"Unnie Palli-palli!! Yaaahh masa unnie kalah dari Sooyoung!" Irene melangkah lebih lebar dan menambah kecepatan lajunya lebih gesit. Meski tubuhnya lebih kecil dari adiknya, Joy. Dia tidak mau kalah! Dan tidak akan kalah dari permainan apapun dengan adiknya, moto hidup.
"Yaaa Park Sooyoung! Kau menggendong Yerim! Lihatlah aku menggendong siapa!!" Teriak Irene melawan angin yang ada di lapangan luas tempat Vila mereka berlibur dengan orang tuanya. Saat itu Yerim masih berumur 4 tahun dan dia tertawa kegirangan di punggung unnienya sambil memeluknya dari belakang seperti koala.
Irene sudah ngos-ngosan sambil membawa beban berat badan Wendy di tubuhnya. Tapi dia tetap bersikukuh akan menang dan berlari menuju Seulgi, tempat Finish dari lomba lari ini.
"Aakkhh jinjja.. unnie payah! Tulangnya sudah keropos!" Teriak Wendy.
"Yaaa Son seungwan, kamu tidak tahu betapa beratnya kamu!" Irene mengeratkan gendongannya yang sudah mulai mengendur. "Pegangan yang erat!" Irene masih berlari mengejar Joy dan Yeri yang sudah hampir mencapai garis Finish. Keringat sudah bercucuran di dahi dan punggungnya.
Wendy sontak mengeratkan pelukannya kala Irene benar-benar berlari cepat hingga mencapai garis Finish. Permainan dimenangkan oleh Irene.
"Haaaahh hhaaahh hahhh" Irene bersandar lemas di rerumputan hijau itu. Dasarnya Wendy malah tertawa kegirangan melihat unnienya yang terus menarik napas."CK ck! Unnie begitu saja sudah lelah! Dasar orang tua! Hahaha"
"Yaaa Son seungwan!" Irene bangkit dan menjewer telinga Wendy hingga menariknya ke atas. Geram dengan adiknya yang satu ini.
"Aaakkkhh appo unnie!"
" Kamu yang terlalu berat! Sebaiknya turunkan berat badanmu sana!"
"Akkh jinjja kalian seperti anak kecil" Joy menyela dan berdiri di tengah-tengah Wendy dan irene.
"Benar apa kata joohyun unnie, dietlah seungwan unnie!""Yaaa..! Kalian benar-benar!" Sementara itu seulgi sudah menggendong Yerim kecil menjauh dari mereka dan berkeliling melihat kupu-kupu serta bunga-bunga yang berada di sepanjang lapangan itu.
"Yerim ah, nanti kalau sudah gede jangan seperti mereka ya, seperti berebut suami saja"
Seulgi geleng-geleng kepala saat masih melihat pertengkaran dan aksi jewer-menewer disana.Joy menyeka keringat Irene yang terus bercucuran. Sudah satu minggu sejak hilangnya wendy. Irene sudah tidak kuat. Kemarin dia mengikut Appa untuk pergi bertanya pada peramal. Sudah 3 peramal yang mengatakan jika son Wendy sudah meninggal. Dan tidak tahu jejaknya ada dimana. Para peramal sudah menuturkan pada mereka, agar menyerah saja atas pencarian ini. Tidak ada gunanya.
Appa dan Eomma pun memang sudah angkat tangan, tidak sanggup lagi merasakan sakit yang terus menghujam setiap harinya, memori tentang anaknya(Wendy) yang terus terlintas dalam pikiran dan mimpi-mimpi buruk itu terus menjadi momok.
"Seungwan ah..." Joy mengompres handuk itu, dia semakin meneteskan air matanya melihat unnienya yang mengigau sepanjang hari
"Biar aku saja, istirahatlah di kamarmu.." seulgi datang dan menukar posisi dengan Joy sambil mengusap rambut panjangnya. Gadis yang lebih tinggi itu mengangguk dan kembali ke kamarnya. Seulgi baru saja kembali dari kantor polisi. Kondisi unnie tertua itu tidak kian membaik.
Seulgi menunduk dan mengelus kepala Irene yang penuh oleh keringat. "Unnie..."
Perlahan Irene membuka kedua matanya dan memandang sekeliling. "Seulgi ya.. kau disini"