10

79 4 0
                                    

Pangeran berjalan dengan perasaan mengganjal di hati.

Rasa bersalah akan kata-kata yang sangat kasar untuk Monalisa.

Helaan nafas kasar terdengar, ingin berbalik dan meminta maaf namun egonya jauh lebih tinggi.

'semua terjadi karena ada perasaan yang aneh ini, saat aku melihat Azka melakukan banyak kontak fisik dengan Monalisa, sebenarnya aku ini kenapa?pasti karena niat jahat gadis itu pada si bodoh azka' serunya sambil melepaskan dua kancing teratas kemeja hitam nya.

Dari kejauhan dia melihat Monalisa yang sedang berlari, di belakangnya terlihat Azka yang berusaha mengejarnya.

"Drama apa lagi ini hah!" Seru pangeran sambil berjalan ke arah Monalisa yang menuju ke kamar Asrama nya.

Tatapan matanya terlihat tajam dan tidak bersahabat.

Sesampai nya di depan pintu kamarnya terlihat Azka yang berdiri sambil mengetuk pintu.

Wajar Azka tidak bisa masuk dengan sembarangan, karena seluruh kamar di Asrama ini pintunya di lengkapi dengan pin pribadi.

"Ehm! Apa yang kau lakukan di depan pintu kamarku?" Seru pangeran dengan nada dingin.

"Kau!" Tunjuk Azka dengan nada menekan "kau keterlaluan pangeran, tak biasanya sifat mu sepeti ini" serunya dengan penuh penekanan dalam setiap kata.

"Aku sudah peringat kan sebelum nya jauhi dia, disini dia hanya pelayan yang tugasnya melayani semua keperluan ku, bukan untuk berteman dan bermain dengan mu" ujar pangeran yang makin memancing emosi Azka.

"Sekolot itu pikiran mu, ada apa dengan mu sebenarnya ha?, apa kau cemburu dengan kedekatan kami?" Seru Azka dengan nada penuh ejekan.

Pangeran yang mendengarnya pun sedikit terkejut.
"Apa yang kau bicarakan, siapa dia sampai aku harus cemburu?, tau diri lah. Harus nya kau sadar dia mendekati mu pasti jelas ada niat tersembunyi" ujarnya sedikit terusik.

Setelahnya pangeran berlalu membuka pintu kamarnya dan saat ingin menutup pintu sekali lagi Azka berbicara.

"Jaga bicara mu pangeran sungguh kerdil pikiran mu itu" seru Azka dengan wajah penuh akan amarah.

Mendengar itu rasa marah yang tak dimengerti oleh pangeran, semakin jelas ia rasakan.

"Ada apa dengan Azka. Apa tadi dia bilang? aku cemburu? Pikiran bodoh macam apa itu" bergumam pada diri sendiri.

'tidak mungkin! Tidak' serunya dalam hati meyakinkan diri sendiri.

Saat memasuki ruang tv keadaan terlihat sepi, semua masih rapih seperti pagi tadi.

Pangeran melihat pintu kamar yang ditempati Monalisa yang tertutup rapat.

"Pasti dia di dalam, menyusahkan" seru pangeran seraya berjalan mendekati pintu itu, namun saat ingin mengetuk pintu terdengar suara isak tangis.

Pangeran berbalik memunggungi pintu kamar tersebut dengan hati penuh dengan rasa bersalah.

'apa aku keterlaluan? Kenapa hati ku jadi tak tenang?' tanya nya dalam hati.

Sampai suara pintu terbuka mengejutkannya.
"Pangeran?" Sebuah panggilan membuat nya makin menegang gugup.

Pangeran berbalik kearah suara tersebut dengan wajah yang di buat sedingin mungkin.

Terlihat kerutan di dahi Monalisa
'apa yang pangeran lakukan di depan kamarku?' tanyanya dalam hati.

"Oh kau_em aku ingin mengambil minuman, haus sekali" seru pangeran dengan sedikit terbata, yang membuat kerutan di dahi Monalisa kian ketara.

'siapa yang bertanya dengan nya?' seru Monalisa jengah dengan ulah sang pangeran.

"Tapi pangeran, saya rasa anda salah jalan, kulkas ada di sebelah sana" ujar Monalisa dengan senyum mencibir dibibir nya.

Pangeran yang sadar akan kebodohan nya terlihat gugup, bahkan wajahnya terlihat sangat merah hingga ke telinga.

"Ha? Ohh ya? Kurasa aku benar-benar butuh minum sekarang, sepertinya aku dehidrasi. jadi tidak fokus" serunya sambil meninggalkan Monalisa yang sedang memutar bola matanya jengah akan ulah sang pangeran.

'aneh, tadi dia menyebalkan, sekarang dia sangat menggemaskan, sangat tidak adil bahkan wajah nya masih bisa terlihat tampan' seru Monalisa sambil menggeleng ringan.

Pangeran yang sedang minum diam-diam memperhatikan kegiatan yang di lakukan Monalisa.

'Beraninya dia meledek majikan nya sendiri' serunya dalam hati.

Monalisa bahkan dia tak menyapa pangeran seperti biasa nya.

'apa dia marah padaku? Apa saat ini dia menjauhiku?' tanya nya pada diri sendiri.

Waktu berlalu begitu saja, hingga waktu makan malam tiba.

Makan malam di Asrama ini di adakan di ruang makan yang sangat megah dan mewah, semua anak bangsawan dan pejabat berkumpul di sebuah meja besar yang mewah.

Seluruh pelayan pribadi menyajikan makanan untuk majikan nya masing-masing, begitu pun Monalisa.

Terlihat Monalisa sedang membawa makanan pesanan pangeran, sebelum dia sadar Azka duduk di sebelah bangku pangeran.

"Monalisa, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan wajah cemas

"Ya tuan saya baik-baik saja" jawab Monalisa dengan nada formal.

"Hei.. kenapa nada bicara mu kembali seperti itu lagi? Kita kan sudah sepakat" seru Azka sambil menatap Monalisa yang sedang menata makanan pangeran.

"Maaf pangeran Azka, disini saya bekerja bukan untuk berteman" ujarnya seraya pergi sambil menunduk.

Azka yang melihat itu langsung menatap pangeran dengan tajam, sedang yang di tatap terlihat acuh.

"Apa kau yang membuatnya seperti itu?" Tanya Azka penuh penekanan.

"Apa? Dia memang sepantasnya seperti itu kan?" Jawab pangeran sambil mengedikan bahunya acuh.

Melihat itu Azka semakin meradang, namun saat ingin berdiri menyusul Monalisa waktu makan malam telah tiba.

Pangeran & MonalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang