Setelah kejadian tercebur tadi pagi akhirnya mereka berangkat untuk masuk kelas pelatihan berdansa.
Di sebuah aula sudah berkumpul anak-anak bangsawan dan pangeran Samudra di antaranya.
Monalisa hanya menunggu di pinggir aula besar itu.
"Di hari ini pelajaran yang akan berlangsung adalah berdansa, oleh karena itu kita akan mengambil nama pasangan kita yang sudah kita acak" mendengar itu tepuk tangan dan seruan terdengar gaduh.
"Namun karena jumlah kalian ganjil maka kita akan menambah satu orang dari luar, ada yang bersedia?" Tanya sang pelatih sambil melihat ke sekeliling aula.
"Biar Monalisa saja" seru Azka mengejutkan Monalisa yang mendengar namanya di sebut.
"Apa?! Tidak aku tidak bisa" seru Monalisa sambil menggeleng.
"Ayo lah Monalisa bantu aku dan teman-teman ku kita kan teman" seru Azka sambil menarik Monalisa ke tengah aula.
" Oke semua! bisa kita mulai, siapa yang tidak mendapat pasangan maka dia akan berdansa dengan mu Monalisa" seru pelatih sambil menatap Monalisa dengan tersenyum ramah.
"Memalukan jika harus berdansa dengan pelayan" seru Rosela sambil bergelayut manja di lengan pangeran.
"Sudah jangan ada yang berbicara dan silahkan ambil satu gulungan yang ada warna biru untuk laki-laki dan merah untuk perempuan, silahkan" seru pelatih saat mendengar hinaan yang keluar dari mulut Rosela untuk Monalisa.
Setelah semua mengambil gulungan semua berjalan ke arah pasangan masing-masing.
"Ahh sayang sekali Monalisa, lain kali mungkin kita bisa berdansa" seru Azka sambil berjalan lemas kearah pasangan nya.
"Pangeran siapa yang kau dapat? Biar aku gantikan" seru Rosela yang tidak mendapat nama sang pangeran di gulungan nya.
"Akhirnya sudah semua dan siapa yang gulungan kertasnya kosong?" Tanya pelatih dengan semangat namun semua diam sampai pangeran menyerahkan gulungan nya.
"Aku tidak mau berdansa dengan seorang pelayan" seru pangeran yang membuat Monalisa sadar apa maksud dari perkataan pangerannya.
'tega sekali kau pangeran berkata seperti aku bukan sebuah penyakit menular, miskin ku bahkan tidak akan menular pada mu pangeran, walau kita bersentuhan' jerit Monalisa dalam hati.
terluka, yang dia rasakan mendengar kata-kata pedas penuh hinaan di dalam setiap kata yang terucap dari bibir majikan nya.
Setelah mengatakan hal yang melukai hati Monalisa pangeran berjalan keluar aula dengan santai.
Berbeda dengan Monalisa yang mati-matian menahan air mata yang mendesak memaksa untuk keluar dari matanya.
"Sudah sepantasnya pangeran menolak mu, harus nya kau sadar diri siapa dirimu? Cuma pelayan, dasar tidak tau malu" maki Rosela pada Monalisa dengan terang-terangan.
"Cukup! Apa-apaan kau Rosela, mulut mu sangat tidak mencerminkan kalau kau lahir dari keluarga bangsawan!" Perkataan Azka membuat Rosela bungkam seketika.
Monalisa sudah tidak bisa mendengar semua yang mereka bicarakan, di telinganya hanya ada kata-kata yang pangeran tujukan padanya,
Kata-kata yang sarat akan hinaan."Monalisa" seru Azka seraya mendekat.
Namun yang di lakukan Monalisa justru sebaliknya, dia menjauh dan berlari meninggalkan aula itu dengan air mata yang mengalir di pipinya.
'aku memang seorang pelayan tapi pelayan juga punya hati, jadi biarkan aku menangis karena ini sangat menyakitkan'
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran & Monalisa
General FictionDewasa (18+) Seorang pangeran memendam rasa cintai pada anak pelayannya? Bagai mana kisahnya ? Baca dan beri kesan dengan memberi 🌟 Jika ingin melihat semua chapter dengan cepat...😋maka harus komentar yang pedes atau lucu buat karakter nya ya...🤭...