Prasangka Maura

132 10 0
                                    

Setelah melirik ke seberang meja, Maura menarik napas dalam-dalam.

"Dia aneh, kamu tau itu?" tanya Maura.

"Memang dari dulu kan?" timpal Anetha.

Maura menegakkan badannya.

"Kamu juga aneh, kamu tau itu?" tanyanya lagi.

"Oh, yah aku juga tau itu. Orang-orang selalu menghindar dariku. Karena aku aneh kata mereka. Hanya kamu yang benar-benar mau dekat denganku, dekat dengan orang aneh. Jadi kamu lebih aneh. Seharusnya kamu jauh-jauh dariku kan?" sindir Anetha.

Maura merasa bersalah. "Bukan itu maksudku. Maaf tentang itu. Yang aku maksud adalah meskipun kalian sudah tidak pernah bersama-sama lagi, tapi kalian..," Maura tampak bingung untuk mengutarakan pendapatnya. "Dia selalu menatapmu jika berpapasan, dan kamu jadi seperti orang salah tingkah. Itu yang membuat kalian aneh."

"Oh," Anetha enggan untuk menanggapi Maura. Meneruskan makannya. Hari ini kantin sedang tidak terlalu ramai.

"Oh? Hanya oh?" Maura menatap Anetha dengan pandangan tak percaya. "Tatha kamu dan dia benar-benar tidak ada apa-apa kan?"

"Oh aku dan dia memang ada apa-apa. Setelah lulus kami berencana akan menikah," jawab Anetha.

"Jangan bercanda! Aku serius," hardik Maura.

"Harus berapa kali ku katakan kalau begitu? Kalau aku tidak ada apa-apa dengan dia. Kenapa kamu jadi posesif kepadaku sih?" sangsi Anetha.

Maura sedikit menjauhkan diri dari Anetha. "Oh, um. Maaf kalau begitu."

***

"Tha, aku pulang dulu ya!" pamit Maura.

Anetha melirik ke depan, ada Reno yang sudah menunggu Maura. Ada sesuatu yang meraung-raung di hati Anetha.

"Tha!" Anetha segera tersadar.

"Oh iya. Hati-hati ya," ucap Anetha.

Maura melambaikan tangan ke Anetha, lalu menghampiri Reno. Kini mereka sedang bercanda tawa. Semakin membuat Anetha sesak.

"Aku bisa membantumu," bisik seseorang tepat di telinga kiri Anetha, yang membuatnya merinding. "Aku bisa menghilangkan gadis itu kalau kau mau."

Anetha masih menatap kearah Reno dan Maura yang berjalan semakin menjauh.

"Aku tidak akan membunuh teman ku sendiri," balas Anetha. Pergi meninggalkan si pembisik itu.

Pembisik itu mengejar Anetha yang melangkah dengan cepat.

"Bukan kau, tapi aku!" kata pembisik itu.

"Tidak ada bedanya," balas Anetha.

"Kenapa kau menghindar dari ku?" tanyanya.

"Tidak ada alasan untuk kita bertemu lagi," tegas Anetha.

***

"Tidak begitu caranya!" seru Leo.

"Jangan mengajariku!" balas Anetha.

"Kenapa kau tidak mau mendengarkan huh?" tanya Leo. Aku ini anak IPA."

Anetha tetap fokus pada pekerjaannya. "Bukan berarti anak IPS tidak bisa matematika kan?"

AMBIGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang