Pagi yang cerah, sinar matahari yang menghangatkan. Burung berkicauan mencari makan. Ke 5 gadis itu sedang khusyuk menghabiskan makanan di dalam piring. Masakan Irene pagi ini habis, dihabiskan oleh keempat adiknya. Irene tidak masalah mendapat porsi yang kecil.
"Seulgi, apa kamu tidak berniat mencari pekerjaan tetap?" Tanya Irene tiba-tiba. Ah, ya penawaran Tante sunny semalam itu, seulgi harus bicarakan dengan Irene.
Menjawab pertanyaan Irene pun seulgi menggeleng, "tidak.. um, ada yang ingin kubicarakan nanti eonnie.""Ok." Jawab Irene singkat.
*Telepon rumah berdering
Irene langsung bangkit dari singgasananya dan mengangkat telepon. Baru pagi-pagi gini, wajah Irene sudah tampak merekah sempurna. Eomma dan Appa menelepon kembali. Katanya 2 Minggu lagi mereka akan pulang. Dan.. "Eomma baru saja mentransfer uang lagi!" Pekik Irene senang.
"Jinjja roo?" Wendy bertanya dengan mata melotot. Joy juga ikut senang, artinya uang jajan untuk hari berikutnya bertambah.
"Unnie Yerim ingin jalan-jalan..!" Sahut si bungsu tiba-tiba, matanya tampak sedih dan bibirnya cemberut. Irene berjalan mengitari si bungsu dan menggendongnya.
"Baiklah.. Yerim ingin jalan-jalan kemana? Apa kita semua akan jalan-jalan? Apa kalian mau?" Irene meminta persetujuan adik-adiknya. Bukankah akan lebih seru jika mereka semua ikut berjalan-jalan?
"Yeeee!!! Gumawo unnie.." Irene tidak bisa menahan senyumannya, sebab Yeri menghadiahi ciuman bertubi di pipinya yang merona serta bibirnya.
"Yaaa Kim Yerim kau terlihat seperti monyet yang genit!" Sahut Joy iseng sambil menyendokkan nasi di mulut. Alhasil itu mendapat jitakan dari Wendy yang duduk di sampingnya.
"Unnie..~ kenapa Sooyoung unnie selalu mengejekku?" Rengek yerim sambil menyembunyikan wajahnya di caruk leher irene. Maklum saja namanya anak kecil.
"Sudah, sudah.. apa kalian sudah selesai sarapan? Ayo kita pergi, Wendy jaga rumah ya.." mereka berempat mempunyai kegiatan masing-masing dengan seulgi yang menyetir untuk mereka. Setelah menurunkan Joy dan Yeri, tinggal seulgi dan Irene di dalam mobil.
'apakah ini saat yang tepat untuk bertanya pada eonnie?' seulgi mengangguk dan merasa inilah saat yang tepat untuk bertanya. "Eonnie.." panggil seulgi pelan.
"Hmm?"
"Aku ingin pergi untuk melakukan pencarian lagi"
"Selama satu bulan lagi tanpa kabar?" Irene sibuk membongkar tas tangannya untuk memoles lip tint di bibirnya tanpa melihat ke arah seulgi.
"Hmm.. tidak seperti itu juga unnie"
"Terkadang unnie tidak suka dengan pekerjaanmu. Apa kau harus pergi jauh-jauh hanya untuk satu lukisan?"
"Unnie tidak akan mengerti. Aku tidak bisa melukis jika tidak ada inspirasi dan aku butuh suasana baru."
"Iya, benar sampai kapanpun aku tak akan mengerti dengan jalan pikiranmu seulgi"
"Appa Eomma sudah mengijinkanku. Dan.. ini proyek besar unnie, lukisanku akan dipajang di galeri karena pemilik galeri itu menyukai lukisanku."
"..."
"Apa unnie mengijinkanku?"
"Jika kau bertanya padaku, aku tak akan setuju"
"Unnie.."
"Pergi saja sana lagipula aku tak akan bisa menahanmu. Kau lebih peduli dengan lukisanmu itu"
"Bukan begitu unnie, dengarkan dulu.." Irene sudah keburu menutup pintu mobil dan berjalan masuk ke perusahaan besar pamannya tanpa menoleh ke belakang dan pamit pada seulgi. Seulgi membuang napas dan menatap punggung Irene dengan sedih