Bagian Dua Belas

3.2K 135 4
                                    

“Kita ini satu team, jadi apapun yang terjadi harus kita hadapi bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kita ini satu team, jadi apapun yang terjadi harus kita hadapi bersama.”

🍁

"Dava?"

Kedatangan Dava pada ruang dancer membuat Syerlien memekik senang. Mimpi apa dia disamperin oleh sang pujaan hati. Namun, kemunculan Shila di belakang pemuda itu membuat gadis itu mendengus sebal.

Syerlien mengabaikan Shila, dia pun bergerak untuk bergelayut manja di lengan kekar Dava. Namun, pemuda itu lebih dulu menampilkan gesture tidak suka, sehingga membuat Syerlien mundur teratur.

"Gue kesini cuma mau minta kalian buat tampil di acara ultah sekolah minggu depan," kata Dava begitu to the point pada mereka semua. Dia tidak suka berbasa-basi, apalagi melihat tatapan memuja yang mereka berikan.

"Kita mau kok, kalo Dava yang minta. Iya, kan, guys?" Seperti biasa, Syerlien akan berbicara lembut di depan Dava sebagai pencitraan semata.

Shila menatap geli ke arah Syerlien yang sedari tadi mencari muka di depan Dava. Lalu, gadis itu mengalihkan pandangannya saat Syerlien sedang mencoba menggoda pemuda itu. Aneh, dia merasa tidak nyaman berada dalam situasi seperti ini. Ada yang panas, tetapi tidak ada kebakaran.

"Oke, kalo gitu gue sama Shila balik dulu." Dava langsung pamit pada mereka semua. Tak lupa dia menarik tangan Shila karena gadis itu hanya berdiri bak manekin hidup sedari tadi. Gadis itu merasakan darahnya berdesir saat tangan itu menyentuh kulitnya. Rasa apa ini?

Keluar dari sana, Dava dan Shila berencana ke ruang musik. Biasanya jam istirahat seperti ini banyak anggota ekskul yang nangkring di sana. Selain untuk latihan, mereka juga menikmati wi-fi gratis yang memang tersedia.

"Ruang musik ada di lantai tiga, kan, ya? Berarti kita harus ke lantai 3 dong?" tanya Shila dengan polos.

"Hmm," gumam Dava sebagai balasan.

"Mampus deh, kaki gue. Cobaan apalagi ini?" keluh Shila yang kini berjalan seperti zombi. Menyeret kakinya yang sudah pegal dari tadi.

"Ck! Manja baget sih jadi cewek," cibir Dava.

Mendengar dirinya dikatai manja, emosi gadis itu langsung tersulut, "apa lo bilang? manja? Heh! Jangan lupa, kita udah keliling Purnama dari tadi. Lo kira Purnama segede daun kelor apa?" Shila mengatakan itu dengan emosi yang meledak-ledak.

Dava tersenyum tipis, lalu tangannya terangkat untuk menepuk pundak Shila. "Gue suka semangat Lo yang kayak gini," sindirnya.

"Golok mana golok?" ancam Shila yang masih emosi.

"Udah diem aja." Dengan santainya, Dava menarik tangan gadis itu lagi agar jalan bersisian dengannya.

Shila hendak protes, tetapi desiran itu kembali lagi saat tangan Dava memegang tangannya. Dia pun menggelengkan kepalanya beberapakali agar pikirannya menjadi jernih.

Kisah Shila [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang