Part 3 - Leave

2.9K 283 6
                                    

"Irene-ssi"

"Ne?"

"Bisa tolong fotokopi kan lembar laporan ini terus serahkan ke Pak Choi?"

"Ne, baiklah." Irene bangkit dari kursi kerjanya dan mengambil laporan itu. Kemudian seseorang datang menghampiri Irene setengah berlari.
"Wae? Wae? Jisoo ah kau tampak terburu-buru (?)"

Jisoo berusaha mengatur napasnya. Satu tangannya memegang pundak Irene, "habis dari ruangan pak Choi, dia manggil kamu tuh."

"Kebetulan aku mau kesana kok, setelah fotokopi ini.." Irene mengangkat laporan itu sambil tersenyum ringan.

"Sini, biar aku saja yang mengurus ini, kau cepatlah ke ruangannya." Irene menatap bingung wajah Jisoo, sepertinya akan ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan Pamannya padanya.

"Arraseo," Irene melenggang pergi dan menuju ruangan bos kebesaran perusahaan itu. Setelah mengetuk pintu, dia mendapat instruksi untuk segera masuk kesana.

"Paman.."

"Joohyun ah"

"Ada apa Paman memanggilku? Sepertinya sangat penting?"

"Duduk dulu sini, di depan paman" Taemin tersenyum mempersilahkan keponakannya duduk di kursi. Kemudian dia melihat ekspresi Pamannya, itu membuat Irene penasaran sekaligus agak takut, sih.

"Joohyun ah, akan ada pertemuan antar perusahaan, salah satunya perusahaan yang bekerja sama dengan kita. Dan kebetulan hari itu paman tidak bisa pergi karena bentrok dengan pertemuan bisnis paman. Jadi paman minta tolong, kamu mewakili paman."

"Ne? Mewakili paman?"

"Paman sudah mengurus tiket keretanya. Ini, di Busan . Dan alamatnya sudah tertera disitu,"

Irene shock. Yang langsung dipikirkannya adalah pada adik-adiknya. "T-t-api.. Paman .." Irene menjeda kalimatnya sebelum melanjutkan. "Bagaimana dengan Yerim? Joy? Mereka sendirian di rumah?"

Taemin menatap sendu keponakannya. Dia sangat salut pada Irene, sementara adik dan isterinya pergi liburan, Irene benar-benar menjaga adik-adiknya dirumah. "Hanya kamu yang bisa paman percayakan sayang. Jadi, soal Yerim, kamu bisa menitipkannya di rumah nenek? Kalau Joy? Dia bisa ikut ke rumah nenek? Atau di rumah saja sendiri? Biar paman yang menanggung keperluan sehari-hari mereka."

Irene menghela napas pasrah saat pamannya menatap layar komputer.

✨✨✨

Irene pulang ke rumah dengan tubuh lelah dan sedikit memijat bahunya sendiri. Yeri berlarian ke ruang tamu dan menjatuhkan seluruh mainannya yang disimpan Irene dalam satu box. Kemudian dia mengacak puzzle dan terlihat antusias memasangnya.

"Dasar anak kecil..." Irene melewatinya dan mengacak rambutnya.

"Unnie! Nanti berantakan tahu!"

"Kamu kan sudah mau mandi, tidak usah takut kusut!"

Irene pun meletakkan tas tangannya di meja rias dan berjalan keluar kembali sambil mengawasi Yeri. Saat ingin menuang air hangat, telepon rumah berbunyi.

"Yeobseyo?" Jawab Irene.

"Joohyun ah!"

"Ah, Eomma.. appa.." dari nada bicara Irene , Eomma Appa yang sedang berada di Barcelona tahu bahwa tersirat nada kerinduan disana.

"Irene ah, bagaimana kabarmu?"

"Eomma cepatlah kalian pulang, Irene capek ngurus semuanya sendiri, tidak ada seulgi dan Wendy yang bantu T.T "

SISTER'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang