Salah, sangat salah. Perkiraan Irene salah. Salah meninggalkan adik-adiknya dirumah tanpa rasa khawatir. Konsentrasinya terbagi, Irene sudah berusaha tenang. Dia hanya ingin keluar dari situasi ini secepat mungkin. Pembicaraan dengan rekan yang sekiranya tidak berguna lagi.
"Apa Irene-ssi sudah makan?" Tanya rekannya. Irene rasa ingin segera keluar dari situasi ini.
"Maaf, tapi ini sudah diluar daripada pembahasan."
"Tidak apa, Irene-ssi setidaknya mengisi perut akan membuat kita jadi bertenaga dan membuat pikiran menjadi fresh,"
"Baiklah, terimakasih atas kerjasamanya, saya harap perusahaan kita bisa saling membantu satu sama lain. Terimakasih.", Irene bangkit dan memberi hormat sekali.
"Buru-buru sekali Irene-ssi?" Ahjussi bertuxedo itu menggenggam lengannya. Otomatis Irene langsung menghempaskannya. Irene masih menghargai rekan kerjanya karena Paman. Jika tidak dia sudah berteriak dan meminta tolong.
"Ne, Jimin-ssi saya buru-buru, maaf sekali saya harus pamit sekarang. Makan siangnya kalian lanjut saja." Jimin mengusap dagunya dan melihat kepergian Irene yang sedikit buru-buru.
✨✨✨
"Seungwan ah.."
"Ne, ne unnie maaf baru bisa mengangkat telefonmu"
"Bagaimana keadaan Yeri sekarang?"
"Dia.. um.. sebentar biar ku check lagi," bagaimana Irene tidak panik luar bisa, baru saja tadi pagi Wendy menghubungi Irene dan mengatakan jika Yeri sakit.
"Tubuhnya masih hangat, tapi tadi sudah kuberi obat sesuai yang unnie katakan..""Tolong pantau dia seungwan ah," kata Irene sambil memasukkan baju ke dalam koper kecil miliknya, dia akan pulang hari ini juga. Pekerjaan dan urusan bisnis yang menyita waktu dan hari pun akhirnya kelar.
"Kemungkinan unnie malam baru sampai..""Ne, hati-hati di kereta dan perjalanan pulang unnie." Irene langsung menutup teleponnya. Dia harus pulang sekarang juga, Irene paling tidak bisa tenang, jika sudah menyangkut adik-adiknya. Mendengar Yeri sakit, seolah dia juga merasakan sakit yang sama.
Irene mengeratkan mantelnya setelah keluar dari gerbong kereta. Musim dingin memang paling menusuk tulang, apalagi salju pertama mulai turun. Setelah keluar dari stasiun dia langsung pulang ke rumah dengan taxi.
"Yerim ah..." Irene melepas heels dan mantelnya yang di ambil Joy dengan gesit.
"Yerim di kamar eonnie," Joy menutup pintu rumah kembali dan menyusul eonnienya pergi ke kamar Yeri.
"Unniiee!" Teriak Yeri antusias melihat kepulangan irene, ini sudah 2 hari akhirnya anak kecil itu bisa melihat Irene. Yeri berlari memeluk Irene seperti koala yang memeluk pohon, Irene tersenyum, dia membalas tak kalah erat.
"Yaaakk, Kim Yerim habiskan dulu makananmu" Wendy meletakkan piring itu di pangkuannya dan melihat adegan romantis Irene Yeri.
"Yerim ah, kamu tidak apa-apa?" Irene menepuk-nepuk pantat Yeri dengan pelan. Irene tentu merasakan dengan jelas panas tubuh Yeri yang memeluknya saat ini. Bodohnya anak ini bisa sangat bersemangat saat Irene terlihat di ambang pintu kamar Yeri.
"Unnie, kenapa kepalaku berputar-putar ya?" Tanya Yeri polos
"Itu karena kepalamu mau putus bodoh" joy langsung mendapat hadiah pukulan lengan dari Wendy.
"Ha? Unnniee aku tidak mau tidak punya kepala!!!" Lalu Yeri mulai menangis meraung-raung.
"Dasar cengeng, aku cuma bercanda anak kecil!" Joy akhirnya tertawa terbahak-bahak.
"Aku benci Sooyoung unnie! Aku benci!"
"Tidak boleh bilang begitu Kim Yerim. Sudah, sekarang kamu lanjut tidur lagi." Irene meletakkan Yeri di kasur dengan perlahan dan mengeluarkan kompres instan untuk anak yang tadi dia beli di apotek.
"Sekarang tidur ya sayang," setelah menempelkan kompres itu di dahi Yeri. Irene mengecup kepalanya Yeri.
"Tanggung sekali ini hanya tinggal 2 suap akan habis," Wendy menyerahkan bubur sisa pada Irene untuk ia lihat.
"Tidak apa, lagi pula dia sudah mulai berkeringat. Sekarang kamu tidurlah, terimakasih sudah mau menjaga Yeri seharian seungwan"
"Tidak masalah eonnie, dia kan adikku.." Irene berjalan ke dapur dan meneguk air putih segelas. Wendy mengikuti Irene dan berhenti di bar dapur yang minimalis.
"Bagaimana perjalanannya?"
"Begitulah.." Irene duduk berhadapan dengan Wendy. "Tapi, begitu pulang ke rumah, unnie merasa di- charge ." Irene memberi senyum tipisnya. Dia mengelus rambut Wendy.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu di dunia hiburan?" Tanyanya hati-hati.
"Rasanya aku lebih merindukan rumah saat bekerja.." Wendy membalas senyum Irene.
"Kamu tahu kapan harus berhenti seungwan ah, terkadang bekerja di dunia hiburan tidak selalu enak. Kamu sendiri tahu, kamu harus kuat dengan hujatan haters karena kamu ada unnie, dongsaengmu dan fans yang mendukungmu."
Wendy mengangguk sambil memejamkan matanya sejenak. "Gumawo eonnie,"
"Kemarilah.." Irene merentangkan tangannya dan dengan mudah diakses Wendy untuk masuk dalam pelukan hangat Irene. Sudah lama mereka tidak menyalurkan kasih sayang hingga momen ini.
Irene mengelus rambut Wendy dan menepuk punggungnya.
✨✨✨
"Unnie, seulgi masih tak bisa dihubungi.."
"Benarkah?"
"Coba saja, aku sudah mencobanya 15 kali," Wendy meletakkan hp nya dengan malas di sofa dan tidur-tiduran tak jelas disana.
"Aiishh anak ini.. pergi satu bulan tapi jarang memberi kabar" Irene melepas apronnya dan berjalan menghampiri Wendy. Kemudian duduk di sampingnya.
Ini hari Minggu, yang dilakukan Irene dan Wendy hanya berdiam diri dirumah, sedangkan Joy membawa Yeri jalan-jalan ke mall bersama Sungjae .Akhirnya Irene pun menyerah, nomor seulgi benar-benar hanya tersambung dengan suara operator.
"Tenang saja unnie, dia akan baik-baik saja bahkan hidup di gurun pasir sekalipun!" Wendy mendapat hadiah pukulan di pahanya.
"Apa dia sudah lupa cara memberi kabar" tanya Irene pada diri sendiri, sekalian menyindir seulgi. Irene jadi kesal sendiri pada adik pertamanya itu, lihat saja jika dia pulang nanti.
To Be Continue...