Budak

205 17 0
                                    

Memiliki budak gratis tanpa membayarnya itu cukup menyenangkan. Gadis berkulit gelap yang sering dipanggil cupu itu, kini adalah budakku. Aku bisa memerintahkan apa saja yang aku mau. Sebagai balas budinya karena aku menyelamatkan nyawanya. Ya menyelamatkan nyawanya dari diriku  sendiri.

Sebenarnya aku ini sudah sangat berbaik hati. Bisa saja aku bunuh dia waktu itu. Namun aku tak seceroboh itu. Akan banyak saksi yang melihatnya. Tidak mungkin juga pada lain hari. Karena akan dengan cepat saksi mengungkap tersangkanya.

Leo :
Jus alpukat dan mie ayam
10 menit
Taman belakang


Entah sudah beberapa Minggu aku memerintahnya seperti itu. Sangat mengasyikkan bagiku. Menikmati semilir angin ditaman yang sunyi, menunggu santapan datang menghampiri.

***

Klinting.

Leo :
Jus alpukat dan mie ayam
10 menit
Taman belakang

"Siapa Tha? Leo lagi?" Tanya Maura.

"Iya" jawabku dengan sedikit kesal.

Rupanya Maura mampu membaca kekesalanku yang selama ini aku rasakan.

"Lagian ngapain sih Tha? Kamu masih mau jadi budak dia? Udahlah abaikan aja!"

"Urusan nyawa," jawabku seadanya.

"Tha kamu takut sama dia? Kamu takut kalau misalnya dia bunuh kamu?" Rupanya masih tidak mengerti dengan jalan pemikiran ku.

"Gak cuma sekali aku mergoki dia bunuh orang Ra," aku menatap Maura. "Dia gak pernah main-main dengan ucapannya. Apapun yang ia lakukan. Dia tidak memandang siapa yang akan dia bunuh. Ketika seseorang berbuat ulah kepadanya, maka disitulah titik terakhir nyawanya. Dan sungguh sialnya aku telah masuk kedalam perangkapnya,"

Maura menarik nafas dalam-dalam. "Iya Tha, kamu benar. Akan sangat sulit untuk menghindarinya. Tapi Tha, apa kamu tidak merasa aneh dengan dia?"

"Aneh?" Tanyaku.

"Dia itu anak Belanda kan? Tapi kenapa bahasa Indonesia nya lancar? Padahal menurut rumor dia tidak pernah tinggal di Indonesia. Baru pertama kali ini dia tinggal di Indonesia," jelas Maura.

"Mungkin sebelum pindah dia sudah belajar," aku tak mau ambil pusing tentang itu. "Kalau begitu aku mau kekantin dulu,"Maura menggangguk setuju.

Inilah tugasku setiap hari. Melayani Leo anak baru yang sudah satu bulan bersekolah disini. Dia suka menyebutku 'budak'. Katanya pelayanan ini sebagai wujud terimakasih ku kepadanya, karena dia telah menyelamatkan nyawaku yang terancam darinya. Cukup gila.

Namun ini pengalaman unik bagiku. Aku hanya melayani dia saat berada disekolah. Diluar sekolah kita orang asing yang tak pernah bertemu. Tugasku cukup ringan, hanya memesankan sesuatu, mengambilkan sesuatu, atau meminjamkan sesuatu. Apapun yang ia suruh untuk membelinya, ia mengganti uangku. Bahkan terkadang lebih. Aku tak mengerti manusia macam apa dia itu.

***

"Ini!" Aku menyodorkan pesanan yang dipesan Leo.

Dia mendongak, menatap ke arahku.

"Lama!"

"Antri," aku memberi alasan.

AMBIGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang