TEMAN

274 15 0
                                    

"Bukannya kamu sudah menikah?"

"Ssssst jangan kenceng-kenceng ngomongnya!" (meletakkan telunjuknya didepan mulutku).
Ia menarik nafas cukup panjang.

"Oke Aneth. Kamu adalah satu-satunya orang yang aku kenal disini. Aku mempercayakan semuanya padamu. Aku harap kamu gak bakal membocorkan hal ini kesiapapun." (menatapku dengan harapan). Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

"Iya. Aku memang sudah menikah. Tapi..."(menundukkan wajahnya) tampaknya Maura sangat sedih hingga bicarapun susah. Aku hanya diam menunggu jawaban Maura.
"Tapi aku mengalami KDRT. Dan akan bercerai".

"KDRT? Cerai?" Tanyaku yang masih linglung.

"Aneth. Aku nikah itu karena dijodohkan. Terutama mama. Mamaku yang paling ngebet untuk menikahkan aku. Aku dipaksa neth. Dan aku tidak bisa menghindar. Seandainya saja bisa, aku tidak akan mau menikah muda. Dan sekarang yah kamu liat sendiri. Semuanya akibatnya seperti ini. Aku saja butuh perjuangan untuk kabur dari rumah suamiku."

"Terus?"

"Dan yah. Papa sudah menyesal karena sudah jodohin aku. Dan untuk menebus rasa bersalahnya. Papa mau aku balik sekolah lagi. Tapi cuma papa yang mau mendukungku. Sedangkan mama? Mamaku malah mendesak aku untuk memperbaiki hubungan dengan suamiku. Apa itu tidak gila?"

"Emmm begitu."

"Iya. Jadi selama sebulan aku disini nanti. Papa yang akan mengurus proses perceraianku. Dan disini aku dijaga oleh 3 pembantuku, yang nantinya mereka juga akan bekerja disekolah ini."

"Oh 3 orang tadi ya." Hanya dijawab angggukan oleh Maura.

"Terus kok kamu bisa sekolah? Gimana caranya?"

"Iya aku dapat bantuan dari dalam," jawab maura dengan cengar cengir.

"Owh. Iya iya. Aku paham kok". Tanpa Maura jelaskan lebih detail aku sudah paham apa yang ia maksudkan.

"Neth. Kamu adalah satu-satunya temanku yang ada disini. Cuma kamu satu-satunya orang yang tahu kisah hidupku. Aku mohon sama kamu untuk menjaga rahasia ini rapat-rapat." mohon Maura dengan memegang tanganku.

"Sudah kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membocorkan hal ini. Kamu tenang saja," jawabku dengan senyuman.

"Makasih ya Neth. Bagaimana jika mulai sekarang kita ini berteman terus? Kamu harus menemaniku selama aku bersekolah disini."

"Oke," seruku menandakan setuju.

Tentu saja Maura adalah orang yang akan menjadi teman pertamaku setelah satu tahun setengah aku bersekolah disini selain bi Yuni dan pak Jon. Dan itu kebahagiaan untukku karena pada akhirnya aku mendapatkan teman yang tulus.

"Eh sudah sore nih. Aku mau kerumah bi yuni ambil makanan. Sekaligus pulang. Aku pamit ya," pamit ku.

"Oh iya. Hati-hati ya!" ingat Maura dengan berbunga-bunga.

"Oke". Kemudian kupergi kerumah bi Yuni untuk mengambil jatah makan malam.

***

Semua anak sudah siap ditempat duduk masing-masing. Walaupun masih gaduh. Tak lama kemudian bu Gina (wali kelas XI-Ips 1) memasuki kelas. Semua siswa dibuatnya diam karena kehadirannya.

"Oke anak-anak. Hari ini ibu ada kabar gembira untuk kalian," Seru bu Gina dengan senyuman lebarnya. "Hari ini kita kedatangan teman baru dikelas ini. Mari nak silahkan masuk!" (menghadap kearah kuar kelas) seisi kelas heboh dan mulai berbisik-bisik sendiri. Nampaklah seseorang memasuki kelas.
"Silahkan nak perkenalkan nama kamu!"

AMBIGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang