Hey-ho lagi!
Kejutan, double update nih.
Silahkan menikmati...Seongwu mendudukkan dirinya di depan kloset kamar mandi dalam kamarnya, jika dihitung ini sudah ketiga kalinya ia bolak-balik kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Otaknya berkelana mengingat makanan apa yang ia masukkan dalam tubuhnya hingga ia mengalami seperti ini.
Ketika dirasa sudah baik Seongwu kembali keranjangnya, menghirup aroma minyak angin yang selalu ia letakkan di laci nakasnya.
Kepalanya pusing tujuh keliling seolah palu milik Thor sedang menimpa kepalanya berkali-kali. Seingatnya tidak memakan yang aneh-aneh kemarin atau jangan-jangan…
Hamil? TENTU SAJA TIDAK
Yang benar saja, bagaimana bisa?
Siapa yang menghamilinya, sedangkan kekasihnya saja berada jauh di Jakarta, apalagi mereka sedang dirundung masalah hingga Seongwu memutuskan untuk pulang ke Surabaya dengan cara yang mendadak.
Mungkin ia harus mengunjungi dokter pagi ini. Seongwu menekan ponselnya beberapa kali mencoba menghubungi teman sekerjanya mengabarkan bahwa ia akan datang terlambat hari ini.
Oh tidak. Tubuh Seongwu agaknya mulai oleng, bahkan untuk mengunci pintu rumah Seongwu kepayahan. Lagipula kemana Mama pagi-pagi seperti ini, apakah sudah absen bergosip ria bersama ibu-ibu komplek yang lain?
Memang dasar ibu-ibu, tidak tau apa anaknya sekarang sekarang sedang berjuang menyelamatkan nyawa.
"Sepertinya penyakit langgananmu datang lagi Wu" jelas Minhyun sesaat setelah memeriksa dan mendengar keluhan Seongwu
"Yang biasa? Yaudah siniin resepnya nanti aku tebus ke apotek" jawab Seongwu sambil merapikan bajunya kembali
"Halah nggak usah resep" Minhyun yang berprofesi menjadi dokter itu menggantungkan stetoskop ke lehernya "Mbak-mbak apoteker depan juga bakal langsung paham pas liat muka kamu"
Tawa Seongwu terdengar meski masih lemas. Minhyun dan Jaehwan, pasangan teman baiknya ini memang paling paham tentang apa yang Seongwu alami. Bahkan kalau ditanya apa-apa saja isi tas Seongwu pun mereka akan menjawab dengan pasti seolah bisa meramal seperti dukun.
"Lagian ini penyakit datang tiap tiga sampai enam bulan sekali deh ke kamu" lanjut Minhyun "Udah kayak siklus triwulan atau semesteran. Punya penyakit kok dipelihara"
"Namanya juga sakit Hyun" bela Seongwu "Lagi stress juga nih makanya maag sama radangnya kambuh"
Seakan mengerti arah pembicaraan Seongwu, Minhyun mengangguk paham "Daniel kan maksud kamu? Masih marahan?"
Seongwu diam dan Minhyun tau itu artinya 'Iya'
"Kalo marahan bisa jadi penyakit gini apa mending nggak baikan aja?"
Tangan Seongwu memainkan gelang berwarna putih pergelangan ditangannya "Tauah Hyun. Biar nanti waktu yang jawab"
"Heleh kalo gini aja bisa sok bijak"
Merasa waktu yang dihabiskan makin banyak Seongwu bergerak berdiri, sebelum pembicaraan mereka merambah ke yang lain lagi
"Udah ah Hyun jangan dibahas. Aku mau tebus obat dulu terus balik ke kantor, makasih ya" pamit Seongwu lalu berjalan meninggalkan klinik tempat Minhyun bekerja.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Tak terasa sudah empat jam Seongwu bekerja hari ini. Mulutnya mengunyah obat lambung yang ia tebus pagi tadi, tinggal menunggu waktu tiga puluh menit sebelum waktunya mengkonsumsi makanan.
"Mas Seongwu ada Gojek nyariin dibawah tuh" panggil seorang karyawan membuat Seongwu kaget.
"Ada apa? Ada yang kirim dokumen ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/160909835-288-k197942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
734.KM - OngNiel
Fanfiction[DISCONTINUED] Ibukota Indonesia dan Kota Pahlawan terpisah 734 km jauhnya. Itulah panjang jarak yang memisahkan Daniel dengan kekasihnya, Seongwu. Ketika Seongwu ada di Surabaya Daniel justru menjauh ke Jakarta. LDR? Siapa takut!