8회. Hack and Sabotage

49 8 0
                                    

Aku memasuki kamar. Kakiku yang lemas tak mampu menahan berat tubuh.

"Ah, kenapa jadi berantakan begini," gumamku.

Suara jam mendominasi ruangan. Aki menarik dan membuang napas berkali-kali guna menenangkan diri. Untuk saat ini, aku tidak memiliki siapapun untuk menjadi sandaran. Ibu? Oh, aku tidak akan pernah tega untuk menyeret ibu ke dalam masalah ini.

Kupejamkan kedua mataku, menikmati angin yang berhasil masuk melalui balkon kamar. Kembali memikirkan secara perlahan rentetan kejadian.

Dimulai sejak pembacaan warisan. Berlanjut dengan penyakit kakek yang tiba-tiba kambuh. Lalu, perebutan bodoh kami. Terakhir, merosotnya kesehatan kakek.

Hanya ada dua nama yang terlintas di kepalaku, Na Koongmin dan Na Jaewook. Koin emas itu, aku ingat. Aku pernah melihat koin emas yang sama di salah satu perusahaan cabang di bawah pengawasan paman. Lalu, berita itu...

"Apakah ayah bekerja sama dengan paman untuk menjatuhkanku?"

Tapi, untuk apa? Ayah bisa saja menghancurkanku dalam satu kedipan. Untuk apa dia bekerja sama dengaan orang seperti paman? Atau memang ayah ingin membunuhku.

"Ah, aniya, Jaemin. Aniya. Dia tidak akan sudi mengotori tangannya sendiri."

Ayo berpikir, berpikir... Tunggu, apa ini rencana kakek? Jadi kakek memang tahu semua hal ini akan terjadi. Tapi, dia tetap sengaja memilihku untuk menjadi penerusnya. Apa ini alasannya bertanya keyakinanku kemarin?

Aku berlari ke luar kamar menuju ke ruang kerja ayah. Kubanting pintu besar itu, sehingga ayah menatapku aneh. Aku mendekatinya dan duduk di hadapannya. "Ayah, jawab jujur sekarang."

"Apalagi? Kamu mau menuduh ayahmu apalagi?"

Aku meneguk salivaku susah payah, "Apa... Kakek membangun sebuah anak perusahaan baru?"

Ayah diam. Dia menghentikan aktivitas dan mengalihkan pandangannya dari laptop. "Maksudmu apa? Semuanya masih ayah kendalikan di sini."

"Tidak, ayah melewatkan beberapa hal."

"Mana mungkin?"

Aku menarik laptop ayah dan mengetikkan sesuatu. Saat ayah membacanya, keningnya mengernyit. "Bagaimana kamu bisa mengambil kesimpulan seperti ini tanpa bukti?"

Ponselku tiba-tiba berdering. Panggilan masuk dari Minyoung, "Halo, ada apa?"

"Pak, ga-gawat. D-data di ka-kantor kita." Napasnya yang terengah-engah membuatku tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Atur napasmu, baru bicara."

"Data di kantor kita hilang!" Tubuhku menegang. Masalah yang satu belum selesai, sudah ada masalah lagi.

"Saya ke kantor sekarang."

Aku memasukkan ponsel ke saku celana dan bergegas ke luar. Sebelum itu, ayah menahan tanganku, "Ada apa?"

"Masalah kantor. Ayah tidak perlu khawatir."

"Yah..."

"Apa? Ayah barusan bicara apa?"

"Ah, tidak ada. Cepatlah pergi, semuanya pasti menunggu."

Aku meninggalkan ruang kerja ayah. Kusambar jaket kulitku yang tergantung di samping pintu utama. "Mau ke mana semalam ini?"

Aku berbalik sejenak, "Ke kantor, urusan mendadak."

"Selarut ini?"

"Iya, aku janji untuk langsung pulang setelah semuanya selesai."

𝑲𝑰𝑵𝑮(왕)。✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang