Pencet tanda bintang di pojok kiri dulu yuukk:))
"Tante tinggal ya," kata Sonita yang pergi sambil menggendong Gey. Ya, sebelumnya Sonita dapat menangkap Gey dengan cepat sebelum Cacha terjatuh.
Seperti tahu suasana, Sonita tak ingin berniat menganggu moment kedua sejoli ini.
Seketika tatapan sejoli itu buyar ketika mendengar ucapan dari Sonita. Cacha dan Rey pun langsung berdiri sembari salah tingkah.
"Makasih ya," kata Cacha sedangkan Rey hanya mengangguk.
"Lo ga pulang?" kata Rey mengusir secara halus.
"Iya, ini mau pulang kok," kata Cacha dengan nada yang lemah.
"Kenapa? ada yang sakit?" kata Rey sambil memandangi Cacha yang terus memegang punggungnya.
"Engga kok, Cacha pulang dulu ya," kata Cacha meninggalkan Rey yang masih terdiam.
"Tunggu!" kata Rey dari belakang.
Cacha menengok lalu berkata "kenapa?"
"Mau gue anterin?" kata Rey sambil menatap muka Cacha dengan tatapan dingin.
"Ga perlu Rey, makasih ya," kata Cacha lekas pergi namun tangannya tak dilepas oleh Rey.
"Ga boleh nolak, tunggu, gue ambil kunci mobil sebentar,"
Tangan Cacha sudah terlepas, tapi ia bingung harus kabur atau tidak, Cacha juga tak enak meninggalkan Rey begitu saja, apalagi Rey terlihat sedang menjadi baik saat ini.
Cacha teringat sesuatu, mungkin Rey hanya kasihan pada dirinya yang terlihat sedang encok, ya jujur saja Cacha merasakan nyeri saat dirinya terjatuh tadi, dan Rey peka akan hal itu.
"Ayo," Rey kembali membawa semua kunci namun Cacha kembali teringat sesuatu.
"Rumah Cacha kan dekat dari sini,"
"Yaudah, naik motor aja," kata Rey yang bergegas mencari kunci motor namun dihadang oleh Cacha.
"Jangan! Rumah Cacha kira-kira cuma 100 meter kok dari sini,"
"Terus naik apa?" kata Rey sambil memikirkan sesuatu.
"Jangan nyari kesempatan dalam kesempitan!" tegas Rey secara tiba-tiba.
"Maksudnya Rey apa?"
"Jangan bilang kalo lo minta digendong!"
Cacha menjadi tersedak ludah sendiri. Sejauh ini Cacha tak pernah berpikir seperti itu!
"Eh! Engga, bukan begitu, kok Rey bisa berpikir kayak gitu sih?" Kata Cacah terheran sambil terkikik sendiri.
"Terus?"
"Ya kan bisa pakai sepeda yang lebih ekonomis, tidak menimbulkan kebisingan ataupun polusi," kata Cacha dengan panjang lebar.
Rey menjadi dia seribu bahasa, entah mengapa pernyataan tadi bisa terlintas dipikirannya.
"Rey punya sepeda kan?" kata Cacha.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION WITH LOVE
Teen FictionSatu misi yang dapat mengubah segalanya, bersama cinta. Ini bukan misi semacam pertualangan. Namun, misi yang mengantarkan kita ke jalan yang berlika-liku dengan cinta. Kebenaran demi kebenaran terungkap. Awalnya biasa saja, namun lelaki tampan i...