Bagian Dua puluh Enam

2.4K 104 1
                                    

“Setiap kehidupan akan terus berjalan layaknya arus sungai yang tetap mengalir walaupun banyak bebatuan besar di tengah jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Setiap kehidupan akan terus berjalan layaknya arus sungai yang tetap mengalir walaupun banyak bebatuan besar di tengah jalan.”

🍁

 
Tok tok tok

“Shila, kamu di dalam sayang?”

Shila tersadar dari lamunannya. Sejak tadi gadis itu asyik memandangi hamparan langit dari balik jendela kamar. “Iya, Oma. Shila di dalam,” sahutnya.

“Oma masuk ya?”

Mendengar hal itu, Shila beranjak dari tempatnya bersamaan dengan sang oma yang sudah masuk. “Kamu sibuk enggak?” tanyanya.

“Enggak Oma, kenapa?”

“Di bawah ada designer yang ingin membuat baju kamu. Turun dulu yuk?”

“Baju buat apa Oma?”

“Ah iya, Oma lupa kasih tau. Jadi, setiap bulan Juni itu ada perayaan buat donatur di Purnama. Nanti temen-temen kamu yang menjadi anak donatur juga bakalan datang. Makanya kita harus buat gaun yang cantik untuk kamu. Soalnya, Oma mau ngenalin cucu kesayangan Oma ini ke semua orang.” Bu Dewi mendekat, lalu mengusap rambut Shila dengan lembut. “Bisa kita turun sekarang?”

Shila menganggukkan kepalanya. "Oke siap!” katanya dengan girang.

Mereka pun turun ke lantai satu, di sana sudah ada banyak pelayan yang berlalu lalang. Tampak sibuk menyiapkan acara. Shila menjadi tidak enak karena terus saja mengurung diri di kamar, jadinya dia tidak tahu apa saja yang sudah terjadi di bawah.

“Acaranya kapan Oma?”

“Besok malam.”

“Besok malam? Memangnya Designer itu bisa nyelesain bajunya dengan waktu sesingkat itu?” tanya Shila kurang yakin.

“Bisa lah. Kalo mereka enggak kompeten, ngapain Oma memakai jasa mereka.”

Saat Shila dan Bu Dewi sampai di lantai satu, semua orang menghentikan langkah mereka dan membungkuk sedikit badan, tanda menghormati. Shila masih belum terbiasa dengan semua itu, dengan senyum kaku gadis itu membalasnya.

“Nona, biar saya ukur dulu tubuhnya,” pinta seorang lelaki dengan gayanya yang sedikit kemayu.

Shila lagi-lagi bersikap kaku, gadis itu berjalan mendekat dengan sesekali memperhatikan cara lelaki itu mengukur tubuhnya.

🍁


Akhirnya, malam yang mereka tunggu pun tiba. Malam acara untuk seluruh donatur Purnama diadakan di halaman belakang kediaman keluarga Purnomo. Sementara itu, Shila sudah siap dengan dress ringan sampai mata kaki berwarna abu-abu yang dipenuhi dengan Swarovski dibagikan pinggang. Gadis itu membiarkan rambutnya tergerai dengan aksesoris daun di bagian kiri. Dia tidak tampak seperti Shila yang biasanya. Tidak ada lagi Shila yang sederhana dan manis. Kini yang terlihat ada seseorang putri yang sering dia baca dalam buku ceritanya.

Kisah Shila [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang