang datang meski Lamia menunggu hingga saat ini. Air mata wanita itu kembali mengalir kala ia melihat bingkai foto Ayah dan Ibunya yang tersenyum bersama. Hari itu tidak akan pernah datang untuk yang kedua kalinya, Ayahnya menghilang setelah menitipkannya pada Rosaline yang merupakan neneknya.

"Sebenarnya ke mana kalian berdua?" gumam Lamia sambil mengusap wajahnya kasar.

"Air mata tidak cocok dengan wajah cantikmu," Lamia tersentak saat mendengar suara pria yang menyapanya.

"Si-siapa kau?" tanya Lamia gugup saat mendapati seorang pria tampan dengan senyum yang membuatnya terpana.

Pria itu mendekat lalu mengulurkan tangannya, "Arth Belamy," pria itu memperkenalkan diri.

Lamia bangkit dari duduknya lalu menyambut tangan hangat pria itu dengan senyuman.

"Lamiarova Xeravia, maaf kau melihat sesuatu yang seharusnya kau tidak lihat," jawab Lamia dengan senyum canggungnya.

"Tidak masalah, setiap orang pasti memiliki masalah. Menangis bukanlah hal yang buruk, menangislah jika kau ingin menangis." ujar Arth yang duduk di hadapan Lamia.

Lamia terdiam sejenak, senyumannya kembali terlihat saat pria itu menatap dirinya. Ia seperti melihat seseorang di dalam diri Arth, seseorang yang ia rindukan selama ini. Lamia kembali bersikap profesional, ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan pria yang bahkan baru ia temui hari ini. Sebuah perjanjian kerjasama kini terlaksana, ia tidak menyangka jika dapat bekerjasama dengan seorang pria muda yang memiliki kompeten dan merupakan keturunan bangsawan Italia.

"Terimakasih atas kerjasama yang Anda terima, Tuan Belamy." Ujjar Lamia dengan senyuman merekah di wajahnya.

"Tidak perlu berterimakasih, aku senang bisa bekerjasama denganmu. Kau bisa memanggilku Arth, karena mulai saat ini mungkin kita akan sering bertemu," jawab Arth dengan senyuman hangatnya.

Lagi-lagi Lamia terpana melihat senyuman milik Arth, lesung pipit pria itu menambah kesan imut di wajah yang sudah dewasa. Dan lagi-lagi Lamia mengingat Ibunya dari wajah Arth, senyum mereka seperti kembar.

"Tuan Arth, apa kau mengenal Heavenia D'Acretia?" tanya Lamia tiba-tiba.

Arth tersenyum lalu menggeleng pelan, "Bangsawan D'Acretia sangat tertutup dan tidak memberikan informasi tentang anggota keluarga mereka," jawab Arth, Lamia mengangguk membenarkan, ia pikir jika Arth pasti mengetahuinya karena mereka sama-sama bangsawan di Italia.

"Apa kau mengenal seseorang di dalam keluarga D'Acretia?" tanya Arth  yang ingin tahu.

"Ya, seseorang yang sudah menghilang selama lima belas tahun. Baiklah, terimakasih atas waktumu, Tuan Arth." jawab Lamia sambil menutupi wajah kecewanya.

"Sama-sama, sampai jumpa lagi, Nona Lamia," jawab Arth meninggalkan ruangan yang kini terasa sesak bagi Lamia.

Ia ingin segera pulang ke penthouse miliknya untuk meluapkan kerinduan terhadap kedua orangtuanya. Lamia bergegas keluar gedung pencakar langit itu dengan sedikit tergesa-gesa, lift khusus untuknya berhenti tepat di lantai basemen parkir mobil miliknya. Memasuki mobil lamborgini hitam dengan desain kupu-kupu hitam bergaris keunguan, Lamia mencoba menghidupkan mobil kesayangannya.

Beberapa kali ia mencoba, tetapi tidak berhasil. Lamia mengutuk kesialannya hari ini, ia keluar mobil dan menghubungi seseorang untuk menderek mobilnya ke bengkel. Padahal hari ini ia ingin cepat-cepat pulang ke penthouse dan bergelung manja dengan kasur tebal miliknya.

D'AcretiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang