REVISI EMPAT BELAS

98 15 8
                                    

Berkutat pada ponsel yang sama sekali tak membantunya menyelesaikan masalah efek dari kesalahan yang ia lakukan bersama pria itu tadi. Oh, rasanya sungguh memalukan dengan wajah ditekuk sedang tangan pura-pura mencari sesuatu di dalam gawai itu yang nyatanya hanya mengalihkan kegugupan di antara keduanya.

Oh, perasaan macam ini!

Ia duduk di atas rumput Jepang taman berhadapan dengan pohon Pinus besar sedang matanya melirik ke arah pemuda yang tentunya tak merasa terganggu dengan kejadian tadi di pertontonkan oleh pejalan kaki dan...

Astaga!

Faul di sana

Mendengus karena tak menemukan jawaban dari pertanyaan yang semestinya pun tak perlu dipertanyakan ia balikkan tubuh mungil terbungkus kain berbahan tipis itu menatap tajam ke pria yang sedang memejamkan matanya menikmati kesejukan angin malam.

Ehemm

Ehemmm

Ah, pria ini. Kalau saja sipatnya tak kurang ajar seperti tadi mungkin ia akan tetap mendikte pria ini sebagai malaikat penolongnya.

"Randa, aku mau ngomong!"

Mendengar suara merdu atau bisa dikatakan sangat merdu mengalun syahdu di telinga ia buka kelopak mata itu perlahan menatap si pemanggil.

"Ngomong apa Put? Bukannya kamu sedang ngomong?"

Ah... Ingin mencekik tapi bukan ahlinya.

"Aku mau ngomong penting Nda, kamu sadar ngga sih, kelakuan kamu itu buat aku salah paham, aku ngga ngerti gimana bis__"

Menutup bibir indah itu dengan jari-jarinya ia kembangkan senyum tipis menelusuri wajah pucat itu akibat hujan yang membasahi keduanya.

Ia beri jarak tak berdiameter saja membuat hati si wanita menggila bukan main, belum lagi ritme jantung memompa dengan semangat meluluh lantakkan emosional pada tubuh mungil itu.

Ahh Randa

"Kelakuan yang bagaimana Put?"

Ia tautkan kedua alis menyatu dengan senyum manis melebar tak lupa jari-jarinya ia sapukan pada pipi yang sudah merona itu.

"Yang seperti ini?"

Tap

Tap

Membayangkan kejadian sepuluh menit tadi di bawah derasnya hujan mendadak tubuhnya berdesir ketika adegan itu terulang lagi.

Ia pejamkan mata menunggu sensasi yang akan turun pada bibir merahnya mendadak ia terkejut saat hidungnya mancungnya di tarik begitu kuat.

Ahh..

"Pikiran kamu boleh juga?"

Eh..

Apa tadi!

Ya Tuhan, dia malu.

Bukan itu yang ia inginkan seharusnya ia tak membayangkan ciuman di bawah hujan tersebut.

Merasa atmosfer taman ini berubah seratus delapan puluh derajat Celcius ia palingkan wajah itu dari Randa yang sedang cengengesan menatap keluguan wanita itu.

"Aku cuma ingin membantu kamu!"

Ia tersenyum jemawa dengan kedua kaki ia selonjorkan menatap dahan-dahan pada pohon Pinus dengan lembut ia tarik tubuh wanita itu menciptakan kecanggungan di antara mereka.

"Santai saja, saya mencium kamu bukan untuk menuntaskan sesuatu seperti yang ada dalam pikiran kamu, saya hanya membantu kamu dari kukungan Faul."

Mengeryit karena benar adanya yang dikatakan pria itu ia berdehem mengangkat kedua bola matanya melihat kesungguhan niat dari Randa.

Ahh, tunggu!

Sejak kapan kata Aku menjadi Saya?

"Karena itu?" tanyanya merasa tak puas dengan jawaban pria itu.

Mengapa rasanya sangat sakit.

Bukan itu yang ia inginkan jawabannya.

Merasa ada yang salah dengan kinerja hatinya ia tersenyum saat tangan pemuda itu menempel pada kepalanya, menghapus pucuk rambut yang mungkin sudah berbau busuk.

Baru sadar terakhir keramas Minggu lalu!

"Maafkan saya sudah lancang melakukannya di depan umum!"

Minta maaf!

Uh... Hatinya kalang kabut sekarang. Tak bisakah pria ini mengatakan sengaja melakukan karena sayang

Eh...

Bukan itu maksudnya.

"Ngga papa Nda, sekarang aku mulai paham!"

Meski nyeri membadik hatinya ia tatap pemuda itu yang melihatnya dengan tatapan aneh.

Perasaan atau memang perasaannya saja.

"Kamu kenapa Ran__"

Telepon berdering dengan malas ia angkat sembarang meski tak melihat siapa penelpon tersebut.

"Halo?"

"Apa?"

Deg

Menghempas handphone ke rerumputan sekejap ia jatuhkan tubuhnya pada pelukan pria itu. Dengan bersimbah air mata pria balas pelukan wanita itu sangat erat.

"Sudah... Jangan menangis lagi. Kita cari nenek kamu sama-sama!"


TBC

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gimana dengan part ini?

Sudah ketebak alur part depan gimana?

Untuk saat ini ngga ada drama kuliah ya kwkwkw...

Fokus ke problem

Eh.. aku belum pernah buat dramaa mewek² ya?

Insyaallah, part depan malam Minggu ini kalau yang baca 50 org😂😂😂😂😂
Ckc Ig aku ya

amaliaismaadeliani

CINTA KARENA CINTA ❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang