REVISI SEBELAS

424 36 9
                                    

Dua pemuda tampan itu tak ada yang memulai pembicaraan sedari tadi. Randa membaringkan tubuhnya di atas genteng dengan kedua tangan sebagai bantalan kepalanya. Randa tersenyum tipis melihat bintang begitu cantik di langit sana, bintang kecil yang mampu menarik perhatiannya, sungguh ia sangat merindukan momen seperti ini sewaktu dulu kanak-kanak.

Faul masih berkutat pada pemikirannya, ia bingung dan merasa Randa mengacuhkan dirinya. Semenjak pertemuan keduanya di teras depan rumah putri Randa hanya mengajak ia kemari. Di dalam mobil pun pemuda itu hanya membisu tak menghiraukan keberadaannya. Faul tak mengerti bagaikan memulai untuk berbicara kepada sahabatnya itu. Faul duduk di samping Randa dan saling memandang ke arah yang sama. Langit cerah dengan bintang-bintang beraneka ragam.

"Aku nggak tahu harus memulai obrolan kita darimana, aku juga butuh penjelasan dari kamu dengan sebenar-benarnya!"

Randa menarik sudut bibirnya tatkala melihat satu bintang menghimpit bintang lainnya. Tidak dengan faul yang masih fokus pada perkataan Randa barusan.

"Kamu belum memahami posisi aku, Randa. Tentu kamu tahu keadaan yang sebenarnya, itu hanya kesalahan pahaman di antara kami. Dan aku pun sudah menjelaskannya kepada putri, ia juga mengerti! di bagian manalagi yang harus aku katakan," ungkap faul membentuk senyum tipis yang hanya diangguki oleh Randa.

Keduanya kembali hanyut pada ego masing-masing, Randa dengan keras kepalanya dan faul oleh ucapan lembut namun pedas bila didengar.

"Lalu bagaimana dengan Rara? Kamu nggak tanya dengan dirimu sendiri bila gadis itu tahu kenyataan yang sebenarnya, apa kamu bisa menjamin hubungan persahabatan mereka akan baik-baik saja?"

Faul terdiam seribu bahasa. Perkataan Randa memang benar adanya, lalu apa yang harus ia lakukan, tentu ia tak mau putri semakin membecinya. Karena itu ia harus berpura-pura lagi? Sampai kapan ia menutupi kebohongan itu. Jelas jika bumi pindah ke bulan pun ia tak yakin permasalahan ini selesai.

"Aku nggak tahu, Nda. Yang ada aku pusing sekarang, aku nggak ngerti harus berbuat apa. Hatiku sudah mencakup nama Putri, aku sudah jatuh hati dengannya!"

Faul menunduk seraya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Ia tak berbohong, ia memang sudah jatuh hati kepada gadis itu. Randa tersenyum kecut ia bangkit dari tidurnya. Randa melirik faul sejenak menepuk-nepuk pundak pemuda itu lalu berdiri dengan santai.

"Jangan berikan air mata lagi kepadanya!" Randa hendak pergi namun ia mengurungkan niatnya. "Jika itu terjadi, dia bakal jadi milik aku sepenuhnya, kamu paham perjanjian kita, bukan?"

Setelah mengatakan itu Randa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku meninggalkan faul sedikit tertunduk pilu. Faul tersenyum kecut ia mengepalkan genggaman tangannya sebab perkataan Randa sungguh benar adanya.

"Putri hanya milikku!"

                              ***





Memakai rok lepis panjang ia melingkarkan tangannya pada pinggang kakaknya. Kemeja kotak-kotak biru ia pakai ditambah dengan make up natural memperlihatkan wajah asia timur asal keluarganya. Putri menatap jalan raya tak semangat, ia bingung bagaimana menghadapi sahabatnya nanti di kampus. Belum lagi suara-suara fens Faul yang tentunya sangat mengganggu. Bukan apa-apa putri sangat tidak suka mereka meneriaki mantan pacarnya itu. Hati Putri berdenyut-denyut pilu, mereka tak tahu saja jika putri menahan amarah luar biasa.

"Melamun terus dek, Mas khawatir kalau kayak gini," ucapnya meneruskan kayuhan sepeda mereka agar cepat sampai ke kampus. "Apa kita putar balik aja, hum? Jalan-jalan ke taman mau?"

Putri masih bermalas-malasan menjawab ucapan kakaknya. "Nggak usah Mas, kita ke kampus aja. Lagian udah dekat baru nawarin! Kalau memang niat ya dari tadi seharusnya, ngeles mau ngajakin aku bolos, KEDOK doang!"

CINTA KARENA CINTA ❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang