Berita Maura dan Reno putus sudah menyebar di seluruh sekolah. Bahkan menjadi trending topik orang-orang disekolah.
"Apa berita itu benar?" tanya Anetha memastikan.
Maura tersenyum canggung. "Umm iya."
Betapa riangnya hati Anetha. Rasa benci kepada Maura terangkat begitu saja. Tetapi ia mengontrol dirinya untuk tidak memperlihatkan sisi bahagianya.
"Kenapa? Ada masalah apa kau dengan Reno?" tanya Anetha.
"Ah sudahlah aku tidak ingin membahas mantan. Haha kau tau, bahwa mantan itu sedikit sensitif untuk menjadi perbincangan."
Anetha hanya mengangguk mengiyakan. Tak terhitung betapa bahagianya dia. Tak terhitung pula betapa hancurnya seseorang disampingnya.
Maura memutuskan Reno dengan cara yang tidak baik-baik. Itu cara agar Reno mampu membencinya. Tidak mungkin pula Maura mengatakan alasan yang sesungguhnya.
"Aku mau bertemu dengan Leo. Kau mau ikut?" tawar Anetha.
"Tidak. Aku ingin pergi ke toilet," jawab Maura.
"Kalau kau mau, kau bisa menyusul aku," tawar Anetha.
"Iya. Kalau begitu aku duluan."
***
Maura masuk ke dalam toilet. Akhirnya air matanya tumpah juga. Sejak kemarin ia mencoba untuk menahan keluar air matanya keluar. Ia berusaha sekuat tenaga untuk pura-pura baik saja. Untuk membuktikan kepada Reno bahwa ia tidak pernah mencintai Reno.
Maura memandangi dirinya melalui cermin. Tangannya mencengkeram kuat sisi wastafel. Ingatannya berputar ke hari kemarin. Dimana ia membaca buku diary Anetha, juga menemukan sebuah alasan.
Sebuah alasan mengapa hubungan Anetha dengannya sedikit merenggang. Sebuah alasan mengapa sikap Anetha sedikit berbeda.
Kenyataan yang Maura temukan memang cukup menyakitkan. Terlebih lagi, pada diary itu Anetha menyinggung statusnya.Maura menyemangati dirinya untuk lebih kuat lagi. Jika Anetha saja kuat menahan perasaan sakit hatinya selama ini, kenapa Maura tidak? Ia harus lebih kuat lagi daripada Anetha. Dan diary Anetha benar, ia harus sadar diri dengan statusnya yang janda. Seharusnya ia masih bersyukur bahwa segala rahasianya masih aman meskipun Anetha menyimpan kekesalan untuknya.
Itulah sahabat. Itu yang Maura tanamkan pada otaknya. Sahabat, ia rela terluka demi sahabatnya. Meskipun ada rasa kesal tersembunyi dibelakangnya. Untuk urusan hubungan yang merenggang, itu adalah akibat dari pelarian rasa kesal itu. Tidak bisa disalahkan. Untuk itu harus diperbaiki bersama agar tidak benar-benar merusak persahabatan itu.
***
Leo melihat Anetha berjalan ke arahnya dengan wajah ceria. Bahkan ia tidak memperdulikan orang-orang yang menatapnya jijik. Ia juga tidak mendengarkan cemoohan orang-orang.
"Kau puas?" tanya Leo sesampainya Anetha.
"Apa?"
"Jangan pura-pura bodoh. Aku tau kau sangat bahagia karena berita itu," ucap Leo.
"Bisa kau tebak sendiri," jawab Anetha.
Leo berdecih mendengar jawaban Anetha.
"Apa?" sangsi Anetha.
"Itu tidak akan ada pengaruhnya. Mau mereka putus atau tidak. Kau tetap tidak akan bisa menjadikan Reno milikmu. Kau terlalu jelek. Kau harus sadar itu!" sindir Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIGU
FantasyHaruskah ku kasihi musuhku dengan membalutkan selimut padanya? Terjebak rana ambigu dalam selimut lembut Membuatku memilih meremas waktu dalam genggamanku Hingga waktu takkan mampu berkutik lagi