4

98 6 3
                                    

Sore telah tiba, namun pangeran belum juga kembali dari perginya.

Monalisa menunggu sambil menyiapkan air panas untuk pangeran mandi.

Saat memasuki kamar yang di tempati pangeran harum khas hutan pinus sangat menenangkan.

Monalisa bergegas kearah kamar mandi di sisi kanan untuk melaksanakan tugasnya.

Setelah selesai dia berniat keluar namun kesialan hari ini seolah belum berakhir.

Kakinya terpeleset dan menyebabkan tubuhnya tercebur kedalam bath tub.

Disisi lain pangeran yang baru saja masuk kedalam kamarnya merasa terkejut dengan bunyi gaduh di kamar mandinya.

Dengan segera pangeran melangkah kan kakinya menuju kamar mandi dan melihat sumber kegaduhan itu yang adalah pelayan pribadinya yang sudah basah kuyup di dalam bath tub.

Hembusan nafas frustasi terdengar dari bibir pangeran Samudra.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya sambil memijat kepalanya.

"Maaf pangerann" cicit Monalisa sambil menunduk dalam.

"Sudahlah keringkan badan mu dan keluar dari sini" seru pangeran lalu keluar dari kamar mandi.

Pangeran memilih menunggu sambil memainkan handphone nya di atas kasur.

Namun yang ditunggu tak kinjung keluar dari kamar mandi membuat kesabaran nya habis.

Akhirnya pangeran memilih masuk untuk melihat apa yang terjadi dan terlihat Monalisa masih di posisi yang sama.
"Selain ceroboh apa kau juga tuli?" Tanya pangeran yang sudah habis kesabaran.

Monalisa yang mendengar itu berusaha berdiri namun tidak bisa karena kakinya terkilir sudah dua kali di hari yang sama.
"Maaf pangeran aku tidak bisa, kakiku sakit sekali" serunya sambil meringis.

Dengan kesabaran yang semakin menipis pangeran Samudra melangkah mendekat dan mebawa Monalisa kedalam rengkuhannya untuk di angkat.

Sadar dengan kedekatanya dengan pangeran membuat Monalisa malu dan memilih menunduk dalam.

Pangeran meletakan Monalisa diaras westafel dan memberinya handuk.
"Keringkan badan mu dan pakai ini" serunya lalu berjalan keluar.

Setelah mengeringkan badan dan memakai bath tab, pangeran membawanya keluar dan mendudukan nya di sofa kecil di kamarnya.

"Monalisa" gumam pangeran pelan.

"Ya pangeran?" Tanya Monalisa gugup.

Terlihat pangeran mengambil kotak p3k dan membawanya ke hadapan Monalisa.

"Ini obati kakimu itu" seru pangeran dengan nada jengkel.

"Terimakasih pangeran, maaf aku selalu membuat kesalahan dan merepotkan" ujar Monalisa dengan nada pelan.

"Apa bakatmu melukai diri sendiri?kalau benar, kurasa kau sangat berbakat" serunya sambil memperhatikan Monalisa yang mulai mengoleskan obat pereda nyeri di kakinya.

"Maaf pangeran saya memang ceroboh, tapi saya janji tidak akan mengulanginya lagi, tolong beri saya kesempatan jangan suruh saya pulang ke istana, ibu saya pasti akan sedih dan kecewa" seru Monalisa sambil menangis sesenggukan.

Pangeran yang melihat itu hanya mengeluarkan dengusan jengkel.
"Siapa sebenernya yang memilih mu untuk jadi pelayanku? Bahkan liat sekarang kau sangat cengeng" seru pangeran yang langsung berlalu keluar kamar meninggalkan Monalisa yang masih menangis.

©©©©

Pangeran Samudra memilih melihat bahan makanan di dapur yang dapat dia masak untuk mengganjal perut nya yang sudah lapar.

Di dalam kulkas hanya terlihat pasta dan sayuran untuk salat.
"Baik lah ini cukup baik" serunya yang mulai memasak.

Setelah selesai memasak hidangan sudah tertata dengan rapih di meja makan.

Sampai ingatannya kembali pada seorang gadis yang sedang menangis di kamarnya.

"Benar-benar menyusahkan" gumamnya namun tetap memisahkan sebagian makanan keatas wadah dan membawanya ke kamar.

Saat ia memasuki pintu bergaya klasik itu terlihat seorang gadis dengan terbalut bath tab sedang tertidur pulas di atas ranjangnya.

"Haha ini lucu, dia putri dan aku pelayannya" serunya jengekel sambil melangkah menuju tepi ranjang dan mengguncang bahu gadis yang masih terlelap dalam tidurnya itu.

Monalisa yang merasa bahunya di guncang cukup keras memaksa matanya untuk terbuka dan terkejut saat di lihat ada pangeran di hadapan nya.

"Pangeran" serunya langsung terduduk gugup.

"Makan ini dan segara pergi dari kamar ku" ujar sang pangeran yang langsung membuat Monalisa menatap kearah makanan yang di berikan padanya.

"Trimakasih pangeran, maaf jika saya merepotkan dan"

"Ini aku anggap hutang budi" selanya saat Monalisa ingin mengucapkan kalimat lagi.

Monalisa yang mendengarnya tak ayal langsung memutar matanya bosan dengan ancaman para keluarga kerajaan
'apa watak mereka sama semua? Mengancam dengan hutang budi terus, menyebalkan' serunya dalam hati.

Pangeran & MonalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang