Bagian Sembilan belas

2.5K 104 3
                                    

“Aku bukan hanya memperjuangkan hakku sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku bukan hanya memperjuangkan hakku sendiri. Namun, hak puluhan orang yang yang senasib denganku. Maka dari itu, aku tidak boleh menyerah apapun yang terjadi.”

🍁

Eonni menoleh saat Shila yang duduk disebelahnya lagi lagi menghela napas gusar. "Terus aja mikirin si Richa Ichi Ocha itu," sindir gadis itu, membuat yang disindir menoleh.

"Gimana gue enggak mikirin, Bu Minah sampe jatuh sakit, tau, enggak, gara-gara masalah itu?"

"Emang enggak akhlak, ye, dia? Udah dibesarin, disekolahin, balasannya gitu," gerutu Eonni yang ikutan kesal dengan masalah Richa beberapa hari yang lalu. Beberapa waktu itu juga Shila seperti orang gila yang mondar-mandir antara gedung A dan B untuk menemui Richa. Sayangnya gadis itu hilang bakal ditelan bumi.

Suara getaran ponsel berasal dari saku almamaternya, membuat Shila kaget. Kemudian keduanya saling beradu pandang, Shila dan Eonni kompak mengangguk, lalu beranjak keluar dari ruang kelas.

"Gue sama Shila ke toilet, ya, kalo ditanya sama guru," seru Eonni sebelum mereka keluar dari kelas karena tadi gurunya sedang keluar sebentar.

Sesampainya di luar, dia bertemu dengan Joey yang memang sejak tadi tidak masuk kelas. Shila, pun, langsung menarik tangan pemuda itu untuk ikut bersama mereka.

"Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Joey bingung.

"Lo belum buka pesan dari Dava?" Shila bertanya balik.

"Belum, kenapa sih?"

"Udah, ikut aja. Banyak komen lo kayak netijen," sembur Eonni.

Mereka bertiga melangkah menuju tempat yang sudah diberitahu oleh Dava. Tadi, memang pemuda itulah yang mengirim pesan kepada mereka berdua agar segera bertemu.

Sesampainya di rooftop gedung A, sudah ada Dava dan El yang berdiri di sana. Joey, Shila dan Eonni pun menghampiri mereka.

"Kita ngapain ngumpul di sini?" tanya Shila saat sudah berdiri di samping Dava.

Lelaki itu memberi isyarat untuk mendekati sebuah meja, di mana atas meja tersebut sudah ada laptop yang berbuka.

"Gue mau nunjukin sesuatu."

"Apaan nih? Gelap semua perasaan," celetuk Joey.

"Lo denger aja, ini penting banget."

Setelah mengatakan itu, El langsung mengklik tanda on agar suaranya terdengar. Shila, Joey dan Eonni yang tidak tahu-menahu, pun, mendekat untuk mendengarkannya lebih jelas.

''Baik, saya akan ke sana untuk membahas kerja sama kita."

Shila menutup mulutnya saat mendengar suara orang yang terekam di sana. "Itu suara pak Andreas?" tanyanya dengan suara pelan, setengah berbisik.

Kisah Shila [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang