REVISI EMPAT

678 63 26
                                    

Kata siapa putri tak gelisah? Ia terus memandang kesisi jendela berharap melihat sosok itu di sana, namun sampai jam menunjukkan pukul sebelas tak ada tanda-tanda yang ia tunggu memunculkan wujudnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata siapa putri tak gelisah? Ia terus memandang kesisi jendela berharap melihat sosok itu di sana, namun sampai jam menunjukkan pukul sebelas tak ada tanda-tanda yang ia tunggu memunculkan wujudnya. Putri benar takut, ia berharap insiden tadi pagi bersama Rafly tidak membuat sosok itu marah dan salah paham padanya. Salahnya sih, mengapa susah sekali untuk jujur tentang keluarganya, nah kan, ia yang rumit sendiri memikirkan bagaimana menjelaskannya.

Putri berdiri membenarkan dasi beserta almamaternya, ia mengambil nafas panjang membunuh rasa panik menggeledah hatinya, ini kesalahan pertama yang ia lakukan semenjak mereka berpacaran, kekasihnya terlalu baik, sungguh putri tidak mau malaikat hatinya itu membencinya dan menganggap ia selingkuh. oh tidak!!

"Mau kemana Put?" tanya Rara memperhatikan sahabatnya yang uring-uringan sejak tadi.

Rara hendak mendekati putri, namun sahabatnya itu malah cengengesan tak jelas dan menggeleng mengambil langkah seribu.

"Eit, aneh banget, ngeselin."

"Kemana sih, nggak biasanya juga dia begitu."

Ia tersenyum lebar dan membiarkan putri meninggalkannya, nanti juga gadis itu datang kepadanya dan menceritakan semua yang terjadi, kebiasaan Ega dan putri kalau lagi butuh datang kepadanya.

                                ***

Putri melihat pesan terakhirnya yang menunjukkan ceklis dua. Ia memilin bajunya bergetar takut-takut jika sosok itu tak menemuinya. Gadis itu sekarang berada di belakang gedung lama tempat biasa mereka bertemu, sebenarnya bisa saja mereka berbicara di luar, mengingat sosok itu cukup dikagumi oleh para Mahasiswi, Putri mengalah, membayangkan dirinya diolok-olok dan berakhir ditindas seperti cerita novel yang sering ia baca. Ia bergedik ngeri jika itu sampai terjadi, tamatlah riwayatnya.

"Kamu masih di sini?"
Putri melihat sepatu Adidas keluaran Hongkong itu tak jauh dari pandangannya. Ia melirik ke atas saat pemuda itu tersenyum hangat dan terlihat sama sekali tak ada kemarahan seperti yang ia pikirkan.

"Kamu nggak marah? Aku cemas karena kamu nggak balas pesan aku dari tadi,"

Putri bertanya dengan gelisah, pemuda itu diam saja, apa memang benar marah? Putri semakin bertambah merasa bersalah. Intinya ia harus menjelaskannya sekarang juga. Mereka berpacaran kan? Jadi dia harus menyelesaikan kesalahpahaman keduanya.

"Aku minta maaf, benar yang tadi itu nggak seperti apa yang ada dalam pikiran Kamu."

Putri semakin memucat, jantungnya seperti sudah berhenti berdetak kembali. Ia bingung bagaimana kekasihnya hanya diam setelah ia sudah payah merangkum kata-kata mutiara untuk menjelaskannya. Putri memutar otak, mengingat adegan-adegan di novel cara meminta maaf yang benar.

Ia memegang tangan sosok itu, menariknya memegang pipinya. Ia mengontrol kondisi hatinya karena tak pernah melakukan hal seperti ini, ia mengenyampingkan egonya, demi mendapatkan maaf dari sosok itu.

CINTA KARENA CINTA ❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang