Chapter 3

119 13 0
                                    

sudah hampir 2 tahun Hyeri ke Jepang, makin hari makin tidak ada kabar bahkan telepon dan chat tidak pernah dibalas atau di angkat. Semua itu membuat Jimin depresi sampai pada akhirnya orangtua Jimin memanggil dokter psikolog ke rumahnya.

Sekarang Jimin sedang melamun, tatapannya kosong. Entah apa yang ia pikirkan sampai sampai di panggil oleh seseorang tidak menjawab apalagi menoleh.

"Jimin kamu sudah makan?" Tanya perempuan itu lembut, tetapi tidak ada jawaban yang ia terima hanyalah sunyi.

"Jimin?" Panggilnya sambil menepuk pelan pundak jimin membuatnya tersadar dan menoleh.

Jimin tersenyum tipis, "Ne?"

"Sudah makan?" Tanyanya lalu di jawab gelengan kepala oleh Jimin.

"Kok tidak makan?nanti sakit kalo tidak makan" ucap perempuan itu lalu duduk di tepi ranjang. Pertanyaan itu tidak dijawab oleh Jimin membuat perempuan tersebut menghela napas panjang.

"Jimin makan dulu, nanti kalau Hyeri pulang melihatmu kurus dan sakit bagaimana?"

"Yasudah aku makan." ucap Jimin membuat perempuan tersebut beranjak dari tempat duduknya dan mengambil nampan yang berisi roti dan susu.

"Ini."

"Dahyun,kira kira Hyeri kapan pulang ya?" Tanya Jimin lalu mengigit rotinya.

"Kupastikan sebentar lagi Hyeri pulang dan menemuimu" ucap perempuan itu sambil menepuk pelan pundak jimin dan tersenyum ke arahnya.

Jimin ikut tersenyum, "Semoga."

Dahyun adalah dokter psikolog yang di panggil oleh orangtua Jimin. Hampir 1 tahun Dahyun bersama dengan Jimin. Yang dahyun tahu Jimin sangat mencintai Hyeri. Jimin sering sekali cerita dengan dahyun tentang hyeri, layaknya seorang sahabat.

Dahyun pov.
Aku melihat Jimin tertidur pulas. Tadi selesai makan ia memutuskan untuk tidur dan sekarang aku hanya menatap wajah Jimin yang menurutku manis dan sangat tampan. Sepertinya aku menaruh perasaan kepadanya, memang menaruh perasaan kepada Jimin membuatku sakit hati. Tapi aku tetap menanggapinya dan menyemangatinya untuk menunggu Hyeri karena sebagaimana pun aku hanya di suruh merawat dan menjaga Jimin sampai ia pulih kembali.

"Dahyun?" Panggil seseorang membuatku tersadar dari lamunanku dan menoleh aku melihat wanita paruh baya, dia ibunya Jimin.

Aku tersenyum, "Ne?"

"Bisa bantu eomma didapur?" Tanyanya.

Aku tersenyum dan mengangguk lalu menuju dapur bersamanya. Sesampai di dapur masakan yang sedang di masak sangat harum membuatku menelan ludah berkali - kali.

"Tolong potongkan wortel itu ya, aku harus menyelesaikan goreng ikan terlebih dahulu." ucapnya sambil menunjuk wortel yang masih utuh. Aku mengangguk dan memotong wortel tersebut dengan telaten.

"Dahyun, tolong masukan bumbu ke sayur itu lalu masukan wortel yang kamu potong tadi dan bahan bahan lainnya." ucapnya sambil menaruh ikan yang sudah matang ke piring dan membawa ke meja makan. Dengan cepat aku memasukan wortel dan lainnya lalu mengaduknya, tak lupa aku memberikan bumbu.

Setelah beberapa menit kemudian makanan siap di meja makan. Kini ibu dan ayah Jimin sedang makan di ruangan tersebut. Sebenarnya ibu Jimin menyuruhku untuk ikut makan bersama, tetapi aku merasa canggung karena biasanya aku makan di kamarku. Ya, aku disini menginap. Kata ibu jimin agar tidak repot pulang pergi karena rumahku dan rumah Jimin bisa dibilang cukup jauh.

Kini aku berada di taman rumah Jimin. Bisaku bilang rumah jimin sangat besar kebanding rumahku yang mungkin hanya sebesar cintaku padanya.g
Rumahku memang tidak sebesar rumah Jimin,tapi bisa ku tempatkan untukku dan eomma. Appa?ayahku sudah di panggil Tuhan sejak 3 tahun yang lalu. Hal itu membuatku sedih tetapi aku harus bersemangat dan membantu eommaku dengan cara bekerja dan penghasilanku untuk kehidupanku dan eomma tersayang.

FAKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang