Semua orang bisa tersenyum bangga dengan prestasi yang ia punya, aku tidak. Apalah aku seorang gadis biasa.***
Dag dig dug
Gadis itu berlari kecil melewati lorong-lorong sepi sekolah. Ia melirik kanan dan kiri, dilihatnya tak ada yang mengikuti, ia pun menarik nafas panjang dan mendudukkan tubuhnya pada sebuah kursi tua di balik tembok dekat gudang lama.
Gadis itu menarik sudut bibirnya saat tatapan matanya bertemu dengan seseorang yang sudah menunggu di sana. Ia beranjak dari tempatnya dan mendekati orang itu, setelah sekian lama rindunya terpendam ia segera menubrukkan tubuhnya dengan saling menempel bagai perekat.
Orang itu membalas pelukannya, ia mengecup puncak kepala si gadis dan menghapusnya pelan.
"Kamu kangen sama aku?" Melepaskan pelukan itu dan mengangkat dagu si gadis dengan senyuman hangat.
Keduanya saling menatap rindu. Si gadis itu menahan tangisnya, semenjak mereka memutuskan untuk berhubungan, mulai detik itu juga mereka tak bisa menghabiskan waktu bersama. Layaknya kedua pengantin yang dipingit tak boleh bertegur sapa. Bedanya adalah di antara mereka tertekan adanya perbedaan yang cukup jauh.
"Seandainya aja aku punya ilmu, hari ini juga aku sulap hilangkan manusia-manusia yang udah muja kamu tadi!" ucap si gadis melipatkan kedua tangannya di dada.
Alis pemuda itu menaut. "Kamu kalau cemburu nakutin."
Si gadis bersiap melancarkan aksinya saat pemuda itu meledeknya. Namun yang terjadi--
"Tapi aku sayang," berkata dengan cengengesan.
Ia tercengang dan membalikkan tubuhnya. Malu dong niat mau baku hantam berakhir dengan pujian manis. Diam-diam ia mengukir senyum dengan menautkan kedua jarinya. Ah, rasanya ia lega karena sedikit rindunya terobati dengan kata-kata sederhana namun manis bila didengar.
"Udah kangennya? Gag ada rencana mau meluk lagi atau___"
"Iss. Apaan sih," ucap gadis itu cepat.
Ia memukul dada orang itu dengan kesal, bisa-bisanya pemuda itu menggodanya saat seperti ini. Jangan tanyakan bagaimana perasaannya sekarang, oh tentu jantungnya berdetak tak karuan.
Orang itu semakin gemas melihat gadisnya. Ia menahan kedua tangan si gadis dan membuat jarak di antara mereka begitu dekat. Bayangin noh artis korea. Saling berpandangan melepas rindu yang terlarang tak memperdulikan apa pun yang terjadi di kemudian hari.
Si gadis tersenyum lembut saat tangan pemuda itu membelai wajah mungilnya. Ia mencintai pemuda itu, namun setetes air mata jatuh pada kedua pipinya, ia tahu ini salah. Tapi bolehkah ia berharap agar nantinya Tuhan mempersatukan keduanya dengan mudah.
Mengingat itu membuat ia kembali ke masa lalu. Gadis itu menghapus air matanya, tidak sekarang ia takkan menangis lagi. Ia percaya tentang kehidupan, dunia pasti berputar dengan ritme yang indah.
Ia menatap pemuda itu, mencairkan suasana di antara mereka. "Itu ngapain mukanya miring-miring?! Astaga!
"Kamu mau nyium aku?" Gadis itu menutup mulutnya tak percaya seolah-olah dirinya takut bila pemuda itu mengatakan ia. Padahal nih ya, dalam hatinya bergejolak meminta lebih.
Pemuda itu menggeleng lucu. Ada-ada saja tingkah kekasih kecilnya itu. Mana mungkin ia melakukannya di sekolah apalagi dalam keadaan seperti ini. Ia juga tahu batasan-batasan.
"Nawarin nih!" Menatap gadisnya penuh ancaman dan membuat jarak semakin dekat.
Gadis itu buru-buru menjauhkan tubuhnya dari pemuda itu. Ia mendelik tajam saat pemuda itu mendekapnya di pinggiran tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KARENA CINTA ❤️
RomantizmAku bertemu dengannya, dia yang selalu menggetarkan jiwaku. Keberadaannya disekitarku tak ubahnya bagai benang dan jarum yang selalu terikat satu sama lain. Aku membencinya namun Tuhan membuat takdir semakin rumit, disaat semua orang mengutukku, di...