Eunsoo meletakkan cangkirnya di atas meja dengan tatapan tidak percaya kepada Kyungsoo.
Kyungsoo yang ditatap cuma tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuk lehernya, merasa tidak enak."Apa mak-maksudmu? Kau tiba-tiba... wamil?" tanya Eunsoo dengan tak percaya.
"Hum, ya..."
"Ta-tapi, kenapa begitu mendadak?" tanya Eunsoo yang masih tak percaya.
Kyungsoo diam sejenak,"Maafkan aku, Eunsoo-ya. Aku tahu ini mendadak..."
Kyungsoo tak menyelesaikan kalimatnya karena tiba-tiba Eunsoo sudah berdiri dengan air mata yang sudah mengaliri pipinya.
"Eunsoo-ya! Do Eunsoo!"
Eunsoo segera keluar meninggalkan Kyungsoo dan segera mencari Taxi.
"Eunsoo, dengarkan aku dulu!" tahan Kyungsoo yang berhasil memegang lengan Eunsoo.
Eunsoo melepas paksa pegangan Kyungsoo.
"Selalu! Kau selalu seperti ini! Kenapa kau tidak membicarakan jauh-jauh hari denganku ? Kau selalu memutuskan sendiri!" bentak Eunsoo yang kini air matanya sudah mengalir sangat deras.
"Ma-maafkan aku," ujar Kyungsoo pelan ,"Tapi, dengarkan aku dulu.."
"Sudahlah! Aku benci kau!"
Sebuah taxi terparkir di depan Eunsoo. Cepat-cepat Eunsoo naik ke dalam taxi itu dan meminta supir taxi itu untuk pergi.
"Eunsoo! Dengarkan aku dulu!" pinta Kyungsoo sambil menggedor-gedor jendela.
"Jalan saja, ahjussi," ujar Eunsoo yang mengerti akan wajah kebingungan supir taxi itu ,"Tidak apa."
Supir taxi itu mengangguk walaupun agak ragu. Namun, pada akhirnya ia menjalankan taxinya dan meninggalkan Kyungsoo.
"Sial! Hebat sekali kau, Park Kyungsoo! Kau berhasil membuat wanitamu menangis!" umpat Kyungsoo kesal.
Dia menatap taxi yang dinaiki Eunsoo semakin menjauh sambil mengusak rambutnya kasar.
🌼🌼🌼
Di rumah, Eunsoo menangis sejadi-jadinya. Ia begitu kaget sekaligus kecewa akan keputusan Kyungsoo yang menurutnya tiba-tiba.
Eunsoo tahu, bahwa setiap laki-laki di Korea harus menjalankan kewajibannya, yaitu wajib militer. Tapi, keputusan Kyungsoo yang tiba-tiba tanpa merundingkannya dengan dirinya ini benar-benar membuatnya tak habis pikir.
"Eunsoo-ya!"
Sebuah suara memanggil Eunsoo dari luar, membuat Eunsoo terpaksa untuk berhenti menangis.
"Ma-masuk saja,"ujarnya sengau sambil menyeka air mata yang masih tersisa di wajahnya.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi perlahan masuk ke dalam kamar Eunsoo. Do Chanyeol -kakak laki-laki Eunsoo- mendekati adiknya yang sedang membelakangi dirinya.
"Ada apa, hm?" tanyanya lembut sambil mengelus puncak kepala adik kecilnya itu.
Eunsoo hanya membalas dengan gelengan namun sesekali terdengar sesunggukan darinya. Chanyeol tersenyum mengerti lalu ia pelan-pelan mendudukkan Eunsoo.
"Aduh, lihat wajah adikku ini. Kemana wajah cantiknya?" godanya sambil menyeka air mata Eunsoo.
"Cih! Apa sih? Kalau mau berkelahi denganku, aku tidak mau," jawab Eunsoo sambil menepis tangan Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌼He Never Feels [DKS] 🌼 ✔
FanfictionPilih pacar rasa temen atau Temen rasa pacar ?