Chapter 4

94 10 0
                                    

08.15pm.

Angin berhembus menerpa wajahku. Kini aku berada di jendela kamar, aku sedang melihat bulan bersamaan dengan aku melihat fotoku dengan Jimin. Memang susah menerima semua ini, andaikan saja semua ini tak terjadi pasti aku semangat berkuliah disini.

Aku menatap sayu foto tersebut. Aku rindu Jimin,aku rindu Korea. Aku rindu tawanya, suaranya,aku merindukan semua darinya. Tiba tiba air mataku lolos begitu saja. Kali ini aku akan membiarkan diriku menangis sepuasnya. Aku mengambil Chimmy dan kupeluk dia erat, sangat erat. Aku merindukan Jimin, boneka saja tidak cukup untuk menghapus kerinduan ini. Aku tidak bisa menghubungi Jimin. Dalam artian tidak bisa bukan Jimin tidak aktif melainkan aku yang tidak boleh mengangkat telepon atau membalas chatnya. Ya Tuhan aku sangat merasa bersalah dengannya, bagaimana nanti Jimin tidak akan bisa menerima kenyataan tersebut?aku juga lelah dengan semua ini. Rasanya aku ingin lompat sekarang juga tapi untungnya aku masih waras dan mengurungkan hal bodoh yang inginku lakukan itu.

"Jiminnnnn!" Teriakku. Bayangkan saja,aku di apartemen dan di bawah sangat sepi lalu aku berteriak sekencang mungkin. Sangat memalukan dan menganggu yang lain tidur, atau bisa bisa satpam langsung ke apartemenku untuk sekedar mengecek kenapa aku berteriak. Memang sangat bodoh. Aku akan mengerutu diriku sendiri jika satpam sampai di depan pintu apartemenku.

"Aku yakin kau juga merindukanku, Park Jimin. Mungkin aku tidak akan bisa menemuimu lagi ketika aku pulang ke Korea." gumamku lalu menangis sejadinya.
                             ●●●
Seoul,Korea.
06.09am

Pagi ini aku terbangun dari tidurku dengan keringat bercucuran dan napas yang memburu. Aku mengalami mimpi buruk,bahkan sangat buruk. Apakah ini pertanda bahwa Hyeri tidak akan pulang menemuiku?Astaga mimpi itu membuatku cemas dan semakin pusing. Dadaku sesak ketika mengulang kembali mimpi tersebut. Ya Tuhan,aku mohon jangan pisahkan aku dan Hyeri untuk.. Selamanya. Mimpi itu sangat mengerikan, mimpi tersebut selalu ada di dalam pikiranku. Aku berusaha menepis tetapi tidak bisa, pikiranku tertuju pada mimpi itu . Aku segera beranjak dari kasur dan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai urusan tersebut aku duduk di sofa kamar dan mengambil handphoneku lalu mengecek pesan yang kukirim kepada Hyeri. Sama saja, tidak ada perkembangan. Rasanya aku ingin melempar handphoneku, tapi tidak mungkin karena semua kenanganku dengan Hyeri ada apa handphone ini. Aku percaya dengan janji Hyeri 1 tahun yang lalu. Dimana ia bilang akan pergi ke Jepang untuk kuliah dan pulang menemuiku lalu kita bertunangan atau bahkan menikah? Aku menunggumu Hyeri, Jung Hyeri. Aku harap kau tidak akan mengingkar janji, semoga. Aku keluar dari aplikasi chat dan masuk ke aplikasi galeri. Semua foto dan video yang terdapat di handphoneku adalah kebersamaanku dengan Hyeri,sahabat,dan keluarga. Sebenarnya aku bukan orang yang suka berfoto tetapi aku akan sangat senang jika melakukannya dengan Hyeri. Please ini bucin akud.g
Aku tersenyum ketika melihat videoku dengan Hyeri di pantai tahun lalu. Wajahnya sangat gembira dan lucu membuatku gemas sendiri. Saat sedang asik menonton, seseorang memanggilku membuatku berdiri dan segera ke ruangan bawah. Aku kenal suara itu,suara orang yang menemaniku dan merawatku di kala Hyeri pergi. Dia Dahyun, aku menyayanginya layaknya seorang teman. Dia sangat perhatian kepadaku membuatku nyaman, ibuku memang selalu tak salah pilih. Bukan tak salah pilih menantu yak kawan kawan, tapi ga salah pilih dokter, karena separuh jiwanya itu Hyeri. Asiapppp!g.

