"Jangan lupa ya cinta, aku akan menunggumu di sana. Aku akan umum kepada dunia, bahwa kamu milikku dan aku milikmu."Debaran pada jantungnya semakin menggila. Putri bingung harus melakukan apa. Ia masih mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi, kalimat kekasihnya, Pino, terus saja mengusik ketenangannya. Seharusnya Putri senang, bukan? Sebentar lagi seluruh mahasiswa akan tahu siapa kekasih dari pentolan kampus itu. Saat ini Putri dilanda gugup luar biasa, ia juga cemas jika akhirnya nanti semua orang akan menjauhinya, atau bisa saja seluruh pengagum kekasihnya itu akan mencelakainya.
Putri melirik jam di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, ia mendesah kasar. Mungkin ia akan sedikit telat menuju acara atau bisa saja ia sama sekali tidak bisa menghadiri acara tersebut. Sementara pesanan KFC harus ia antar terlebih dahulu ke tempat si pembeli, langganan neneknya.
Sebenarnya, Putri bisa saja menolak mengantar pesanan tersebut, namun ia tak tega, tadi ia sempat mengintip Neneknya yang sudah terlihat repot berkutat di dapur, memegang panci, mengurus ayam mentah dan di olah menjadi KFC. Sedangkan Rafly, kokokan ayam belum berbunyi ia sudah pergi ke pasar, membeli beberapa bahan mentah untuk besok . Putri bahagia, setidaknya keluarga kecil ini kembali normal, tidak seperti kemarin yang mana nenek sedih di kamar dan Rafly menghindar darinya.
Putri merasakan getaran pada handphonenya. Ia merogoh sakunya, di sana sudah terpampang jelas nama seseorang, iapun berhenti sebentar di bawah pohon Pinus.
"Halo, kamu di mana sih, put? Bentar lagi faul tampil lo! Aku nggak mau ya kamu telat!"
Putri sedikit menjauhkan handphone itu dari telinganya. Bisa-bisa ia tuli mendengar suara cempreng sahabatnya, Rara.
"Aku masih di jalan, Rara. Gimana dong! Kamu duluan aja ke lapangan, nanti aku nyusul,"
"Nggak bisa dong put! Kamu kan tahu, ini acara penting. Tahu nggak! Kamu lupa atau emang nggak denger sih, Put! Hari ini Faul mau ngungkapin siapa sebenarnya gadis yang dia suka."
Astaga! Putri memegang dadanya yang secara langsung berdesir tak karuan. Apakah benar ucapan Rara? Jadi Pino, tak main-main dengan ucapannya itu. Sontak saja Putri terdiam memikirkan semuanya. Perihal siapa dirinya, siapa kekasihnya, Putri menjadi serba salah.
"Putriiiiii! Kamu nggak jawab pertanyaan aku! Kamu masih hidup, kan?
Terdengar geraman kecil di seberang telepon. Sahabatnya memang tak pernah sabaran, Putri mencari pasokan udara, ia tak bisa berpikir bijak sekarang.
"Kamu nyumpahin aku mati, Ra? Aku dengar kamu ngomong loh. Aku cuma mikirin gimana bisa secepatnya sampai sana, kamu kan tahu, aku harus antar pesanan orang dulu," Putri yang sudah cemas tak dapat berkonsentrasi lagi. Putri yakin ia akan terlambat sampai di sana.
Rara yang tentunya masih mendengar ucapan Putri sontak saja ia tersenyum getir. Ah, rasanya ia malu pada dirinya sendiri. Ia lupa bahwa kehidupan putri tak sama dengannya yang hanya menjentikkan jari dalam sekejap, maka semua selesai.
"Aku cuma becanda put. Jangan ambil pusing, mungkin efek kegilaan aku aja, mengharap gadis yang disukai faul itu adalah aku."
Putri sedikit iba, Ia tahu Faul adalah cinta pertama Rara dari semester pertama dulu. Putri akan menjadi pendengar setia kala itu. Sebab, hampir setiap harinya sahabatnya itu menceritakan Faul Faul dan Faul. Hanya nama orang itu yang memenuhi pikiran sahabatku. Bahkan, kamar sahabatnya itu sudah dipenuhi foto dan Foster oleh artis pentolan kampus yang sekarang ini namanya semakin naik daun.
Kalau begini apa tindakan yang harus ia ambil? Rara adalah sahabat terbaiknya sementara--
"Rara,
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KARENA CINTA ❤️
RomanceAku bertemu dengannya, dia yang selalu menggetarkan jiwaku. Keberadaannya disekitarku tak ubahnya bagai benang dan jarum yang selalu terikat satu sama lain. Aku membencinya namun Tuhan membuat takdir semakin rumit, disaat semua orang mengutukku, di...