Pencet tanda bintang di pojok kiri dulu yuukk:))
"Gila lo, Rey!" sahut salah satu orang hingga membuat telinga Rey hampir pecah.
"Emang dia begitu, Dev. lo gausah kaget." kata Glen dengan tenang, ia memang sudah tahu sejak lama bahwa Rey memang memiliki sifat songong kepada gadis. jawabannya hanya satu, Rey hanya ingin mencari orang yang setia dengan sifatnya yang seperti itu, katanya sih begitu.
Ya, Rey dan Glen merupakan teman, bisa dibilang sahabat karena mereka sangat dekat sewaktu SMP. Mereka berdua berpisah semenjak Rey memutuskan SMA diluar negeri, tepatnya di Korea selama dua tahun. Rey kembali setelah urusan bisnis Papanya selesai disana.
"Wah, bagus juga rencana lo, Rey." kata Devin dengan mata yang berbinar, tak menyangka bahwa teman barunya ini sangat cerdas untuk memilih pasangan.
"Iya lah." kata Rey santai, ia menjadi hangat ketika bersama teman dekatnya dan berubah dingin seratus delapan puluh derajat ketika bersama orang yang dianggapnya 'tak penting dan asing'
"Muka lo emang cocok buat memungkinkan kalo lo itu orangnya songong dan cool, kita tinggal lihat aja siapa yang bisa bertahan sama sifat Rey." kata Glen tak sabar menunggu semua ini.
"Lo emang perfect, Rey. ga bisa diragukan lagi." kata Devin yang tak henti-hentinya memuji Rey sedari tadi.
"Gue harap lo ga homo, Dev." jujur saja Rey merinding karena Devin terus saja memujinya dari awal pembicaraan tadi.
"Engga lah, gila aja lo!" sahut Devin tak terima lantaran dirinya dibilang seperti itu. Gini-gini dirinya masih normal tahu!
"Lo tenang aja, Rey. Dua tahun gue udah kenal sama dia, dan hasilnya masih normal, masih bisa suka sama cewek." kata Glen berniat membela walaupun ada kata yang sedikit mengejek disana.
"Emang ga jauh beda dari Rey lo." rengek Devin seperti anak kecil.
"Inget umur, Dev. lo udah gede." kata Glen yang makin menambah ejekan nya.
"Bodo amat. Btw, muka gue cocok ga kalo punya sifat kaya Rey?" kata Devin sambil berlagak membetulkan kerah bajunya.
Dengan cepat Glen langsung menampol kepala Devin lalu berkata "beda jauh! kelakuan masih kayak anak kecil aja sok-sok an." bantah Glen sesuai fakta karena memang benar sifat Devin ini belum bisa dikatakan dewasa, mengingat setahun lagi ia akan lulus SMA dan akan kuliah.
"Jahat kau, Bambang." rengek Devin lagi.
"Bapak kau, Bambang." kata Glen berusaha menghibur, gini-gini Glen juga tak ingin membuat Devin terus saja merengek.
Sedangkan Rey hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua teman dekatnya ini.
"Ada-ada aja lo pada." kata Rey memecahkan keheningan.
Mereka semua tak tahu bahwa diam-diam ada seseorang yang mendengar seluruh percakapan nya dari awal hingga akhir.
Awalnya Cacha hanya berniat ke taman SMA nya untuk mencari udara segar, ia sengaja tidak mengajak sahabatnya. Ya, pasti sahabatnya hanya bergairah membicarakan rencana yang akan dibuat nanti.
Namun langkahnya terhenti ketika melihat tiga orang tampan yang sedang asyik berbicara. Ia melihat disalah satu orang itu ada si cowok dingin dan gila yang sempat mempermalukan nya tadi.
Mumpung masih istirahat diam-diam saja ia mendengarkan semua celotehan orang itu dibalik pohon. Percayalah ia berusaha mati-matian untuk menghindari semut yang berada di pohon itu.
Lama-lama ia bosan tak ada pembicaraan yang menarik, lalu ia berniat ingin pergi saja. Niat nya ia urungkan karena mendengar kehebohan cowok yang memiliki wajah seperti baby face. Menurut Cacha ia terlihat seperti anak kecil, mukanya sangat lucu. ia bahkan baru melihat wajah itu, mungkin karena dulu ia jarang keluar kelas hingga tak tahu bahwa ada cowok seimut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION WITH LOVE
Teen FictionSatu misi yang dapat mengubah segalanya, bersama cinta. Ini bukan misi semacam pertualangan. Namun, misi yang mengantarkan kita ke jalan yang berlika-liku dengan cinta. Kebenaran demi kebenaran terungkap. Awalnya biasa saja, namun lelaki tampan i...