"Kenapa?" Tanyaku ketika tiba di ruangtamu.

"Sudah makan?" Tanyanya disertai senyuman manis. Kuakui Dahyun memang cantik, sangat mungkin. Mungkin saja jika aku tidak berpacaran dengan Hyeri aku akan menjadikan Dahyun pacarku. Astoge jimin kamu playboy banget, untung ganteng.g

"Belum."

"Di ruang makan aku dan ibumu sudah memasak. Cepat makan." ucapnya dengan nada memerintahkan.

Aku tersenyum lalu mengangguk, "kamu sudah makan?"

"Belum."

"Cepat makan!" Ucapku.

Ia memutar bola matanya malas membuatku tertawa.

"Nanti." ucapnya.

"Yasudah aku juga nanti." sahutku.

"Jimin-ah, cepat makan!"

"Dahyun-ah, cepat makan!"

"OKE OKE AKU IKUT MAKAN." ucapnya pasrah membuatku tertawa. Menurutku Dahyun tak jauh beda dengan Hyeri.
Mereka sama sama perempuan.

Sesampai di meja makan sudah terdapat ibu dan ayahku yang sedang duduk. Ibuku tersenyum bahagia, sangat bahagia.

"Kamu makan disini?ibu kira kau tidak mau makan di ruang makan melainkan di kamar." ucap ibuku sambil tersenyum manis.

"Aku bosan dikamar bu." jawabku lalu duduk dan melihat kearah Dahyun yang berdiri di belakang bangkuku.

"Hey duduk." ucapku.

"Ah,tidak usah. Aku makan di kamar saja." ucapnya.

"Dahyun, makan disini saja." kini ayahku yang menyahut.

"Cepat duduk!" Ucapku lalu di balas cubitan di lengan kananku.

"Ibu aku di cubit dahyun, omeli dia!" ucapku sambil berlaga kesakitan membuat kedua orangtuaku tertawa dan dahyun menatapku kesal.

"Sekarang kau lebih banyak ngomong ya, jimin . Sepertinya kau sedang happy?" Tanya ayahku membuatku bingung harus menjawab apa. Padahal bangun tidur tadi aku mimpi buruk lalu melihat video dan foto kebersamaanku dengan Hyeri. Lalu bahagianya dimana?.

"Eum.. Aku tidak tahu aku sedang bahagia atau tidak. Yang pasti aku bosan murung terus menerus." ucapku sambil memakan makanan yang tersedia.

"Baguslah. Jangan banyak banyak memikirkan Hyeri. Kalau pikiran burukmu terhadap Hyeri datang kau harus percaya bahwa Hyeri akan segera pulang dan menikah denganmu." ucap ibuku di sertai senyuman tipis membuatku ikut tersenyum dan mengangguk.
                             ~
Selesai makan kuputuskan untuk kekamar dan menelepon orangtua Hyeri. Sebenarnya,tidak anaknya tidak orangtuanya sama saja. Sama sama tidak bisa di hubungi membuat ku kesal. Sudah lebih dari 5 kali ku menelepon orangtuanya tetapi tidak dijawab, padahal berdering. Aku takut akan mimpi buruk tersebut terjadi. Semoga saja semua baik baik saja, aku yakin Tuhan melindungi Hyeri. Aku yakin Hyeri pasti tidak akan meninggalkanku kecuali maut memisahkan kita.

"Jimin, kamu sudah minum obat?" Tanya Dahyun ketika masuk kekamarku.

Aku tersenyum simpul lalu menggelengkan kepala membuatnya menatapku horor.

"Kau harus minum obat Ji---"

"Untuk hari ini aku tidak mau minum obat. Aku tidak mau selalu bergantungan dengan obat, lagian aku sehat." ucapku kesal. Bisa ku dengar Dahyun membuang napas kasar.

"Seterah padamu, jika ada apa apa panggil aku." ucap Dahyun lalu keluar kamarku.

"Hyeri cepat pulang, aku menunggumu." Gumamku lalu berebahkan diri di kasur dan menatap langit langit kamar.

"Aku yakin mimpi hanya sebuah mimpi, mimpi tidak akan menjadi nyata. Dunia mimpi ya mimpi dan nyata ya nyata. Aku yakin kau pasti pulang, Jung Hyeri." gumamku lalu memejamkan mata dan tertidur. 

                             Tbc.

FAKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang