Irene menangis, setelah mendapat bentakan dari seulgi, entah kenapa hatinya terasa sangat sakit. Apa salahnya? Irene hanya ingin agar adik-adiknya berbaikan dan tidak berselisih untuk waktu yang lama. Hingga rasa aneh datang pada tubuhnya. Tubuhnya terdorong beberapa kali dan seperti akan muntah.
Irene buru-buru turun dan hendak ke kamar mandi untuk membuang semua muntahannya disana. Namun baru saja menginjak lantai, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Duh, bagaimana ini.. dia sungguh tersiksa dengan gejolak aneh ini.
"Unnnie..!" Irene mengucap syukur dalam hati karena pada saat yang tepat, Wendy datang dan menghampirinya. "Unnie apa yang kau lakukan? Apa yang kau butuhkan?" Irene tidak menjawab, dia terus membekap mulutnya sendiri dengan tangan kiri.
Wendy pun mengerti. Dia mengambil baskom kecil yang entah dari mana asalnya dan menaruhnya di depan wajahnya.
Irene muntah. Dan tubuhnya turus memaksa untuk mengeluarkan cairan muntahan. Hingga matanya berair dan merah. Wendy memijat tengkuk unnienya dan mengusap lengannya.
Setelah penderitaan itu berakhir. Wendy memencet bel bantuan dan datanglah para suster yang membantunya untuk menaikkan Irene ke ranjang pasien lagi dan menyelimuti nya dengan tenang.
"Unnie, kenapa tidak memanggil suster? Dan dimana seulgi?" Tanya Wendy setenang mungkin. Irene hanya berpikir jika dia bisa melakukannya sendiri, namun dia terlalu lemah.Irene menggeleng. Untuk menjawab pertanyaan Wendy saja dia tidak bertenaga. "Gwenchana.. ada aku.. aku akan menjaga mu" Wendy menggenggam tangan Irene yang dibalas tak kalah erat oleh irene
Wendy berjalan ke luar ruangan setelah dirasa Irene sudah mulai tenang. "Dimana orang itu! Beraninya dia meninggalkan unnie sendiri.." Wendy menelepon dan berteriak-teriak dengan seulgi di ujung sambungan.
Tak berapa lama kemudian, seulgi datang dengan berlarian, wajahnya terlihat panik dan keringat bercucuran sana-sini. "Seungwan ah"
"Dari mana saja kau! Kenapa meninggalkan unnie sendirian! Dia baru saja jatuh dari ranjangnya dan berakhir mual dan muntah. Apa kau tahu!?"
"M-mianhae seungwan ah, tadi a-aku.."
"Tega sekali kamu!" Bagus, baru hari ini ada 2 hati yang sudah dia sakiti. Wendy tentu tidak bisa lagi menahan air matanya melihat Irene yang seperti tadi. Irene sendirian dan tidak ada yang menjaganya.
"Mianhae seungwan ah, aku tak akan meninggalkan nya sendirian lagi.. kau tahu, aku dan unnie sedan---"
"Apapun alasanmu. Tolong jangan meninggalkan unnie sendirian."
Seulgi mengangguk, dia memeluk wendy dan menghapus air matanya. Seulgi memutar knop pintu dan mendorong pintu, kemudian perlahan melangkah masuk ke dalam. Hati seulgi seperti diremas, terkahir kali seulgi melihatnya wajahnya tidak sepucat dan selelah ini.
"Unnie.." seulgi mendekat dan menyatukan jemari tangan mereka. Namun kaitan itu dihempas oleh Irene dengan tak bertenaga. Irene menolaknya. Irene sedang dalam mood yang tidak baik.
"Unnie mianhae yo, apa kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?"
Irene memutar tubuhnya membelakangi seulgi sebagai jawaban. Seulgi hanya membuang napasnya kecewa. Dia berjalan keluar dari ruangan tersebut dengan kepala menunduk dan duduk di samping Wendy yang sedang sibuk bermain hp.