Halo Hay, ketemu lagi bareng aku author manis dan imut 🤭🤭Udah siap dengan part ini....
Kasih vote dan coment nya yA
Selamat membaca 🤗🤗
Bukan sekadar hal biasa melihat penampakan rumah seperti ini, mencekam meski rumah ini berpenghuni. Randa meneliti tiap inci ruangan tersebut yang tampak berbeda dari biasa.
Siapa lagi ulahnya? Pasti pria tua dengan panggilan Ayah tersebut yang bisa melakukan hal dibatas wajar kepada anaknya.
Ah, untuk mengatakan anak saja rasanya mustahil.
Sekarang lihatlah, bahkan pria tua itu berani-beraninya merusak vas bunga kesayangan ibunya. Padahal Seingat Randa, itu vas bunga hadiah dari pria tua itu untuk ibundanya. Hadiah hari pernikahan mereka, sejak Randa berusia tujuh tahun.
Randa muak dengan sikap tempramen ayahnya yang tidak bisa dikendalikan oleh siapapun, termasuk dia, anaknya semata wayangnya. Sekarang pun, kalau bukan karena pesan singkat dari seseorang, Randa tidak akan mau pulang ke rumah ini.
Sebab, Randa tahu. Ayahnya akan kembali melakukan hal-hal aneh, seperti memukulnya ataupun membunuhnya.
Randa juga tidak mau, permasalahan antara dia dan sang Ayah, akan merambat kepada seseorang, gadis yang selama ini Randa jaga dari kejauhan. Ayahnya kasar dan tidak berprikemanusiaan kepadanya, apalagi dengan orang lain yang tak memiliki hubungan khusus.
Segenap emosi Randa tahan, ia melihat lampu ruang tamu menyala. Dan di atas sofa panjang, duduklah seseorang itu menatap ia dengan sorot tajam.
"Baru pulang?" Pria tua dengan stelan kaus hitam itu melirik Randa sebentar lalu mengalihkan perhatiannya pada vas bunga yang ia pecahkan.
Randa tersenyum lembut, ia masih mematung menatap wajah ayahnya yang jelas semakin menua. Namun, sikap dan perilakunya masih kekanakan.
"Ayah, menyuruhku? Jelas aku pulang. Kalau nggak, mana mungkin aku berada di sini." ucapnya masih datar namun terlihat lebih santai.
Pria tua itu berdecih, mematikan batang rokoknya lalu membuang ke dalam asbak.
Ia berjalan mendekati Randa, tersenyum smirk dan tak lupa menepuk pundak Randa dengan melemparkan tatapan penuh arti.
"Cukup berani untuk anak seusiamu melawanku. Jaga bicaramu kepadaku, anak sombong! Kamu bersyukur aku tidak mematahkan lehermu setelah menodai namaku."
Randa mengangkat wajahnya, ia tahu maksud perkataan pria tua itu. Pasti ada hubungannya dengan kejadian di kampus tadi.
Randa juga tahu, pesuruh ayahnya tidak akan diam membeberkan informasi tentang dia di kampus.
"Ayah tahu, mengapa bukan ayah yang datang ke kampus melarang ku? Bukan kah itu tugas seorang ayah menasehati anaknya jika salah. Mengapa harus mengirim orang lain?"
Ramji menghela nafas berat, putranya semakin berani padanya. Setahunya Randa tidak seperti ini, siapa yang tengah menghasut otaknya?
"Sebelum aku mengambil keputusan yang salah nanti, sebaiknya kamu jauhi gadis bernama Putri itu!" Perintahnya tak dapat ditolak.
Randa meringis, merasakan ada sesuatu yang membuat ayahnya seperti itu. Pria tua itu takkan mengusik kehidupan pribadinya, apalagi yang berhubungan dengan asmaranya.
"Katakan kepadaku alasannya, ayah. Karena, kalau itu nggak masuk akal, maaf aku nggak akan pergi darinya!"
Ramji mengepalkan tangannya. Ia berusaha menahan luapan emosi yang akan berkobar. Pria tua itu melirik pintu kamar Seseorang, yang mana orang itu mengedipkan mata agar ramji lebih sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KARENA CINTA ❤️
RomanceAku bertemu dengannya, dia yang selalu menggetarkan jiwaku. Keberadaannya disekitarku tak ubahnya bagai benang dan jarum yang selalu terikat satu sama lain. Aku membencinya namun Tuhan membuat takdir semakin rumit, disaat semua orang mengutukku, di...