REVISI TIGA

808 63 19
                                    

Putri menggeliat dari tidurnya saat alarm berbunyi nyaring, ia melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia mengucek kedua matanya mematikan alarm dan kembali bersembunyi di balik selimutnya. Setengah sadar ia mendengar gedoran dari pintu kamar, sangking masih mengantuknya ia menutup kedua telinga dengan bantal. Ah, siapakah gerangan di balik pintu itu, putri kesal saat pintu itu terus digedor.

Buka, pintunya put! Kalau sampai lima belas menit kamu nggak juga keluar, jangan harap kamu dapat jatah uang semester bulan ini.

Bulshitt

Putri membuka selimutnya secara kasar, ia buru-buru turun dari tempat tidur, putri mengambil ikat rambut yang lupa ditaruh dimana. Sialnya ia tak ingat kalau ikat rambut sudah ada di kepala. Ia menggeleng dan berlari mengambil handuk terbirit-birit memasuki kamar mandi. Mengambil sikat gigi, menambah odol dan berkumur-kumur setelahnya, ia menghirup nafas panjang melirik wajahnya di depan cermin. ya, bukan hal baru jika melihatnya seperti ini. Kacau berantakan tak terurus alias pemalas.

"Masih cantik,

Ia tersenyum lebar didepan kaca menampilkan dirinya yang berantakan tak terurus itu.
      
                                0o0

"Wah, seger seger seger."

Putri merentangkan kedua tangannya bebas dan heboh memejamkan matanya menikmati keindahan pagi yang cukup membuat hatinya damai. Siapa bilang damai? Setelah ini pasti ia akan mendapat banyak masalah di kampus. Mereka sedang dalam perjalanan ke kampus dengan menggunakan sepeda andalan pemuda itu. Setiap paginya pemuda bas itu akan mengantarnya. ya, inilah hidup  seorang Putri diatur sana-sini. Yang katanya itu bentuk perhatian dari si pemuda itu dan nenek tersayangnya.

"Bisa diam gag dek, Kamu mau kita jatuh?"

Suara bas itu lagi terdengar di telinganya, ia mengerucutkan bibirnya kedepan merasa terusik dengan si tukang pemarah itu. Setiap hari kerjaannya hanya mencari kesalahan putri, tidak di rumah tidak di kampus di manapun putri berada, lelaki bas ini pasti mengekorinya. Ah, sekarang tidak lagi kok.

Putri menyandarkan kepalanya di badan pemuda itu, menatap pepohonan hijau dan bersenandung riang."Mas,

Satu dua tiga sama sekali tak ada sahutan dari pemuda itu. Putri tahu pasti pemuda itu lagi kesal melihatnya yang selalu berulah setiap pagi. Pemuda itu bahkan sempat dipanggil ke kampus karena insiden memalukan yang di lakukan putri dan Antek-antek nya.

"Mas, Raflyyyyyy!"

Sregggggg gubraaggg

"Aduh,
Putri memegang kepalanya Meringis sakit, saat hidung mungilnya menabrak tubuh bidang pemuda itu dari belakang, putri bersumpah kalau sampai aset mungilnya kenapa-kenapa, ia tak segan menghajar pemuda itu saat ini juga, biarlah dia dikatakan durhaka sekalipun. Putri bergerak turun dari duduknya ia mengusap puncak wajahnya dan berdiri tak jauh dari pemuda itu.

"Mas Raf, sengaja kan? Jujur aja."

"Putri tahu, mas ngambek makannya sengaja mau celakain. sakit ini, sakit Mas." Menatap tajam pemuda itu serta menunjuk hidungnya yang sakit.

Pemuda itu turun dari sepedanya. Ia menarik standardnya dan mencagaknya dengan kedua kaki. Ia menyandarkan tubuhnya di dekat sepeda, menggulung lengan bajunya menampakkan sisi tampannya beserta otot-otot tangannya di hadapan semua orang.

Putri menggeleng tak percaya, drama sekali pemuda itu. Tak tahu malu sok kegantengan padahal memang iyasih. Lihatlah bagaimana sekarang orang-orang melihat mereka, oh bukan. Maksudnya melihat pemuda itu, apalagi kaum hawa yang menunjukkan tatapan lapar kepada pemuda itu.

CINTA KARENA CINTA ❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang