Bagian Tiga Belas

3K 135 0
                                    

“Hidup bukan selalu tentang kesempurnaan, tetapi tentang bagaimana kita menikmati proses berjalannya kehidupan itu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup bukan selalu tentang kesempurnaan, tetapi tentang bagaimana kita menikmati proses berjalannya kehidupan itu sendiri.”

🍁


Sehari sebelum acara, semua anggota panitia tampak sibuk mempersiapkan acara. Seperti Eonni yang mondar-mandir saat mempersiapkan dekorasi acara bersama teman-teman seteamnya. Begitu juga dengan Bu Atikah dan Pak Kevin. Sebagai penanggung jawab, mereka memperhatikan anak muridnya bekerja. Namun, sesekali senyuman tersungging di wajah Bu Atikah, guru BK satu itu tampak senang saat acaranya hampir rampung.

Akan tetapi, dari semua panitia, Shila dan Dava tidak terlihat. Itu karena mereka sedang pergi untuk mengecek katering di tempat saudaranya Kania. Namun, tak secara lama, Shila, Dava dan Kania muncul dari parkiran. Mereka bertiga tampak tergesa-gesa untuk mencapai panggung yang akan menjadi pusat acara besok.

“Cepetan, itu pemilik sekolah dateng. Kayaknya dia mau liat kerjaan kita deh,” celetuk El yang memberitahu Dava.

Sementara Dava berbincang dengan pak Karlos dan Pak Kevin, Shila sibuk mencatat hal-hal yang sudah rampung seperti katering misalnya. Dia juga berkeliling untuk membantu teman-temannya.

“Shil, pemilik dekorasi belum lo kasih Dp ya?” Eonni datang menghampiri Shila yang sedang berbicara dengan Joey.

“Ya ampun! Gue lupa,” serunya sembari menepuk jidatnya sendiri.

“Uangnya mana?”

“Dalam tas, gue ambil dulu.” Tanpa banyak berbicara lagi, Shila langsung berjalan dengan lebar menuju lantai dua di gedung A.

Dava yang tidak sengaja melihat Shila berlari langsung meminta izin pada Pak Kevin. Dia harus berbicara dengan gadis itu tentang perubahan beberapa jadwal.

“Kok uangnya enggak ada, sih? Perasaan tadi di sini.”

Bersamaan dengan datangnya Dava, Shila sedang mengeluarkan semua isi tasnya. Membuat pemuda itu langsung mendekat dan bertanya.

“Dav!” panggil Shila dengan nada panik, “uangnya, Dav! Uangnya hilang.” Setelah mengatakan itu, bisa Dava lihat jika wajah Shila tampak memucat.

Pemuda itu langsung menghampiri meja Shila, memeriksa sekali lagi dalam kolong meja ataupun dalam tasnya. Namun nihil, uang sepuluh juta yang merupakan dana dari sekolah itu lenyap tak tersisa.

 “Gimana ini?” gumam Shila yang mulai ketakutan. Siapa yang tidak takut jika disuruh menggantikan uang sebanyak itu, apalagi untuk Shila.

Kisah Shila [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang