Chapter 11

487 85 19
                                    

"Arth, kau tahu mengapa bulan bersinar?"

"Tidak,"

"Bulan bersinar karena pantulan cahaya matahari, sama seperti dirimu, kakak dan kedua adikmu. Kau adalah matahari dan kedua adikmu adalah bulan,"

"Mengapa Mommy mengibaratkanku sebagai matahari?"

"Karena kau yang akan menjaga cahaya untuk kakak dan adik-adikmu, Arth."

"Lalu, ke mana perginya cahaya dari Mommy?"

"Aku hanyalah sebuah lampu yang kapan saja bisa meredup dan tidak bersinar lagi, Arth."

"Apakah itu tandanya Mommy ingin pergi dari sisi kami?"

"Bukankah aku harus pergi?"

"Mengapa? Mommy tidak boleh pergi ke mana pun!"

"Karena sudah waktunya aku pergi, lampu yang tidak memiliki energi listrik semakin lama akan semakin meredup dan tidak bersinar kembali,"

"Apa maksud, Mommy?"

"Kau akan mengerti jika sudah dewasa,"

"Kalau aku matahari, tandanya aku harus melindungi kakak dan adik-adikku, bukan?"

"Tentu saja, Arth. Jika tidak, kau akan kehilangan mereka."

Tepukan di pipi Arth membuat pria itu tersentak kaget dan duduk di tempatnya. Velone membangunkan Arth yang tertidur di dalam mobil selama perjalanan. Sesekali Arth bergumam memanggil 'Mommy' yang Velone tahu adalah Heavenia D'Acretia. Wanita cantik yang pernah sekali ia lihat di dalam sebuah lukisan dan juga foto di kamar Arth.

"Kau merindukan Ibumu?" tanya Velone sabil memalingkan wajahnya.

Arth tersenyum kecil lalu menjawab, "Selalu," Arth keluar dari mobil dan mendapati Lamia yang menatap khawatir ke arah Arth.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lamia sambil menyentuh wajah Arth yang pucat pasi.

"Ya, sebaiknya kita kembali. Di sini tidak aman untukmu," jawab Arth tersenyum manis seperti tidak ada beban.

Lamia hanya mengangguk, ia juga tidak ingin berlama-lama di tempat asing itu. Arth menggandeng tangan Lamia dan membawanya pergi ke Mansion utama untuk berpamitan. Langkah kaki mereka bertiga menggema di lorong panjang yang mnenuntun mereka untuk pergi ke ruang kerja Felica.

Arth mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum di izinkan masuk, suara halus itu terdengar mempersilahkan mereka masuk. Pintu terbuka dan terlihat Felica yang duduk dipangkuan Alucard. Arth merutuk dalam hati, mengapa harus bersama pamannya yang berhati baja dan dingin.

"Mama, apa kabarmu hari ini?" tanya Arth berbasa-basi.

"Seperti biasa sibuk tiada akhir, apa yang membawamu menemuiku?" jawab Felica sambil tersenyum ke arah Lamia.

"Aku ingin kembali ke Kanada, pekerjaanku menunggu," jawab Arth dan Felica tahu jika Arth berbohong.

"Velone," panggil  Felica yang berdiri dari pangkuan Alucard.

"Ada apa, Mama?" jawab Velone sambil menunduk memberi salam.

"Anakku yang tampan, apa yang terjadi dengan keponakanku yang kaku itu?"  tanya Felica, Velone menahan tawanya.

"Seperti biasa, mungkin ia hanya rindu seseorang," jawab Velone sambil mengendikkan bahu.

Felica menghembuskan napasnya kasar, ia mendekati Arth lalu memeluk keponakannya itu. Anak lelaki yang sudah besar itu tumbuh dengan rasa dendam, Felica tak tega dengan Eve yang pasti memikirkan putranya.

D'AcretiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang