Halo Hay!! Aku nongol nih!! Ada yang kangen nggak!??
Yuhu, gimana-gimana sama part kemaren, ngefeel nggak? Atau malah sama sekali nggak ngefeel? Auto gagal aku!!!
🤗🤗🤗🤗 Biar tambah semangat, jangan lupa tinggalkan vote and coment ya.
Selamat membaca
***
Masih berkutat pada alat yang samasekali tak ia kenali, Putri mengalihkan kedua bola matanya melirik sedikit pada Pintu yang tertutup rapat bertuliskan 'selain petugas dilarang masuk'.
Ruang apakah itu?
Sungguh, sekarang pun ia jengah berada dalam ruangan yang tentunya belum pernah ia masuki. Kalau bukan perihal patah hatinya, Putri tak akan mau mengikuti sosok pahlawan itu di sini. Pahlawan? Ya, ia memanggilnya dengan sebutan pahlawan, karena sudah berkali-kali pemuda itu menolongnya.
Putri memilih duduk kembali sembari menunggu sang pahlawan itu, yang belum juga kembali dari ruang dosen. Dengan wajah ditekuk Putri mengingat perkataan dari pemuda itu beberapa jam yang lalu.
"Kamu ingat tujuh tahun yang lalu?"
Ada apa dengan tujuh tahun yang lalu?
Memaksa untuk mengingat memori itu, kepalanya menjadi nyeri hebat. Konsentrasinya pecah, dan pemandangan sekitar terasa berkunang-kunang. Ia berdiri sempoyongan sambil memegang kepalanya semakin menggila. Ada apa dengan kepala ini?
Tak dapat menopang tubuh, ia terjatuh pada sandaran kursi dan saat itu juga pintu terbuka lebar.
"PUTRI..........!
"Kamu kenapa?"
Pemuda itu membantunya berdiri, raut cemas dari wajahnya sangat kentara. "Put, di mana yang sakit?"Pemuda itu membawa Putri pada sofa panjang yang memang sudah ter sediakan. Merasa belum puas melihat kondisi fisik gadisnya, ia berlari menuju dispenser mengambil segelas air minum.
"Ini diminum dulu." Ucapnya menyodorkan minuman itu pada bibir mungil Putri.
Putri menghabiskan minuman itu tandas tanpa tersisa. Meletakkannya dan melirik pemuda itu dengan penuh tanya.
"Kepalaku terasa sakit, aku nggak tahu kenapa. Aku nggak ingat dengan tujuh tahun yang lalu, kamu membuatku penasaran, Randa!"
Randa?
Ah, Randa tersenyum lembut. Ia tahu gadis dihadapannya ini tak akan mengingat apa pun. Sudah lama bukan? Ia saja yang terlalu berharap kembali pada masa itu.
"Bukan apa-apa, Putri. Jangan pikirkan, aku hanya bercanda. Dan untuk menghilangkan rasa nyeri di kepalamu, aku bikin resepnya dulu. Kamu tunggu sebentar!"
Randa berseru dan melangkahkan kakinya menuju sebuah lemari. Ia mengambil beberapa obat-obatan, dan kembali duduk berhadapan dengan gadis itu.
"Ini asam efenamad, obat ini bisa mengurangi rasa nyeri di kepala kamu. Cara minumnya tiga kali dalam sehari sesudah makan."
Diam-diam putri menarik sudut bibirnya. Ia tertegun melihat kelihayan Randa dalam bercengkerama, bak seorang dokter. Astaga! Pemuda itu kan calon dokter! Putri lupa perihal itu. Alih-alih memperhatikan ternyata ia sadar bahwa Randa sangat tampan bila dilihat dari dekat seperti ini. Pantas saja banyak kaum wanita tertarik dengan Randa!
"kamu mendengarkan aku kan, Put? Makan dulu! Jangan sampai nggak makan, soalnya- magh kamu bisa kambuh setelah minum obat itu! Kandungan asmet itu tinggi, aku Nggak mau kamu sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KARENA CINTA ❤️
Roman d'amourAku bertemu dengannya, dia yang selalu menggetarkan jiwaku. Keberadaannya disekitarku tak ubahnya bagai benang dan jarum yang selalu terikat satu sama lain. Aku membencinya namun Tuhan membuat takdir semakin rumit, disaat semua orang mengutukku, di...